webnovel

Akademi dan Seorang Pembunuh

Wajah dingin anak perempuan itu berhadapan dengan bayangannya sendiri, dia terus mengayunkan sebuah pisau di depan sebuah cermin, berlatih mengayunkan pisaunya. Telah berlalu 1 minggu lamanya semenjak hari itu, semenjak dirinya datang ke Akademi ini, awalnya Rika menolak untuk belajar, namun akhirnya dia tetap bersekolah di Akademi. Dia belajar menjadi seorang pembunuh bayaran di tempat ini selama 3 tahun lamanya, namun kebanyakan dari orang-orang di sini bertarung untuk negara dengan menggunakan senjata api dan terang-terangan, mungkin hanya Rika seorang diri yang menjadi pembunuh dalam bayangan dan juga mungkin hanya dia seorang yang memiliki peran tersembunyi selain menjadi seorang pelajar. Selain ilmu, Rika juga diberi misi khusus di Akademi ini, dia diharuskan untuk menyembunyikan identitasnya sebagai pembunuh bayaran dari teman sebayanya, namun ia tak diminta untuk menyembunyikan kalau dia adalah petarung yang mengandalkan teknik menyelinap, untuk perannya di sekolah, dia seorang pembunuh bayangan, namun identitas sebenarnya Rika adalah pembunuh bayaran, membunuh demi mendapatkan uang dari Kliennya.

"Rika, waktunya berangkat lho!" Seorang gadis pirang tersenyum kepadanya sambil menyapanya dengan hangat di pagi hari, kini Rika hidup di sebuah asrama dengan bersama beberapa anak seumuran. Dalam 1 kamar terdapat 4 orang,kebetulan kamar Rika adalah kamar paling ujung sehingga penghuninya hanyalah dirinya dengan seorang gadis pirang yang bahkan Rika tak mau tau siapa namanya. Wajah dingin Rika menatapnya dan segera mengangguk, menyimpan pisaunya ke sebuah tempat khusus di balik jaket tebalnya sehingga dia bisa menyembunyikan senjata. Selain itu, di rambutnya juga dia menyembunyikan sebuah pisau sehingga ketika ia kehilangan senjata maka dia bisa menggunakan senjata cadangan yang lain. Bisa dibilang Rika adalah orang yang over protectif pada dirinya sendiri. Pagi ini adalah hari kedua Rika bersekolah, orang-orang selalu menghinanya, namun dia tak peduli dengan hal itu, dia tak pernah menganggap mereka teman sekalipun, dia tak pernah menganggap orang-orang di tempat ini penting, bahkan orang yang tengah mengobrol riang padanya juga tak ia anggap. Yang penting untuknya saat ini bukanlah teman ataupun rekan, namun suksesnya misi, karena malam ini, misi yang pernah diberikan gurunya beberapa hari lalu akan ia laksanakan. Dia akan membunuh tahanan yang dilepaskan dengan sembunyi-sembunyi dan mengambil gambarnya untuk dijadikan bukti. "Rika? Kamu tak pernah menanggapi perkataanku lho." gadis pirang itu menatap sedih ke arah wajah Rika yang sedingin es batu, berharap kalau Rika akan memberikan notice kepadanya. Namun tetap saja, Rika hanya mengeluarkan sedikit suara untuk menanggapinya, "Maaf" Itu yang Rika katakan, suaranya sangat jarang bisa didengar, 'Namun aku yakin kalau suatu hari Rika akan menjadi ramah!' Batin gadis pirang itu.

Suara kendaraan sangat bising, membuat Rika terdiam dan ingin melemparkan pisaunya kepada pemotor gila itu. Namun ketika Rika menatapnya, pemotor yang tadi melajukan motornya dengan kencang langsung diam dan memutar balikan kendaraannya, "Aku melihatnya dari kaca spion! Kau mau melemparkan pisau itu?" Tanya pemotor dengan wajah garangnya, "Rika, membenci suara berisik." Ujar Rika dengan nada dingin, "Dasar bocah Saaxirad belagu, semoga harimu mengerikan, bocah Saaxirad yang dikutuk." Dia tersenyum meremehkan, kembali menancap gasnya dan beranjak dari hadapan Rika yang terdiam, dia tak mendengarkan perkataan orang itu dan kembali memasukan Pisaunya ke dalam saku jaket. "Aduh.. Rika kamu seharusnya tak gegabah, kita ini adalah murid sekolah yang mendukung negara lho.." tegur gadis pirang itu, namun lagi, Rika tak menjawab, "Rika, tak peduli akan hal seperti itu." Jawab Rika dengan mata ruby nya menatap ke samping, rambut cokelat Rika tertiup angin, terkibas sehingga memperlihatkan lehernya. Mungkin di Sekolah ini, hanya gadis pirang ini yang tak mempedulikan Ras Rika, meski dia sudah tau dan bahkan jelas kalau Rika adalah gadis dari Ras 'terkutuk' Saaxirad, namun dia tak peduli dan terus menyambut Rika kapanpun, bahkan ia berharap kalau Rika akan sadar kalau dia ingin menjadi teman untuk Rika.

Sayang, pemikiran gadis pembunuh bayaran ini berbeda, keyakinannya berbeda. Rika percaya kalau anak ini suatu saat akan mengkhianatinya dan berkata kalau semua hal yang ia lakukan pada Rika bukan lain hanyalah untuk memanfaatkannya saja. Karenanya, Rika memilih untuk diam seribu bahasa, baik pada anak bersurai pirang, atau siapapun, dia sudah kehilangan hasratnya untuk menjadi gadis ceria.

Akhirnya mereka berdua sudah masuk ke dalam kelas, kebetulan, Rika ditempatkan di kelas 1-1 yang mana di sana kebanyakan muridnya adalah anak dari orang-orang kelas atas sehingga Rika yang berasal dari keluarga yang tak jelas berakhir semakin dicemooh oleh mereka semua. Bahkan Rika pun tak memiliki nama keluarga, namanya hanyalah Rika, hanya sebatas Rika. "Semuanya, duduklah." Seorang guru dengan rambut terurai panjang masuk, wajahnya sangat berantakan seperti orang mabuk dengan kantung mata yang sudah seperti panda. Dia adalah guru terburuk bagi Rika, dia adalah orang yang paling tak menerima Rika di sekolah ini, "Kau Saaxirad, keluar dan tunggu jam pelajaranku selesai." Titah guru itu dengan nada dingin namun kasar, 'Kemarin seperti ini, sekarang juga seperti ini, Rika, harus membunuhnya saja.' Rika menatapnya, ia berniat untuk mengambil pisaunya, namun mengurungkan niat karena jika dia membunuh orang itu di tempat ini, maka semuanya akan berantakan, misinya akan berantakan dan kemungkinan besar jati dirinya sebagai calon pembunuh bayaran akan terbongkar begitu saja. Karenanya Rika mengalah, ia dengan dingin berjalan keluar, ketika ia melintas di depan para gadis, seorang gadis dengan sengaja mengulurkan kaki kecilnya, membuat Rika tersandung dan tersungkur, membuat semua orang terkecuali gadis pirang dan guru itu tertawa. "Jalan itu pakai mata, Beego!"

Tatapan tajam Rika malah membuatnya terdiam seribu bahasa, dia merasa takut dengan tatapan mengerikan orang ini. "hm." Rika berjalan keluar dari kelas, duduk di sebuah kursi tunggu yang entah mengapa sekolah ini memiliki kursi tunggu di depan kelas. Ia membuka bukunya, membaca pelajaran yang diberikan guru Pembunuh bayaran tentang bagaimana cara membunuh dengan tepat. "Rika, harus menikam leher orang itu, tepatnya pada titik vitalnya supaya orang itu mati." Ujarnya, dia berdiri, mencoba melakukan teknik membunuh dengan cara menyelinap. "Sayang, ini sangat sulit untuk tubuh Rika yang sekarang, Rika, harus memperkuat kaki." Ujar nya lagi.

"Kenapa, semua orang membenci Rika, namun, karena itu, Rika tak memiliki alasan untuk sayang, Rika, bisa bebas membunuh mereka semua dengan tangan ini." Rika menatap ke pintu kelas, sudah 1 jam berlalu, seharusnya sekarang guru itu keluar dari kelas, namun dia masih belum saja keluar sehingga dia menatap ke dalam dari balik pintu yang memiliki kaca transparan di tengahnya, guru itu sedang mengajar dan hendak keluar sekarang juga, membuat Rika kembali duduk, membiarkannya pergi.