webnovel

Cinta Yang Tersesat

Pernah merasa bagaimana sesaknya menyimpan rasa terpendam? Itulah yang dirasakan Erfian Satria atau biasa dipanggil Satria, anak kelas 2 SMA yang memiliki perasaan terpendam pada ketua OSIS, Arin Siskawati yang merupakan primadona di sekolahnya. Ingin mengungkapkan perasaan secara langsung tapi...tidak berani. Alhasil? Erfian memilih mengirim pesan lewat ponselnya. Sayangnya takdir memang nakal. Pesannya terkirim bukan ke pujaan hatinya! Melainkan ke Risa Ayu Widya, teman sekelasnya yang terkenal tomboi dan pemarah. Berawal dari salah kirim, berujung salah paham. Bagaimana bisa kau mengatakan kebenaran yang menyakitkan kepada orang yang menyukaimu? Apakah Erfian dapat jujur pada Risa dan mungkinkah benih" cinta muncul diantara keduanya?

NightDragonfly · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
30 Chs

Bertemu

Saat istirahat ke dua.

Setelah dering bel berbunyi menandai waktu istirahat ke dua, aku bergegas menuju mushola dan mengambil wudhu.

Anehnya, tempat wudhu sudah dipenuhi orang ketika aku datang. Kupikir orang-orang sedang sangat bersemangat untuk melaksanakan ibadah.

Aku tanpa sadar membuat senyuman di wajahku, tapi aku segera membuat wajah serius setelahnya.

Jika aku hanya terus menunggu di belakang mereka, aku tidak akan kebagian shaf paling depan yang dekat dengan imam.

Catatan sempurnaku yang selalu berada di shaf depan… aku tidak akan membiarkannya terputus begitu saja!

Ya, mari kita lakukan dengan semangat!

Tapi tunggu sebentar, memangnya apa yang bisa aku lakukan dengan semangat untuk mengatasi antrean panjang ini?

Sepertinya tidak ada. Tertib dalam mengantre adalah keindahan dalam kebersamaan. Aku tidak akan menerobos hak milik orang lain. Sama sepertiku, mereka juga berjuang untuk mendapatkan tempat yang selangkah di depanku.

Ahh, sepertinya aku harus mengalah kali ini.

Tunggu, kenapa aku menjadi sangat labil?! Beberapa saat lalu bahkan aku tidak mau menyerahkan tempatku.

Ya, mari kita sedikit ubah catatan gemilangku dari 'mendapat shaf pertama' menjadi 'menempati dua shaf terdepan'.

Memangnya apa yang bisa aku peroleh dari melakukan hal ini?

Singkatnya, kepuasan diri…

Dan hanya itu. Tidak, jangan menungguku untuk menyebutkan kelanjutannya! Karena aku tidak memiliki apapun untuk diucapkan setelahnya!

Tolong maafkan diriku yang labil ini, dan jika bisa, aku minta tolong lupakan apa yang baru saja aku pikirkan. Itu sungguh memalukan! Aku serius.

Ketika aku masuk mushola, shaf pertama sudah penuh oleh orang yang duduk bersila. Yah, aku sudah menduga hal ini, mari ikhlaskan saja shaf pertama. Aku akan puas hanya dengan shaf kedua hari ini.

Setelah beberapa saat, iqomah dikumandangkan. Imam sudah menempati tempatnya, semua orang berdiri untuk melaksanakan shalat. Beruntungnya ada beberapa kelonggaran di shaf pertama yang bisa diisi lagi.

Oh, apakah ini hari keberuntunganku?

Aku melangkah dan menempati shaf terdepan tanpa ragu.

Dalam hati, aku tersenyum bahagia. Sepertinya catatan gemilangku tidak ditakdirkan untuk putus saat ini.

Setelah shalat selesai, aku menuju kelas.

Karena pelajaran baru saja selesai, beberapa murid telah meninggalkan buku catatan mereka di atas meja sementara mereka keluar untuk menikmati waktu istirahat.

Aku berkeliling dari setiap meja seperti orang kurang kerjaan dan melihat sekilas buku-buku catatan yang tergeletak di atas meja.

Melihat bagaimana tata letak tulisan tangan yang begitu berantakan, kau bisa menyimpulkan bahwa kebanyakan dari mereka adalah laki-laki.

Sepertinya anak perempuan tidak akan begitu ceroboh untuk meninggalkan buku catatan mereka di atas meja begitu saja.

Mungkin aku akan menyingkirkan kemungkinan pengirim surat laki-laki dari kelasku. Yah, meskipun surat yang dilemparkan padaku sedikit menyeramkan karena tinta yang sedikit luntur, tulisan tangan yang ditorehkan di atas kertas termasuk cukup rapi.

Jadi, apakah ini artinya pengirimannya adalah seorang gadis?

Ada kemungkinan seperti itu, tapi aku tidak bisa menebak tujuan pengirimnya dengan jelas.

Jika susunan kalimat yang digunakan lebih halus, aku akan percaya jika orang lain mengatakan bahwa 'itu adalah surat cinta' padaku.

Apakah aku terlalu banyak berharap?

Jika aku harus jujur… bukankah wajar untuk seorang jomblo sepertiku berharap sebuah cinta?! Mengapa semua orang selalu mempermasalahkan itu?! Ini tidak seperti jomblo adalah kondisi yang menyedihkan…

…!

Yah, aku akan setuju untuk beberapa kasus bahwa menjadi seorang jomblo memang menyedihkan.

Ingat?! Beberapa kasus! Ini tidak seperti aku akan terseret dalam kelompok jomblo yang menyedihkan!

Ehem, mungkin aku harus mengubah penggunaan kata-kataku. Mari ubah 'Jomblo' menjadi 'Single'. Ya, itu menjadi terdengar lebih keren dan bermartabat.

Tanpa kusadari, dering bel tanda istirahat berakhir sudah berbunyi.

Yah, meskipun tidak banyak perkembangan, setidaknya aku bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa pengirimannya adalah laki-laki.

Ini adalah perkembangan besar! Dengan ini sepertinya aku terhindar dari resiko pembully-an. Aku sangat bahagia, kau tahu?

Tidak, bukan karena aku terhindar dari penganiayaan, tapi aku mulai berpikir tentang adanya kemungkinan surat cinta.

Ohoho, dengan memikirkannya saja sudah membuatku merasa bersemangat.

Baiklah, kurasa aku akan menghentikan penyelidikan sampai di sini. Tidak terlalu menyenangkan untuk melangkah lebih jauh ke dalam perasaan gadis yang disembunyikan.

Atau harus kukatakan, aku kesulitan menebak pikiran seorang gadis yang masih berada dalam masa yang labil.

Dalam masa ini, pikiran mereka sangat mudah berubah-ubah. Mencoba menebak pikiran mereka hanya akan membuatmu lelah, tidak ada keuntungan dari hal itu.

Sepulang sekolah, semua orang meninggalkan sekolah dengan semangat tinggi seperti halnya ketika mereka berangkat.

Aku masih berada di kelasku, memandang lapangan olahraga yang jauh dari jendela kelas.

Meskipun tidak ada yang akan menyalahkanku jika aku pergi sekarang, bukan berarti aku sama sekali tidak bermasalah dengan itu.

Singkatnya, aku hanya merasa malu!

Oh, aku bisa melihat seorang gadis pergi ke lapangan olahraga sendirian. Dia terlihat sedikit khawatir dan mulai menelusuri sekitar. Tapi pada akhirnya dia terlihat sedikit kecewa karena tidak menemukan apa yang dia cari.

Ah, sepertinya aku mengerti sekarang.

Tanpa menunggu lama, aku mengambil tas milikku dan bergegas pergi ke lapangan olahraga.

Waktu perjalananku sedikit lama karena harus menuruni tangga. Terlebih lagi aku tidak bisa berlari di tangga, itu terlalu berbahaya.

Ketika aku sampai, tidak ada orang di sana. Sepertinya dia sudah pergi, aku sedikit menyayangkan hal ini.

Dilihat dari bagaimana gadis itu bersikap, sepertinya dia tidak memiliki niat buruk terhadapku. Sebaliknya, sepertinya dia memiliki hal penting untuk dikatakan. Karena itu dia pasti sangat kecewa ketika aku tidak ada di sana.

Siapapun dirimu, aku minta maaf.

Jika saja aku menjadi laki-laki yang sedikit lebih berani, dia mungkin tidak perlu merasa kecewa.

Yah, tidak ada yang bisa dilakukan saat ini. Aku akan mengambil sepedaku dan segera pulang.

Hari ini aku masih punya pekerjaan untuk membantu bertani di sawah bapak.

Tapi ketika aku pergi ke tempat parkir belakang sekolah, aku dihentikan oleh seorang gadis.

Dia memiliki figur cantik dengan rambut sebahu yang diikat di belakang.

Meskipun aku berkata bahwa dia cantik, wajahnya terlihat kesal dengan kedua tangan yang berada di pinggangnya.

Ugh, itu Risa. Sepertinya ini akan menjadi pembahasan panjang karena pesan yang aku kirimkan padanya kemarin.

"Satria!"

Uwaah! Dia memanggil namaku dengan marah!

Sekarang apa? Aku harus memikirkan alasan terbaik untuk menghindar skenario terburuk yang mungkin terjadi.

Memangnya skenario apa itu?

Aku senang kalian bertanya. Sepertinya itu akan menjadi skenario dimana aku pulang dengan wajah babak-belur jika aku mengatakan yang sebenarnya kepada Risa sekarang.