Robby benar benar tersiksa malam ini. Pikirannya saling berdebat, tubuhnya memberontak dan nafsunya tak terkendali. Lita yang tadinya detak jantungnya terdengar acak acakan cenderung cepat, sekarang sudah lebih tenang.
"Mas, cincin kalian itu?" Kata Lita tiba tiba.
Robby menengadah dan menatap lekat wajah istrinya.
"Cincin itu? aku sudah menjualnya lalu menyumbangkan uang hasil jual cincin itu ke panti asuhan." Jawab Robby.
"Benarkah?" tanya Lita dengan tidak yakin.
Robby mengangguk.
"Pakailah bajumu ta, aku tidak bisa tidur karena itu." Kata Robby sambil duduk bersandar yang mengakibatkan selimut yang menutup tubuh Lita ikut merosot.
Lita tertawa geli melihat ekspresi wajah Robby.
"Baik, baik. Mas, ini sudah pukul 2 malam loh. Kita belum tidur."Kata Lita sambil memakai kembali bajunya.
"Kamu kenapa tidak memakai bh?" Tanya Robby yang penasaran karena dari saat dia melihat tadi semuanya terlihat dengan mudah dan jelas.
"Ibadah dan juga sehat." jawab Lita cepat.
"Ibadah?" Ulang Robby yang masih tidak menangkap maksud istrinya.
"Iya, mempermudah pekerjaan suami adalah ibadah juga kan?" Kata Lita.
"Berarti saat di ruang tamu tadi kamu juga tidak pakai?"
"Ya, pakai dong sayang. Hoamz, aku sengaja melepasnya saat kita masuk ke kamar waktu mengambilkan handuk dan air untuk menyelami tadi kan." Jawab Lita dengan wajah santai.
Robby tersenyum puas.
"Apa tadi?"
"Iya aku pakai, aku...." kalimat Lita terpotong.
"Kata yang ada yang yang nya tadi barusan apa?" Ucap Robby yang ingin mendengar kata sayang dari bibir Lita.
"Yang mana?"
"Yang apa tadi?" pinta Robby
"Sa terus ada yang yang apa tadi?" jelas Robby.
"Sayang?"
Robby mengangguk.
Lita menahan tawa sambil menutup mulutnya.
"Sayang, aku sudah mengantuk. Kita tidur yuk!" Ajak Lita kepada Robby.
"Sini, sini. Kamu duluan." Kata Robby sambil menarik tangan Lita dan mematikan lampu tidur.
Hanya cahaya lampu temaram di sudut sebelah sisi ranjang tempat Lita.
"Bagian tubuhmu, mana yang sakit mas?"
"Ini luka robek ini, lutut dan pergelangan kaki kiri." Jawab Robby jujur.
"Pinggang, dan kepala oke kan?" Tanya Lita.
"Iya" Jawab Robby santai.
Lita tersenyum simpul sebelum memulai aksinya. Tangannya mulai meraba dada bidang suaminya. Desah nafasnya menderu menerpa leher Robby. Robby yang kaget dengan sikap Lita seketika menghidupkan lampu tidur di sebelahnya.
"Kamu kenapa?"
"Membantu suamiku untuk tidur nyenyak. Bolehkan?" jawab Lita yang kini sudah berada di atas pinggang Robby sambil menatap Robby dalam.
"Ah, kamu bercanda. Ga usah jahil lagi deh, Pasti bohong kan?" Kata Robby yang masih tidak percaya.
"Em... em..." jawab Lita sambil menggeleng.
perlahan Lita menciumi wajah dan leher Robby, lalu mulai melucuti pakaiannya. Seperti sudah ahli, tanpa mengeluh dan protes apapun. Robby sangat menikmati suguhan yang di hidangkan oleh istrinya itu. Tubuh Lita juga tercium wangi manis parfum yang di sukai Robby.
Lita masih menciumi Robby, dari wajah turun ke dada bidangnya, turun lagi ke perutnya yang six pack hingga berhenti saat Lita melepaskan celana Robby. Perlahan tangan lembut Lita meraba sesuatu yang tegang berotot dan mengeras diantara dua paha.
"Sayang, cepetan! Ah, aku sudah tidak tahan lagi." Keluh Robby yang ingin segera memulai permainan.
Lita tersenyum sambil berkata "Sabar suamiku, nikmatilah setiap sentuhan ku."
Lita mulai meraba naik turun benda berotot itu lalu mulai mengulumnya tanpa ada rasa jijik. Diiringi beberapa kali terdengar suara khas dari kuman itu yang semakin membuat Robby mendesah dan bergejolak hebat. Puas dengan mengulum milik suaminya, Lita mulai memasukkan junior Robby kedalam Ling hangat lagi sempit miliknya.
"Ah....!" Lita mendesah menahan sakit.
Masih keluar sedikit darah dari liang hangat nan sempit lagi kenyal itu. Berkali kali Lita mendesah tetapi semakin lama semakin nikmat dan legit. Lita seperti ketagihan untuk bermain di atas tubuh Robby. Robby sangat menikmati cara Lita memuaskannya. Meski tidak terlalu handal di dibandingkan dengan mantan mantan pacar Robby sebelumnya.
Tapi entah mengapa, kepuasan Robby kali ini sangat sangat melegakan hatinya. Lita terus bermain di atas Robby. Hingga klimaks mereka saling bertemu. Lengkuhan kuat di iringi tubuh yang menggelinjang nikmat.
"Terimakasih sayang." Kata Robby kepada Lita yang terengah engah berada di dalam dekapannya.
Lita mengangguk perlahan di atas dada suaminya.
"Kamu, tau cara seperti ini dari mana?" Celetuk Robby penasaran.
"Dari internet. hehehe." Jawab Lita sambil terkekeh geli.
"Kenapa harus dari internet, aku bisa mengajarkan ini kepada kamu sayang." Kata Robby terdengar sedikit kecewa.
"Aku malu, jika harus terlihat bodoh di hadapanmu. Jadi ya, aku belajar secara teori dari internet." Terang Lita polos.
"Teori dari internet, dan kemudian prakteknya dengan ku?" Tandas Robby.
"Jadi, malam ini. Aku jadi bahan malpraktek kamu ya?" Kata Robby kesal.
"Tapi, suka kan? Yah, walaupun masih ecek ecek dan tidak sehandal mereka." Cletuk Lita ngawur.
"Jangan, sebut yang lain saat kita bersama. Biarkan masa lalu tetap pada tempatnya."
"Aku akan selalu suka. Sering seringlah menjadikanku bahan latihanmu." Kata Robby sambil tersenyum nakal.
"Maunya!" Kata Lita sambil tersenyum malu.
Mereka sama sama tertidur di tengah tengah perbincangan dengan Lita yang masih berada di atas tubuh Robby. Bahkan junior milik Robby pun masih menancap pada liang vagina istrinya.
siang hari di tempat lain.
"Aku ingin sekali bertemu dengan dia. Aku ingin sekali melihat wajahnya lagi."
"Bagaimana caraku untuk bisa memiliki kesempatan untuk selalu berada di sekelilingnya." Gumam Pandu sambil mengetik tugas tugas kantornya.
"Eh, kabar kabarnya pak Robby kemarin terlibat kecelakaan. Tapi kabur, Seperti biasa. Karena ambulans." Kata Rere, salah satu karyawati.
"Ganteng, gagah, tinggi kekar. Takut jarum. Hahahahaha." Timpah leni salah satu karyawati.
*Kecelakaan? Ah, ini bisa menjadi alasanku untuk bisa bertemu dengannya. Lita, tunggu kedatangan ku sayang.* Batin Pandu sambil tersenyum licik.
Pandu seharian ini mencari Rio karena ada niat tersendiri di dalam benaknya. Cukup lama pandu menunggu Rio terlihat melintas di kantin. Pandu segera menyusulnya.
"Pak Robby, tidak masuk kantor pak?" Tanya pandu berpura-pura tidak tahu.
"Iya, beliau kecelakaan kemarin."
"Boleh saya meminta alamat beliau? Saya secara pribadi ingin menjenguknya. Saya memiliki hubungan akrab dan dekat dengan istri pak Robby." Kata pandu menjelaskan.
"Ya, saya tahu. Ini. Saya duluan!" Kata Rio yang malas berbasa basi lagi dengan pandu.
Rio berlalu pergi begitu saja tanpa melihat pandu. Pandu tersenyum licik membaca alamat yang di berikan kepadanya.
Malam harinya.
Leo datang menjemput Lita dan Robby yang ingin pulang ke apartemen mereka. Dengan berjalan terpincang pincang Robby tetap berusaha untuk sok kuat di hadapan Lita.
.
"Mas, kalau sakit ya sakit saja. Tidak usah sok kuat di hadapanku." Bisik Lita sambil memapah suaminya.
"Ta, tolong ya jangan jadikan suamimu ini laki laki lembek." Jawab Robby kesal.
"Ya, memang lembek kan. Kerasnya nanti malam kan?" kata Lita menggoda Robby.
Mereka berdua terkekeh bersama dan membuat Leo seketika menengok ke arah mereka berdua. Leo tersenyum simpul melihat keduanya.
"Ehem,! yang dulu pernah bilang ga bakalan bucin. Sekarang?" Ledek Leo sambil tetap berjalan.
"Kalau enggak sedang sakit begini, aku timpuk kamu bang!" gumam Robby kesal.
cup!
Lita mengecup bibir Robby tiba tiba.
"Jangan marah marah lagi mas, nanti cepat beruban." Bisik Lita sambil tersenyum manis kepada Robby.