webnovel

CINTA ITU GILA

>> Mayang, gadis lemah lembut nan cantik, berusia 19 tahun yang lahir di tengah keluarga kaya namun tertukar karena kesalahan, saat ia baru dilahirkan. Setelah dibenci oleh orangtua kandungnya sendiri, menerima perlakuan buruk dari keluarga yang mengurusnya, dan ditimpa lagi dengan kehamilan karena dijebak saudara angkatnya, Dewina. Kehamilan yang awalnya ia yakini sebagai buah cinta dengan tunangannya, gugur setelah kecelakaan yang dialaminya. Dan ketika ia sadar, bahkan jasad bayinya sudah tak lagi ada. Dibarengi dengan kenyataan, tunangan yang dicintainya memutuskan hubungan antara mereka setelah tahu anak yang dikandung Mayang bukan miliknya. Keluarganya yang malu akibat kelakuan Mayang, memutuskan untuk mengirimnya ke luar negeri. Hidupnya menderita di dunia luar. Mayang bertemu dengan sosok pemimpin mafia yang mengubah hidupnya. Kerasnya dunia yang dilaluinya, membuatnya berubah menjadi wanita kuat dan tangguh, untuk kembali membalas sakit hati pada keluarganya. Di tengah niat balas dendamnya, sosok pria sempurna hadir, mewarnai hari-hari Mayang yang penuh dengan masa kelam. Akankah Mayang akan mengubah keputusannya untuk membalas dendam, atau malah semakin gencar dengan memanfaatkan cinta pria sempurna tersebut?

Knisa · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
519 Chs

MEMBAYAR DENGAN TUBUHMU?

"Apa maksudnya tidak perlu? Kalian sudah memaksakan kehendak kalian tanpa alasan, dan sekarang aku curiga kalian hanya menjebakku saja. Aku hanya ingin memastikan pada kalian kalau aku tulus, kenapa tidak perlu?"

Mayang jengkel dengan sikap orang-orang kaya seperti ini, "Dasar orang-orang merepotkan!" Decaknya dalam hati.

"Bukan begitu maksud kakakku Nona. Maksud kami, anda tidak perlu membuktikan apapun. Anak buahku sudah memeriksa keadaan sekitar bar dari rekaman cctv, dan juga kesaksian Manager Bar yang sudah mengaku."

"Jadi, Kakakku benar-benar ingin membalas kebaikanmu. Mohon sebutkan saja apa yang jadi keinginan Nona." Trian menjelaskan.

"Baiklah kalau kalian memaksa, berikan saja aku uang, bagaimana?" Mayang menolehkan pandangannya pada Bian, namun apa yang terjadi? Wajah Bian malah berubah menjadi semakin kaku. Ekspresi ketidak-sukaan yang ia pancarkan terlihat jelas dari caranya memandang Mayang.

"Maaf, Nona! Bukannya meminta uang sama saja dengan merendahkan diri Nona sendiri?" Trian mencoba berunding.

"Tidak masalah kalau hinaan itu untukku, yang penting kalian enyah dari pandanganku! Ya Tuhan, apalagi yang harus aku katakan? Kenapa orang-orang kaya selalu membuat masalah?" Rutuknya dalam hati, Mayang seperti ingin menangis menghadapi dua orang ini.

"Aku akan membayar dengan tubuhku, jadilah istriku!" Ucapan Bian barusan seakan menghentikan detak jantungnya sekejap, hingga sampai membuatnya tersedak air liurnya sendiri.

"Uhuk uhuk uhuk… apa maksud Tuan?" Sambil terbatuk, Mayang menoleh ke Trian, "Bos kecil, tolong terjemahkan untukku!" Seolah Trian adalah mesin penerjemah isyarat tubuh Kakaknya.

Trian yang menjadi harapan Mayang untuk menjadi penjelas maksud orang aneh di hadapannya ini, malah ikut linglung.

"Hei, Kak, tolong bicara memakai bahasa manusia! Apa maksud Kakak barusan? Jangankan Nona ini, aku saja bingung dengan ucapan Kakak kali ini!" Trian sudah kehilangan akal menghadapi Kakak kandungnya itu.

"Maaf Tuan atas kelancanganku, apa karena aku menolong anakmu, lalu kamu ingin menjadikanku istrimu? Apa Tuan waras?" Mayang sudah tidak bisa menahan kekesalannya kali ini, namun si pembuat masalah malah menjawab dengan santai, "Ya, kamu bisa menganggapnya seperti itu."

Bila kalian tahu ekspresi tokoh kartun yang tercengang, dengan menjatuhkan rahangnya ke bawah. Seperti itulah yang dirasakan Mayang dan Trian saat ini.

Lelaki super kaya yang hidupnya jarang sekali terekspose media, yang terkenal dengan pembawaannya yang dingin, yang bisa menakuti siapa saja yang berhadapan dengannya.

Dengan entengnya mengatakan hal yang sangat serius untuk hidup seseorang. Langsung saja kepala Mayang berputar. Tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan dengan pria dari planet lain di hadapannya itu.

"Bos kecil, tolong panggilkan Dokter! Aku rasa kursi kemarin membuat otakku bergeser!" Ucap Mayang pada Trian.

"Bahkan otakku juga bergeser tanpa terbentur apapun." Trian menanggapi celoteh Mayang. Bian yang memperhatikan kedua orang konyol di hadapannya itu ikut menyunggingkan bibirnya. Menambah ketampanan dari raut wajah yang sudah terukir sempurna.

"Haishhh! Apa yang kualami ini Tuhan? Aku sanggup dikejar-kejar ratusan peluru liar di hutan, dari pada harus mendengarkan kalimat konyol seorang Biantara Heldana."

"Kalau saja kalimat itu terucap dari mulut orang lain, mungkin tidak ada pengaruhnya sedikitpun bahkan hanya akan kuanggap lelucon murahan. Tapi ini dia! Ucapannya yang barusan ingin menjadikanku istrinya malah terdengar horror, hiiih!"

"Biantara, pemuda terkaya sepelosok negeri dengan skandal anak har-, ups! Anak haram? Benar juga, bukannya dia punya anak tanpa istri? Tidak ada yang tahu siapa Ibu Anak Emas, bukan?"

Fikiran Mayang yang melayang ke mana-mana. Lantas membuatnya memiliki ide, untuk membalas omong kosong pria gila tersebut. Mayang kembali bangkit dan terduduk di atas kasurnya sambil melipat kaki.

"Maaf Tuan, kenapa kamu ingin aku jadi istrimu? Bukankah kamu seorang Gay?" Celetuk Mayang sembarang.

"Buahahahahaha!" Trian tertawa terpingkal-pingkal sampai tubuhnya membungkuk menahan sakit perut. Ekspresi wajah Bian berubah menjadi garang. Membuat seisi ruangan menjadi suram.

Trian yang tak sengaja menoleh ke wajah Kakaknya, langsung menarik rem kandas untuk menahan tawanya.

"Ehem ehem. Nona, yang benar saja, kamu baru saja menjatuhkan harga diri Kakakku, dan juga menyinggungku. Bagaimana bisa keturunan Heldana seorang Gay? Dan dari mana pula Nona bisa menyimpulkan kalau Kakakku ini seorang Gay?"

Trian kesusahan menahan tawanya, saat membela harga diri Kakaknya, "Kalau Kakakku Gay, untuk apa dia ingin membuatmu jadi istrinya?" Tanyanya lagi.

"Bisa saja, untuk menutupi orientasi sexnya yang menyimpang? Seperti novel-novel pencinta sesama jenis yang menutupi hubungan aneh mereka dengan pernikahan. Dan si wanita hanya menjadi tameng untuk menutupi ketidakwarasan mereka." Celetuk Mayang tanpa merasa berdosa.

Trian kembali terbahak sampai terbatuk, "Maaf Kak, kali ini aku tidak bisa menolongmu." Sesaat kemudian Trian tercekat air liurnya sendiri, melihat sang Kakak berdiri.

"Tri, bisa kau bawa Ziel pindah ke ruangan lain?" Ucap Bian dingin sambil melangkah ke Mayang dengan tatapan tajamnya.

"Kak, apa yang akan kamu lakukan? Jangan gegabah!" Trian bertanya dengan cemas saat melihat ekspresi Kakaknya yang seperti hendak memakan Mayang.

Sambil melepas kancing kemeja di pergelangan tangannya, Bian berseringai tepat di depan wajah Mayang, "Membuktikan orientasi seksualku pada Nona pintar ini."

Mayang membulatkan matanya seketika, akalnya langsung berputar untuk menghindar dari Bian, dengan cekatan Mayang mundur ke belakang dan melompati ranjang pasiennya, menuju ke Anak Emas yang masih tertidur untuk berlindung.

"Maaf Tuan Bian, saya tidak sengaja mengejek Tuan, saya hanya mengutarakan apa yang saya fikirkan dengan setiap yang saya dengar. Bukankah kabar yang beredar, kalau Tuan Bian memiliki anak tapi tidak punya istri karena Tuan Gay?"

"Saya mengerti Tuan ingin membalas budi, tapi saya mohon tarik semua keinginan itu, saya tidak akan menuntut apapun di masa depan ke keluarga atau perusahaan Heldana."

"Dan lagi, kalau Tuan ingin saya menyebutkan permintaan, baik saya akan meminta sesuatu. Saya hanya ingin Tuan tidak meminta saya menyebutkan permintaan, itu saja."

Mayang dengan cepat mengatakan yang ada di fikirannya saat itu. Bukankah itu sama saja?

Mayang perlahan menggapai tas kecilnya di meja yang ada di dekatnya, "Maaf Tuan, hari ini saya ada audisi, jadi saya harus pergi. Sampai jumpa di lain kesempatan. Semoga Anak Emas lekas sehat." Ucapnya sambil melangkah dengan sangat cepat.

"Apa aku mengijinkanmu pergi?" Suara Bian terdengar membentak. Trian dan Mayang sampai terkaget, bahkan si kecil Ziel bergerak karena terusik dan tak lama kembali tidur dengan tenang.

"Matilah kau, Mayang!" Ucap Mayang pelan, lalu menolehkan pandangannya pada Trian dengan wajah memelas, sambil mengisyaratkan, "Tuan Muda, tolong aku!" dari gerakan bibirnya.

Sesaat kemudian, Bian melangkahkan kakinya ke arah Mayang, "Tamatlah riwayatku hari ini." Ucap Mayang terpejam.

Bersambung…