webnovel

Meminta Nasehat

Abi Barak mempersilahkan setelah dua santri datang dengan membawa cemilan dan teh. Santri berlalu.

"Adapaun dosa kategori yang ketiga menurut Imam al-Ghazali,

Ketiga, dosa-dosa antara kamu dan para hamba. Dosa macam ini lebih rumit dan lebih berat. Dosa kategori yang ketiga adalah dosa yang terjadi di antara sesama hamba Allah, sesama umat manusia. Dosa dalam kategori ini dianggap oleh para ulama sebagai dosa yang lebih berat risikonya dibanding dosa yang terjadi antara seorang hamba dengan Allah. Ini dikarenakan dosa antarsesama manusia lebih banyak menuntut tindakan-tindakan tertentu untuk bisa meleburnya. Dosa antarsesama umat manusia ini bisa jadi menyangkut harta benda, jiwa, kehormatan, kesucian, ataupun agama. Masing-masing memiliki cara tersendiri bila seorang yang menyalahinya ingin melebur dosa tersebut."

"Maaf. Kiai bisa jelaskan lagi?" pinta Alif.

"Imam Ghazali dalam kitabnya Al Arbain fi Ushuliddin, seperti ini. Taubat adalah permulaan jalan dari orang yang menempuh jalan menuju ridla Allah dan kunci kebahagiaan mereka. Dalam surat al-Baqarah ayat 222 Allah swt berfirman:

Sesungguhnya Allah menyintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci.

Dalam surat an-Nur ayat 31 Allah swt berfirman:

Bertaubatlah kalian kepada Allah semuanya.

Nabi Muhammad saw bersabda,

Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah, dan orang yang bertaubat dari dosa bagaikan orang yang sama sekali tidak ada dosa baginya.

Nabi Muhammad saw bersabda,

Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya yang beriman daripada orang yang singgah di padang pasir yang mencelakakan bersama hewan tunggangan yang membawa makanan dan minumannya. Ketika ia tertidur lalu terbangun, hewan tunggangannya telah pergi terlepas. Ia mencarinya hingga sangat kelaparan dan kehausan atau dalam keadaan yang dikehendaki oleh Allah 'Azza wa Jalla. Ia berkata: "Aku akan kembali ke tempat semula dan akan tidur sampai aku mati." Ia letakkan kepalanya di atas lengannya agar ia mati. Lalu ia terbangun dan tiba-tiba hewan tunggangannya telah kembali di sisinya, lengkap dengan makanan dan minumannya berada di atas hewan tersebut. Allah lebih sangat bergembira dengan taubat hamba-Nya yang beriman daripada kegembiraan orang yang menemukan kembali hewan tunggangan dan bekalnya."

Alif terlihat sangat antusias dan me.dengarkan.

"Hakekat taubat adalah kembali dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat. Taubat terdiri dari, unsur (rukun), tempat memulai, dan kesempurnaan. Landasan memulai taubat adalah iman. Iman sebagai pancaran cahaya makrifat dalam hati yang memperjelas bahwa dosa merupakan racun yang mencelakakan. Iman yang menyulut ketakutan dan penyesalan, sehingga menimbulkan keinginan kuat untuk memperbaiki dan menghindari kesalahan.

Kesempurnaan taubat dapat dirinci dalam 3 unsur berikut,

satu. Seketika meninggalkan dosa-dosa,

dua. Bercita-cita untuk meninggalkan dosa di masa mendatang,

tiga. Memperbaiki kesalahan waktu lampau semampu mungkin."

"Kiai, kadang niat sudah mantap, akan tetapi mengulangi lagi. Lalu bagaimana?"

"Jangan menyerah. Oleh karena itu dalam surat an-Nur ayat 31 sebagaimana tertulis di muka, bahwa sasaran dari firman tersebut adalah seluruh umat manusia secara mutlak.

Kewajiban bertaubat ialah karena arti taubat adalah makrifat (mengerti) bahwa dosa adalah mencelakakan, sehingga timbul keinginan untuk meninggalkannya. Hal ini adalah bagian dari iman yang dimaksudkan dengan makrifat. Begini dokter Alif. Kewajiban taubat atas setiap orang adalah karena setiap manusia tersusun dari sifat-sifat bahimiyah, sabu'iyah, syaithoniyah, dan rububiyah."

"Tolong jelaskan Kiai," pinta Alif.

"Dari sifat bahimiyah timbul nafsu syahwat, tamak, dan durhaka.

Dari sifat sabu'iyah timbul nafsu marah, hasud, permusuhan, dan membenci.

Dari sifat syaithoniyah timbul nafsu makar, rekayasa, dan tipudaya. Dari sifat rububiyah timbul nafsu takabur, merasa mulia, cinta pujian, dan merampas. Pokok dari akhlak adalah empat sifat tersebut, yang telah dicampur dalam tanah kejadian manusia dengan komposisi percampuran yang ada pada setiap orang. Hanya dengan cahaya iman yang diperoleh dari akal dan syara' orang dapat selamat dari kegelapan sifat-sifat tersebut.

Sifat yang pertama kali diciptakan pada manusia adalah sifat bahimiyah. Pada masa kanak-kanak nafsu yang menguasai jiwa adalah tamak dan syahwat. Kemudian diciptakan sifat sabu'iyah, sehingga yang menguasai jiwanya adalah nafsu permusuhan dan persaingan. Setelah itu diciptakan sifat syaithoniyah, sehingga yang menguasai jiwa manusia adalah nafsu untuk berbuat makar dan menipu. Hal ini disebabkan sifat sabu'iyah dan sifat bahimiyah mengajak untuk mempergunakan kepandaiannya dalam rekayasa memenuhi keinginan (syahwat) dan melaksanakan kemarahan. Sesudah itu nampak pada diri manusia sifat-sifat rububiyah, yaitu takabur, merampas, dan mencari ketinggian. Terakhir baru diciptakan akal yang menampakkan cahaya iman. Akal adalah tentara Allah dan pasukan malaikat, sedangkan sifat-sifat sebelumnya adalah pasukan setan. Pasukan akal menjadi sempurna pada waktu umur 40 tahun, dan mulai tampak pada waktu baligh."

'Ya Allah ... apakah aku berdosa jika memilih putri kiai sebagai petunjuk taubatku? Apakah aku salah jika memanfaatkannya?' batin Alif.

"Seluruh pasukan setan telah mendahului masuk ke dalam hati sebelum baligh, menguasai hati yang telah dijinakkan oleh nafsu, dan dibiarkan untuk mengikuti keinginan-keinginan nafsu sampai datang cahaya akal dan terjadilah peperangan dan saling mengusir antar keduanya dalam medan pertempuran hati. Jika pasukan akal dan cahaya iman lemah, niscaya tidak kuat untuk mengusir pasukan setan. Akibatnya pasukan setan menetap dalam hati sebagaimana pertama kali telah mendahului masuk, dan selamatlah kerajaan hati bagi setan.

Peperangan ini tidak dapat dihindari dalam diri manusia anak turun Nabi Adam. Keadaan Nabi Adam as. diceriterakan hanyalah agar seseorang sadar bahwa hal itu telah ditetapkan bagi beliau dan telah ditetapkan pada semua anak cucu beliau dalam keputusan yang tidak dapat diubah sebelum makhluk diciptakan. Dengan demikian tak seorangpun yang tidak memerlukan taubat. Jika ada pertanyaan. Mengapa seseorang harus bertaubat pada setiap keadaan? Manusia pada setiap keadaan tidak bebas dari dosa anggota badan atau hatinya, dan tidak sunyi dari akhlak tercela yang harus disucikan dari hatinya. Akhlak tercela akan menjauhkan seseorang dari Allah. Kesibukan menyingkirkan akhlak tercela adalah taubat, karena taubat adalah kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang dekat.

Dalam surat al-Kahfi ayat 24 Allah swt berfirman,

Dan ingatlah Tuhanmu jika engkau telah lupa.

Hati adalah ibarat cermin yang tidak jelas karena tertutup oleh kotoran syahwat dan kesenangan menuruti keinginan nafsu. Setiap dosa adalah kegelapan yang menutupi hati dan setiap kebaikan adalah cahaya yang masuk ke dalam hati, sehingga kebaikan itu membersihkan nafsu. Oleh karena itu Nabi Muhammad saw bersabda,

Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik yang dapat menghapus pengaruh perbuatan jelek tersebut.

Taubat pada hati adalah seperti sabun pada pakaian. Sabun pasti dapat melenyapkan kotoran pada pakaian apabila dipergunakan menurut cara yang benar. Orang yang bertaubat dengan keraguan apakah taubatnya diterima, berarti ia tidak yakin terhadap kesempurnaan syarat taubat. Ibaratnya orang yang meminum obat urus-urus dan tidak yakin akan keberhasilannya karena ia tidak mengerti kesempurnaan syarat dalam pengobatannya. Andai dapat digambarkan bahwa orang yang meminum obat mengerti halnya, niscaya dapat digambarkan bahwa ia dapat mengerti taubat dari pribadi tertentu yang akan diterima. Akan tetapi keraguan tersebut menurut penyelidikan tidak meragukan kita bahwa taubat itu berada pada posisi untuk diterima secara pasti."

"Maaf Kiai, apa ada resep obatnya?" tanya Alif.

"Obat jiwa untuk bertaubat adalah melepaskan simpul dari sifat membandel. Hal itu disebabkan bahwa hanya sifat membandel yang mencegah jiwa untuk bertaubat. Selaras dengan itu, tidak ada yang membawa hati seseorang pada sifat membandel selain kelengahan dan keinginan nafsu (syahwat). Membandel adalah penyakit hati, dan pengobatannya seperti mengobati penyakit badan atau jasmani. Penderita penyakit hati lebih banyak dari pada penyakit badan karena tiga sebab,

1. Penderita penyakit hati tidak mengerti bahwa ia sakit, seperti penyakit belang pada wajah orang yang tidak mempunyai cermin, sehingga ia tidak mengobatinya lantaran tidak mengetahuinya; dan kalau diberitahu oleh orang lain terkadang tidak percaya.

2. Akibat dari penyakit hati tidak dapat dilihat oleh orang, dan belum pernah dilakukan percobaan terhadap akibat tersebut. Oleh karena itu penderitanya hanya menyerah kepada ampunan Allah, sedangkan dalam mengobati penyakit badan orang berusaha keras untuk mengobatinya.

3. Penyakit hati adalah penyakit yang membandel yang tidak ada dokternya. Dokter yang dapat mengobati adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya. Sayang, banyak orang alim telah terserang oleh penyakit yang sulit diobati dan mencelakakan, yaitu cinta dunia. Para ulama telah dikuasai oleh kecintaan terhadap dunia, sehingga mereka terpaksa menahan diri untuk tidak memperingatkan manusia agar tidak tersingkap kejelekan mereka. Mereka merasa dipermalukan tatkala mereka berdamai, saling tarik menarik, dan saling bermusuhan dengan sesama karena dunia. Inilah sebab penyakit hati merajalela dan tidak ada obatnya. Para dokter tersebut sibuk dengan berbagai macam godaan. Mereka tidak berbuat kebaikan dan juga tidak berbuat kerusakan, hanya diam dan tidak bicara. Bahkan setiap orang seolah-olah telah menjadi batu yang berada di mulut mata air. Batu itu tidak minum air dan menghalangi orang lain untuk minum air.

Beberapa pendapat mengenai pengobatan hati untuk bertaubat ialah agar diteliti penyebab dari sifat membandel, yaitu,

1. Siksa yang diancamkan tidak kontan, sedangkan tabiat manusia suka meremehkan hal-hal yang tidak didapati secara nyata dan seketika. Cara mengobatinya adalah agar seseorang berfikir sehingga mengetahui bahwa setiap sesuatu yang akan datang adalah dekat dan sesuatu yang jauh tidak akan datang; dan bahwa kematian adalah lebih dekat dari pada tali sandalnya. Seseorang perlu memahami, barangkali kematian datang pada penghujung dari hari-hari kehidupannya atau pada penghujung tahun dari umurnya. Kemudian ia berfikir bagaimana seseorang mau bersusah payah dalam perjalanan hingga mengalami bahaya lantaran takut susah pada waktu mendatang.

2. Kelezatan dan syahwat telah mencekik seseorang sehingga ia tidak mampu melepaskannya. Cara mengobatinya adalah agar ia berfikir andaikata ada seorang dokter Nasrani menasihati bahwa minum air dingin akan membahayakan dirinya dan menyebabkan kematiannya, pada hal air dingin tersebut adalah sesuatu yang paling lezat baginya, bagaimanakah ia dapat meninggalkan minum air dingin tersebut? Hendaklah ia mengetahui bahwa Allah dan Rasul-Nya adalah lebih benar dari pada dokter Nasrani, dan kekal di neraka adalah lebih berat dari pada mati sebab sakit. Ia perlu menetapkan bahwa apabila sulit baginya meninggalkan kelezatan pada waktu yang relatif pendek, maka mengapa tidak sulit baginya mengalami siksa neraka dan tercegah dari surga Firdaus dan kenikmatannya selama-lamanya?

3. Orang yang membandel adalah menunda taubat dari hari ke hari.

Cara pengobatannya ialah agar ia berfikir dan mengetahui bahwa mempertaruhkan kebahagiaan dan kecelakaan diri berdasarkan sesuatu yang tidak ada pada dirinya adalah suatu kebodohan. Dari mana ia tahu bahwa dirinya masih bertahan hidup sampai ia dapat bertaubat? Sesungguhnya kebanyakan dari teriakan penghuni neraka adalah dari menunda-nunda. Karena mereka sering menunda hingga tiba-tiba penyakit datang yang menyebabkan kematiannya. Orang yang menunda-nunda taubat adalah karena tidak mampu mengekang keinginan nafsunya. Jika ia mau menanti satu hari saja, pasti mudah baginya untuk mengekang keinginan nafsu tersebut. Pada hari ia akan bertaubat sama sekali ia tidak dapat menciptakannya. Perumpamaan orang yang menunda taubat adalah seperti orang yang ingin mencabut sebuah pohon namun ia tidak mampu karena dirinya lemah dan pohon tersebut menancap kuat dalam tanah. Kemudian ia mengakhirkan sampai pada tahun berikutnya, sedangkan ia tahu bahwa pohon itu setiap hari bertambah kuat menancap sementara kekuatan badannya setiap hari semakin kurang. Itulah puncak kebodohan!

4. Menjanjikan dirinya dengan kemuliaan dan maaf. Ini adalah puncak ketololan yang didatangkan oleh setan dalam penampilan agama. Nabi Muhammad saw bersabda. Orang yang cerdik adalah orang yang menggadaikan dirinya dan berbuat untuk sesuatu sesudah kematian, dan orang yang tolol adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengangan-angankan kepada Allah Ta'ala.

5. Apabila seseorang ragu-ragu, kita berlindung kepada Allah, mengenai urusan akhirat.

Bertaubat dari seluruh dosa adalah penting dan wajib. Bertaubat dari dosa besar adalah lebih penting. Sedangkan membandel pada dosa-dosa kecil akan mengubah status dosa menjadi dosa besar. Dosa kecil tidak dapat diampuni lantaran dikerjakan terus-menerus (membandel), dan dosa besar tidak dapat diampuni hanya dengan beristighfar. Perbuatan dosa yang sering dikerjakan akan berpengaruh besar dalam membuat permukaan hati menjadi hitam, bagaikan air yang sering menetes pada sebuah batu hingga dapat membuat lubang pada batu tersebut, dengan kondisi kelunakan air dan kekerasan batu. Dokter Alif, orang taubat perlu mendapatkan seseorang yang bukan sekedar mentransfer naskah ilmu tetapi mentrasfer cahaya ilmu dan juga keberkahan dari pada ilmu, sehingga itulah kunci mecari tenang dengan duduk bersama orang yang baik, maka akan ketemu di situ, menjadi kawan."

"Kiai, apa ada prinsip-prinsipnya. Agar apat berpegang teguh," tanya Alif.

"Jadi, penyesalan atau Taubat memiliki empat prinsip utama.

(1) Prinsip pertama adalah bentuk pertaubatan, batasannya, dan pengetahuannya. Adalah kewajiban bagi seseorang untuk bertaubat setelah melakukan dosa. Jika itu ikhlas, itu diterima.

(2) Prinsip kedua adalah untuk berpaling dari dosa, untuk mengetahui dosa besar dan kecil, untuk mengetahui kewajiban-kewajiban terhadap Allah dan manusia, untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran manusia dalam kebajikan dan kejahatan, dan untuk mengetahui penyebab dari dosa kecil yang berbalik menjadi dosa besar.

(3) Prinsip ketiga adalah mengetahui kondisi taubat, mencari tahu dosa masa lalu, penebusan dosa, dan golongan orang-orang yang bertaubat.

(4) Prinsip keempat adalah mengetahui penyebab pertaubatan dan penyembuhan bagi orang yang kecanduan kebiasaan buruk.

Dari Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, kitab Ihya Ulum al-Din."

"Assalamualaikum ...." sambut Gus Azmi.

"Waalaikumsalam," jawab serempak yang duduk di ruang tamu. Gus Azmi menjabat tangan dokter Eza dan Alif.

"Alhamdulillah ... Gus Azmi masih ingatkan dengan janji Gus Azmi yang akan mengajakku jalan-jalan ke Banten? Ingatkan ... tiga bulan yang lalu ...? Hayo ....?" tanya Alif.

"Ya tentu. Tapi, aku mau mengantar Chafiya dulu. Mengantar dan jadi pengampit calon pasangan yang akan taarufan."

"Sekalian saja," sahut dokter Eza dan Abi Barak bersamaan.

"Paman aku siap-siap saja, tergantung kedua pasangannya," kata Gus Azmi.

"Alif sangat setuju, iya kan?" Dokter Eza bertindak dengan sedikit terpaksa akhirnya Alif tersenyum tipis entah palsu atau malu.

"Kalau seperti itu mari, Paman, Om Eza pamit ya. Assalamualaikum. Doakan lancar dan terjadi kemistri," goda Gus Azmi. Alif hanya merunduk.

Mereka berdiri lalu pergi dari ruang tamu. "Allah Maha tahu yang terbaik, semoga berjodoh hingga persahabatan kita terjalin sebagai keluarga, Aamiin." Harapan Gus Azmi.

'Huft ... aku masih terbelenggu akan narkotika dan cintaku. Aku sadar, aku akan sangat jahat kepada putri Kiai. Alif ... kamu pasti bisa pura-pura tulus kepadanya,' batin dokter tampan itu.

Tidak lama Chafiya datang dengan merunduk. Gadis yang sangat suka dengan warna merah jambu itu terlihat sangat anggun.

"Assalamualaiku ..." sapanya dengan lemah lembut dan merunduk.

"Waalaikumsalam."

"Oke mari berangkat. Bismillah," ajak Gus Azmi. Chafiya masuk ke kursi kedua.

"Hati-hati," ujar Alif memperhatikan Chafiya. Seketika gadis bercadar itu menelan salivanya. Alif lalu masuk ke mobil dan duduk di depan, samping Gus Azmi.

"Alhamdulillah, belum apa-apa sudah ada sinyal."

"Maksudnya?" tanya Fiya dan Alif bersamaan.

"Ah ... jangan hiraukan aku," kata Gus Azmi yang lalu melajukan mobilnya.