webnovel

Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize

Didunia Chandraklana yang sekarang lebih damai dari sebelumnya, dimana saat ini seluruh Sanajayan mulai sembuh dari kekelaman yang terjadi seribu tahun yang lalu akibat maraknya penggunaan benda pusaka yang dikuasai kegelapan kini sudah berkurang dengan adanya larangan hukum penggunaan benda pusaka dan hancurnya kota pembelajaran rumus benda benda pusaka yang dahulu kala sudah lenyap tertelan bumi. Dari puluhan tahun ke puluhan tahun memulai melatih para generasi pengembara Sanajayan hidup normal seperti biasanya tanpa menggunakan benda pusaka. Dengan didirikannya padepokan padepokan di setiap kota yang memiliki tiga kelas yaitu : Pelatihan penggunaan pedang, Pelatihan penggunaan Busur panah dan pelatihan Tombak dan tameng. Di setiap padepokan yang menyebar keseluruh wilayah Sanajayan juga terdapat kelas pembantu yaitu pengobatan. Melalui Padepokan padepokan tersebut, generasi di dunia Chandraklana kian larut semakin melahirkan para kesatria yang terlatih tanpa menggunakan benda pusaka karena sudah berubah sistematisnya menjadi kegelapan. Hingga sampai diadakan dari turun temurun suatu kegiatan budaya yang bertujuan guna melahirkan para kesatria hebat tanpa menggunakan pusaka, Seluruh wilayah Sanajayan menyelenggarakan sebuah Sayembara yang di peringati setiap tujuh tahun sekali diadakan bergantian. Sampai pada saat Sayembara terpilih di desa Wijonayem di padepokan bernama Agungdhijoyo Winoto sebagai tuan rumah Sayembaraan yang diadakan dan dinanti nanti seluruh warga Sanajayan dengan hadiah yang berbeda dan pertama kalinya dihadiahkan oleh Para pengelana dan juga kesatria muda yaitu : Akik Kumenteng ! Sebuah cincin mujarab yang dijadikan grandprize menjadikan seluruh wilayah Sanajayan berantusias untuk mengikuti sayembara serta menonton pertandingan spektakuler ini yang ternyata selain bergengsi juga mengundang perhatian sebagian kelompok melakukan demo untuk memperhentikan sayembaranya perihal rumor hadiah utamanya adalah sebuah benda pusaka diikrarkan melalui " Batin Pangikrar" yang berbeda dari biasanya. Kejadian tersebut membuat seorang pengelana dan juga pejuang jaman dahulu bernama Solor Jayusman, seorang kesatria paruhbaya bertubuh pendek ahli dalam segala pepawangan hewan dan ketrampilan senjata jebakan serta sudah terlatih jauh tanpa benda pusaka, Kesatria yang suka berkelana ini juga mulai mencari tahu tentang Akik Kumenteng karena terpicu adanya Sayembara secara tiba tiba menghadiahkan yang dia kira salah satu pusaka langka yang pernah diberitahukan dari teman mudanya Samiranah. Cerita ini dilindungi Hak Cipta yang sudah terdaftar. Jangan lupa, Like, Share dan Subcribe Terima kasih sebelumnya, semoga bermanfaat .. :)

Ributby · Võ hiệp
Không đủ số lượng người đọc
29 Chs

Sinar Hangat Pelan Menyeparasi

SINAR HANGAT PELAN MENYEPARASI

Jun 11, 2022

Didalam tanah menjalar dan menyerap sari makanan yang tersentuh oleh akar,

masuknya sari makanan telah diserap melalui pori pori akar dengan waktu yang

pas dan komposisi yang sempurna. Sari sari makanan yang dicerna dengan bantuan

bagian tubuh lainnya diproses menjadi energi untuk melengkapi sehingga

terjadilah perkembangan pada bagian tubuh yang sekiranya kurang. Energi yang

diperoleh dari sari sari makanan itu juga melengkapi bagian bagian anggota

tubuh agar tetap utuh yang senantiasa tetap tunduk kepada waktu kapan saatnya

bergantikan dengan yang baru. Bagian tubuh yang sudah layu kini jatuh atas

perintah waktu, dengan energi yang diambil dari sari sari makanan semakin lama

mengembangkan tunas bagian tubuh lainnya, bagian tubuh yang baru ini semakin

berkembang menuju saatnya juga untuk jatuh layu dan begitu seterusnya dilakukan

oleh salah satu rumput rumput di Lataran ijo. Rumput setinggi mata kaki

menyebar luas di dataran wilayah yang mana daerah ini tanahnya banyak

mengandung tingkat kesuburan yang tinggi.

Di sebelah barat padang rumput Lataran Ijo terdapat pegunungan pegunungan yang

manyambung dari utara dekat Rawa Nawijem ke selatan sampai mendekati wilayah

pesisir pantai selatan, pegunungan yang memiliki rata rata ketinggian sama,

hanya satu gunung yang lebih tinggi dan besar diantara gunung gunung itu

merupakan gunung berapi yang pernah meletus seribu tahunan yang lalu.

Tanah vulkanik membuat sekitaran wilayah ini menjadi subur dan tampak lebih

hijau berseri dari pada lainnya yang jauh dari gunung berapi ini. Keadaan

geografis yang sebagian besar adalah kepulauan juga membuat pegunungan ini

selalu basah dan lembab. Oleh Karena itu pegunungan ini disebut Pegunungan

Lumut.

Pegunungan Lumut adalah pegunungan yang satu satunya memiliki kelembapan

paling tinggi daripada pegunungan lainnya. Pegunungan yang tidak pernah

kehilangan kabut walau di musim panas ini, juga sebagai pemisah dan perbatasan

Sanajayan.

Pegunungan Lumutlah yang juga mengelilingi Hutan Lemah Angker yang terletak di

lereng gunung sebelah barat daya dekat Desa Wijonayem. Dilembah lereng yang

dikelilingi pegunungan ini terdapat hutan tua dikenal sebagai hutan lemah

Angker. Hutan yang tampak berbeda warna lebih hijau gelap dari pada hutan di

sekitar dan juga hutan yang ada di Pegunungan Lumut memang karena jenis

floranya yang berbeda. Hutan Lemah Angker hampir tidak pernah dikunjungi oleh

manusia karena memang sebagian besar orang orang takut terjadi apa apa setelah

memasukinya.

Di Pegunungan Lumut yang berjejer ke wilayah selatan lagi merupakan juga

pembatas Hutan Lemah Angker dengan lereng lembah Desa Wijonayem.

Dari arah ke utara dan barat Desa Wijonayem terdapat jalur jalan tanah buatan

orang kerajaan dulu, yang jalur ini memanjang menembus Pegunungan Lumut

melewati segala medan yang ada yang terus menjalurkan menghubungkan sampai

melewati hutan, sungai, tebing, tanjakan, turunan Pegunungan Lumut.

Jalan setapak ini disebut " Jalur Lumut". Sebuah jalan pemandu untuk orang

orang yang bepergian atau datang antara Wijonayem dan wilayah bagian utara

Seperti Tantruno, Lawes, Rawa Nawijem, Wartojayan, Alingkukoh dan juga Lataran

Ijo.

Karena waktu yang lama dari tahun ke tahun jalan ini semakin hilang. Hilang

karena dililiti Akar tebal di tumbuhi tanaman dan sebagian banyak tertutup oleh

Lumut. Jalur Lumut yang hilang ini memberi dampak para pelewat Pegunungan Lumut

ada yang tersesat dan kesulitan bagi orang yang sudah sering melewati.

Sebelumnya seorang bernama Solor. Memiliki tinggi tubuh sekitaran 150cm

berbadan kurus berambut kuncir keatas yang bagian rambut samping atas telinga

hampir gundul, memiliki bibir agak Domble, dikenal dengan orang orang

terdekatnya si Kroto Domble. Solor ialah orang yang termasuk sulit diatur juga,

mahir dalam menaklukan hewan, lihai menggunakan senjata yang berkaitan dengan

jebakan, dan ramah kepada warga manapun.

Orang juga banyak mengenalnya, karena dia seorang pengelana serta pejuang

dimasa muda jaman dulu.

Duduk bersebelahan dengan pemimpin kerajaan kota Barat Alingkukoh, Solor yang

sedikit ngantuk semalaman kurang tidur, sedang bercakap cakap menjelaskan

masalah Akik Kumenteng yang sekarang dijadikan hadiah Sayembara tujuh tahunan

yang sebentar lagi di mulai.

Dari pihak kerajaan Alingkukoh memberitahukan kepada Solor bahwa mereka tidak

mau bertanggung jawab atas apa yang terjadi apabila ada kerusuhan karena telah

menurunkan Akiknya kepada ketua silat di Wijonayem yaitu Wandarimo.

Pernyataan pihak kerajaan memberitahukan kepada Solor berhubung karena timbul

adanya pendemo dan juga kelompok perompak yang diketahui mereka menolak

diadakan Sayembara. Lebih parahnya lagi bahwa pihak kerajaan Alingkukoh

mendapat rumor adanya pemusnahan manusia yang mereka sebut kiamat karena

terpicu oleh penurunan lagi Akik tersebut.

Dari pihak kerajaan Alingkukoh sebenarnya mengakui bahwa penurunan Akik kepada

Wandarimo itu bukan yang harus dilakukan, akan tetapi raja Gumandhar hanya saja

ingin memberikan hadiah yang pantas kepada pejuang yang dicintainya yaitu

Wandarimo.

Sebuah cindramata buat Wandarimo dari kerajaan Alingkukoh yang dikiranya hanya

sebuah hadiah ternyata dalam lingkup sesuatu yang serius.

Pagi ini di Warung dan Pondok Kecot Solor mau berangkat memulai perjalanan

yang sebelumnya sudah mampir ke Alingkukoh mau menuju Wijonayem bertujuan

menemui Wandarimo guna menyelidiki tentang Akik Kumenteng.

Di pagi hari yang cerah sinar matahari yang hangat menyinari bangunan Warung

dan Pondok Kecot yang ada di atas tebing batu tengah tengah padang rumput

Lataran Ijo, membuat sisi barat bangunan warung ini tetutupi bayangan menutupi

tali yang di gantungi jejeran lampu yang menggelantung dari pucuk atap keong ke

tanah bawah tebing tampak teduh.

" Petang saya keluar dari hutan pinus"

" tetapi tidak ada tanda tanda adanya sekelompok perompak"

Kata Solor

" Bagaimana ciri ciri kelompok perompak itu?"

Tambah Solor menanyakan kepada Darmaji yang duduk disebelahnya

" Hanya saja seperti pengelana lainnya, tetapi lebih terbungkus seragam hitam

slontrang memakai topeng dan mereka semua bersenjata"

Jawab Darmaji

"Tetapi anehnya kenapa mereka menyuruh mencelupkan jari ke tinta?"

Ucap Solor

" Menurut kami, celupan tinta ke jari itu untuk menandai orang yang telah

diancam"

Jawab Darmaji

" Haww..ditandai? Memangnya sampai tahan berapa lama ? "

Ucap Solor dengan diakhiri sedikit tawa

" Kelompok perompak itu mengancam orang warga untuk tidak keluar kota"

" Apabila mereka tahu keluar kota dengan tanda celupan tinta itu, mereka akan

membunuh"

Jelas Darmaji

" Menarik sekali"

Gumam Solor sambil mengganti posisi duduknya

" Lantas bagaimana dengan ini"

Tanya Darmaji pemimpin kota barat Alingkukoh menunjukan anak anah

" Orangnya masih tidur diatas"

Jawab Solor

" Tuan Solor saya buatkan Sarapan ya"

Kata Arindi penjaga warung sambil berjalan menuju meja tengah berbentuk U

" Nanti saja, sebelum saya berangkat"

Ucap Solor kepada Arindi berjalan dari belakangnya duduk

" Siapa tuan yang melayangkan anak panah ini?"

Tanya Darmaji kepada Solor di sebelahnya duduk

" Pengawas dari kerajaan yang bergerilya akan segera menemukan pelakunya"

Jawab Solor

" Begitulah "

Gumam Darmaji

" Panahnya biasa, apa mungkin itu sama ulahnya sekelompok perompak yang

mengancam di hutan Ronoasri?"

Tambah Solor

" Kalaupun sekelompok perompak itu, jari orang ini pasti sudah tercelup tinta"

Kata Darmaji

" Hmm,, sepertinya tidak ada pada jari orang ini"

Jawab Solor

" Betul tuan, tidak ada bekas celupan tinta"

Sahut Solor yang duduk di bangku dalam meja tengah berbentuk U

" Siapa nama orang ini"

Tanya Darmaji

" Dia menyebutnya Nawiran"

" Orang dari Tantruno"

Jelas Solor kepada Darmaji

" Oh, Orang dari jauh"

Gumam Darmaji

Terdengar suara teriakan kuda dari luar warung membuat semua yang ada di

warung menengok kearah suara kuda yang ternyata dua pengendara kuda sambil

mengendarai melewati dua pintu warung dari luar.

" Silahkan tuan Solor kalau mau makan"

Ucap Darmaji kepada Solor

" iya nanti saja"

Jawab Solor

Tidak lama kemudian dua pengendara kuda berbaju rompi hitam beraris pinggir

kuning tua memakai udeng dan beberapa perlengkapan senjata di punggungnya masuk

kedalam warung, melihat ada bendera Alingkukoh yang di pegang prajurit di depan

warung membuat kedua pengendara barusan datang berjalan sambil terangguk angguk

minta salam dan langsung menduduki bangku dingklik terdekat pintu keluar masuk

warung.

" Sarapan tuan?!"

Tanya Arindi penjaga warung kepada dua orang pengendara barusan menduduki

bangku dingklik

" Iya, dua porsi Soto"

Jawab salah satu orang itu

" Dengan senang hati"

Kata Arindi seraya mempersiapkan di meja pengracik makanan

" Tuan Solor, sampai disini saja pertemuan kita ya"

" Saya hendak kembali ke kerajaan"

Tanya Darmaji pemimpin kota barat Alingkukoh

" Oh, iya Tuan Darmaji silahkan,"

" Salam untuk semua yang disana"

Balas Solor

" Baiklah, Terima kasih"

" Mudah mudahan tidak terjadi apa apa, dan semoga lancar perjalanan tuan"

Ucap Darmaji hendak berdiri sambil menepuk pundak Solor

" Iya, Sama sama Tuan Darmaji"

Jawab Solor mengangguk membalas tepuk

" Berapa saya membayar empat teh gelas tadi"

Tanya Darmaji kepada Arindi

" Oh.. dengan senang hati, tidak usah tuan,"

Jawab Arindi yang sedang mulai sibuk meracik makanan

" Oh, Baiklah kalau begitu semuanya, saya hendak kembali ke kota, terimkasih

atas partisipasinya"

Ucap Darmaji berdiri lalu menyalami Koro dan Solor dan beranjak mengeluarkan

kakinya dari bangku berjalan menuju pintu keluar warung

" Baiklah tuan, selamat bertemu kembali "

Kata Gunadir sambil mengangkat tangan kanannya melambai berdiri di dekat papan

pengumuman

" Sama sama, Terima kasih"

Ucap Darmaji sambil berjalan membalas lambaian Gunadir

Melihat Darmaji bersama rombongannya bersiap dengan kudanya meninggalkan

warung yang juga di ikuti Solor berjalan sampai ke pintu warung melihat

kepergian mereka lewat jalan tebing yang menurun.

Setelah rombongan Darmaji turun dari tebing warung tak terlihat kini Solor

berjalan menghampiri papan pengumuman yang ada pada sebelah samping dalam pintu

selatan warung.

Disitu yang masih ada Gunadir penjaga warung Solor mendekatinya yang juga

semakin lebih jelas tulisan tulisan jawa terbaca oleh Solor.

"Bagaimana pengumumannya"

Kata Solor berjalan mendekati Arindi dan Gunadir yang ada di depan papan

pengumuman

"Kedatangan orang kerajaan tadi membuat kita semua terdiam tuan"

Ucap Arindi mengetahui Solor menghampirinya

" Iya, maaf sebelumnya atas tadi"

Jawab Solor

" Saya tidak paham apa yang sedang di bicarakannya tadi"

Kata Gunadir

" Memang tidak bisa di pungkiri...aku juga masih bingung tentang akik yang

dijadikan hadiah sayembara di Wijonayem"

Kata Solor

" Memangnya kenapa tuan dengan hadiahnya?"

Tanya Arindi ingin tahu

" Keganjilannya pada Akik Kumenteng..."

Jawan Solor sambil mulai lebih mendekati papan pengumuman menyelah Arindi dan

Gunadir

" Apa isi nya..?"

Tanya Solor

" Perompak pencelup tinta tuan"

Jawab Gunadir

Mereka berdua berdiri di depan papan pengumuman yang tertempel dua poster,

yang besar Poster Sayembara di tengah papan dan poster berukuran sedang di

bawah berisi pencarian Perompak pencelup tinta

" Aneh sekali tuan, mereka menyelupkan tinta kepada orang yang mereka ancam"

ucap Gunadir kepada Solor yang berdiri di samping kirinya

" Mungkin yang melayangkan anak panah tadi malam kelompok perompak ini"

" tetapi kalau pelakunya kelompok perompak ini, kenapa ketika di cari balik

tidak mau menemui?"

Gumam Solor

" Mungkin juga kelompok perompaknya memang tidak berani pada tuan tadi malam"

Jawab Gunadir

" Aku lihat orang tadi malam bersenjata panah juga"

" kenapa musti tidak berani?"

Gumam Solor

" Apa mereka sudah mengenalnya?"

Jawab Gunadir sambil membelokan kumisnya

" Memangnya siapa Nawiran? Diakan orang dari Tantruno"

Jelas Solor

" Benar juga tuan Solor"

Jawab Gunadir mengangguk

" Oh..iya, sebelum kemari saya membawa durian,"

" Sebentar saya ambil dulu"

Kata Solor seraya bergerak berjalan keluar warung menuju kandang

peristirahatan kuda

" Oh.. durian tuan?"

Jawab Gunadir heran campur bengong

" Kang, tuan Solor kali ini membawakan Durian kepada kita!"

Teriak Gunadir kepada Koro yang ada di meja tengah

" Haha ... "

Jawab Arindi

" Wehh.. kenapa km ketawa?"

Tanya Koro kepada Arindi yang merasa tidak sopan menertawakan pemberian Solor

" Wehh.. aku dulu yang minta kang, wkwk"

" ternyata di bawakan juga..."

Jawab Arindi

" Lah.. iya to?"

Tanya Gunadir seraya bergerak berjalan menghampiri mereka

" Iya aku yang request terakhir tuan Solor kesini"

Jelas Arindi

" Walah.. ada ada saja "

Gumam Koro sambil tersenyum senyum

" Ya kamu apa begitu kalau memang sudah tahu tuan Solor belum menikah?"

Kata Gunadir yang masih berjalan menghampiri mereka

" Yaahh kang...kalian juga kenapa gak menikah saja biar tambah yang jaga

warungnya .."

Jelas Arindi

" Lah... aku nunggu Kang Koro ya..."

Ucap Gunadir

Mendengar itupun Koro terdiam terenungi seraya segera berdiri

" Aku tidak tahu .., setelah ini Gun kamu segeralah tidur sebelum shiftmu!"

Ucap Koro menatap Gunadir menujuk dengan tangannya

" Iya kang.. sebentar nunggu duriannya"

Jawab Gunadir dengan sedikit tertawa

"Haha..."

Jawab Arindi

" Sudah Nduk, tamu kita nunggu dari tadi"

Kata Koro

" Iyaa Kang ku..."

Jawab Arindi yang hampir selesai menyiapkan dua mangkuk Soto

"Minumannya Apa tuan?"

Jawab Arindi dari jauh berada di meja tengah menanyakan kepada kedua pendatang

warung barusan

" Dua Kopi "

Jawab salah satu pendatang warung

Kini Solor tiba masuk kedalam warung dibarengi satu orang pendatang warung

lagi sambil membawa tiga buah durian yang tidak terlalu besar tertali di pegang

di tangan kanan Solor. Solor berjalan terus sampai meja tengah dan meletakan

tiga buah durian itu diatas meja

" Tuan Solor anda repot repot sekali tuan"

Kata Gunadir melihat Solor memasuki ruangan sambil membawa tali yang meliliti

durian

" Ini buat kalian"

Kata Solor sambil meletakan buah durian itu

" Oh.. tuan merepotkan anda saja"

Ucap Gunadir yang sudah duduk bersebelahan dengan Koro di depan Meja tengah

" Tidak sama sekali"

Ucap Solor

" Terima kasih kalau begitu tuan"

Ucap Koro berada di meja tengah diletakannya durian itu

" Wahh.. tuan Solor, dicium baunya pasti duriannya lezat"

Kata Arindi sambil senyum senyum

" Duriannya kecil tapi enak ini"

Jelas Solor kepada mereka

" Baiklah, aku coba cuci muka dulu menghilangkan kantuk"

Kata Solor menambah seraya beranjak dari dia berdiri berjalan menuju ruang

kamar mandi di sebelah utara belakang meja tengah berbentuk U

" Iya Tuan"

Jawab Koro dan Gunadir

Sambil mengambil pisau di tempat peracikan setelah itu memilih durian yang

paling matang Gunadir hendak memecah durian. Dilihatnya yang paling kuning dan

bengkak pada buah itu dibantu Koro memilih dan membuka buah durian pemberian

Solor. Setelah dibuka terlihat daging durian yang bersih dan matang berbau

menusuk lezat membuat Gunadir dan Koro segera mengambil biji yang terbalut

daging durian.Dinikmatinya buah durian oleh mereka disusul Arindi mencicipi

setelah melayani para pendatang warung.

Di hari yang semakin panas menunjukan matahari semakin naik dan sebentar lagi

melewati pagi menuju siang. Pendatang yang tadi malam kena teror kini berjalan

menuruni tangga habis tidur dikamar penginapan yang ada pada lantai dua mau

menuju kamar toilet.

" Ohh.. tuan Selamat pagi"

Kata Gunadir memberi salam kepada pendatang itu bernama Nawiran sudah bangun

berjalan menuruni tangga

" Iya.."

" Dimana kamar toiletnya"

Ucap Pendatang bernama Nawiran

" Sebelah sini tuan"

Jawab Gunadir sambil mengunyah daging durian dengan mengulurkan tangannya

mengarah kamar toilet

" Kamarnya masih ada orangnya tuan"

" tunggu sebentar ya"

Kata Arindi sedang duduk dimeja tengah yang ikut menikmati buah durian.

" Tuan sambil menunggu boleh melihat papan pengumuman yang barusan di tempeli

oleh prajurit kerajaan tadi?"

Tambah Arindi setiba di meja tengah didepan kedua kakaknya makan durian sambil

duduk

"Pengumuman apa?"

Tanya pendatang warung bernama Nawiran

" Tadi pagi sekali tuan, pemerintah kota Alingkukoh menempelkan poster berisi

pengumuman memberikan hadiah apabila membawa salah satu sekelompok perompak ke

Kota"

Jelas Koro

" Sekelompok perompak?"

" Apakah kelompok ini yang berani mengganggu jalanku tadi malam?"

Gumam pendatang warung bernama Nawiran berjalan menuju papan pengumuman di

sebelah samping pintu keluar masuk warung.

" Masih belum tahu pelakunya tuan, "

" Kelompok itu memberi tanda pada yang diancam dengan mencelupkan tinta di

jari"

Tambah Koro sambil menikmati daging buah durian

" Enak ya...pecah kan satu lagi"

Kata Arindi ikut memakan buah durian semeja dengan kedua kakaknya

Cekrekk..grlakkpp...

Suara pintu dibuka lalu ditutup oleh Solor sehabis dari kamar mandi.

"Hmm... perompak pencelup tinta"

Gumam pendatang warung bernama Nawiran

Melihat mereka bertiga makan durian dalam satu meja membuat Solor berhenti di

depan pintu kamar toilet dengan sedikit tersenyum sambil meluruskan rambut

kuncungnya keatas.

" Apakah kalian suka?"

Kata Solor sedang berdiri seraya mulai bergerak berjalan menjauhi pintu kamar

Toilet menuju meja tengah

" Kamar toiletnya sudah bisa digunakan tuan!"

Ucap Gunadir kepada Pendatang warung bernama Nawiran yang sedang di depan

papan pengumuman

" Kelompok perompak pencelup tinta? "

" Sudah sejak kapan kelompok perompak ini melakukan aksinya?"

Tanya Pendatang warung bernama Nawiran sambil berjalan menuju Kamar Toilet

melewati mereka

" Saya dengar sejak kemarin sore tuan"

Jawab Koro kepada pendatang warung yang sambil berjalan menuju kamar Toilet

" Iya tuan Nawiran, bisa jadi peneror anda tadi malam sekelompok perompak itu"

Tambah Solor menatap pendatang warung yang sambil berjalan menuju kamar Toilet

Pendatang warung bernama Nawiran yang hampir tiba di pintu kamar toilet

sebelah utara meja tengah tiba tiba berhenti sejenak

" Kalau mereka sekelompok perompak kenapa mereka tidak berani ketika aku

tantang mencarinya?"

Jawab Pendatang warung bernama Nawiran

" Mungkin ada yang mengenal anda"

Kata Solor

" Tidak mungkin, aku sendiri asing di Sanajayan"

Jelas Pendantang warung bernama Nawiran

Sambil memasuki kamar toilet warung

Cahaya sinar matahari yang masuk di dalam warung melalui jendela menambah

menerangi seluruh ruangan warung yang lumayan ramai bercahaya oren dari lampu

ublik yang berada di atas meja tengah dan beberapa tertempel di dinding.

" Saya mau bersiap dulu "

Kata Solor kepada ketiga penjaga warung yang asyik menikmati buah durian satu

bangku

" Baiklah tuan"

Jawab Gunadir melihat Solor bergegas berjalan menuju tangga naik.

" Berati warung kita dalam pengawasan ya kang?"

Ucap Arindi penjaga warung sambil menggigit daging durian yang belum semua

habis

" Mmm...hanya diawasi prajurit saja"

Ujar Koro sambil makan durian juga

" Kamu tidak perlu kawatir..pendatang yang menginap disini kebanyakan para

kesatria"

Gumam Gunadir kepada Arindi

" Tentu saja kang, masih ada akang dan juga kang Koro"

Kata Arindi

" Sepertinya memang akan ada masalah serius"

" Mengetahui pernyataan dari tuan Solor kemarin, serta pihak pemerintah kota

Alingkukoh tadi yang sebenarnya mereka tahu kalau masalahnya timbul setelah

raja memberikan akik Kumenteng kepada tuan Wandarimo"

Gumam Koro sambil makan buah durian yang sudah habis tiga butir

" Memang masalah apa kang? apa orang orang takut karena rumor ada Malapetaka

Penutup?"

Sahut Gunadir penjaga warung yang sedang menikmati buah durian juga habis enam

butir

" Rumor itu sudah sejak dulu, tetapi itu hanya rumor saja ..tidak tahunya ada

gunung meletus dan gempa bumi"

Jawab Koro

Di lantai dua Warung dan Pondok Kecot, berada di ruang kamar, kini Solor

merapikan serta menata barang bawaannya berupa senjata senjata kecil dan

peralatan bekakas lainya ada yang dimasukan ke sabuk otok dan tas kecilnya ada

juga di selipkan ke ikat pinggang dan sebagian di dalam rompinya.

Setelah semua beres Solor segera meninggalkan ruangan kamar penginapan sambil

menyahut botol Ramuan Parem Kelor yang sudah terbukus kain goni rapi berjalan

keluar pintu hingga menuju tangga turun.

" Tuan Solor tidak mencicipi duriannya juga?"

Kata Gunadir tahu melihat Solor menuruni tangga

" Kalian belum menghabiskan?"

Jawab Solor sambil berjalan menuruni tanga.

" Tidak tuan, sebagian untuk kami simpan"

Kata Arindi penjaga Warung

" Bagaimana rasanya?"

Tanya Solor sudah di lantai warung menghampiri meja tengah berbentuk U

" Enak tuan, manis sekali"

Jawab Arindi

" Aku membawanya dari pedagang keliling, waktu itu duriannya masih muda"

Kata Solor kepada mereka

" Ini tuan silahkan"

Kata Koro pedagang warung sambil memberi sepotong buah durian kepada Solor

yang berjalan memasuki meja tengah berbentuk U

" Iya sudah, nikmati saja"

" Mana bolpoinmu"

Ucap Solor sambil menggerakan kepalanya mengelilingi deretan meja tengah yang

membentuk u

"Mmm .. itu tuan di sebelah meja kasir"

Jawab Arindi sambil menujuk dengan tangannya kearah belakang memberitahu letak

meja kasir

Dengan segera mengetetahui di meja kasir yang diatasnya terdapat potongan

potongan kertas, ublik lampu kecil bagian pojok meja di yang sebelahnya ada vas

kecil dari tanah liat tertanami tanaman kecil berdaun hijau serta beberapa lidi

bolpoin dan wadah tinta di sisi pinggir meja. Bergerak lebih mendekati meja,

Solor seraya meletakan botol ramuan yang terbungkus ke meja kasir itu lalu

mengulurkan tangannya memegang wadah tinta dan mengambil lidi bolpoin yang

kemudian dicelupkan ke wadah tinta hingga memulai melumurkan tinta ke jari

telunjuk tangan kirinya merata, diulangi lagi lalu melumurkan diratakan tinta

ke jari tengah

" Oh tuan.. yang benar saja??"

Tanya Koro sempat melihat kebelakang karena Solor menanyakan meja kasir

mengganggu sedang menikmati durian

" Kenapa?"

" Hanya saja saya penasaran"

Jawab Solor sambil melumuri jarinya dengan tinta alat tulis

" Mmm...kelompok perompak itu pasti akan terkejut"

Gumam Gunadir belum selesai makan durian

" Tuan Solor benar akan berangkat sekarang?"

Tanya Arindi duduk di samping kiri Koro bersama sedang makan durian

" iya pagi ini saya akan berangkat lewat Jalur Lumut"

Jawab Solor mengibas kibaskan dua jarinya terlumuri tinta agar kering

" Kalau begitu saya buatkan sarapan ya tuan"

Tanya Arindi

" Oh.. baiklah, sekalian berikan total belanjaan saya"

Ucap Solor berdiri di depan meja kasir yang ada pada ujung meja tengah U

Arindi berdiri meninggalkan mereka berdua yang sedang memilih serta makan

daging durian berjalan menuju meja paling panjang pengracik makanan di yang

belakangnya.

" Tuan sarapan apa?, Soto atau Pecel?"

Tanya Arindi setelah tiba di meja pengracik makanan

" Ah, Nasi Pecel saja"

Jawab Solor sambil mengayunkan tangannya

" Baiklah"

Jawab Arindi yang langsung mengambil piring terbuat dari kayu serta daun

pisang untuk siap meracik pesanan

Mengetahui Arindi sedang meracik makanan, membuat Solor selesai melumuri

jarinya dengan tinta bergerak berjalan keluar dari meja tengah berbentuk U

menghampiri bangku dingklik yang diluar meja tengah di samping kanan Gunadir

duduk

" Ini tuan silahkan"

Ucap Gunadir menyeret memberikan potongan buah durian menyamping ke arah depan

Solor yang sedang bersiap duduk

" Sudah, habiskan saja"

Jawab Solor sambil duduk menyebelahi Gunadir

Ckreekkk .... Gralrrp..

Suara pintu terbuka kemudian menutup di samping belakang meja tengah berbentuk

U

" Sarapan tuan?"

Tanya Arindi penjaga warung mengetahui Pendatang warung bernama Nawiran

selesai dari kamar toilet

" Tidak apa apa"

" Apa Menunya"

Kata pendatang warung bernama Nawiran sambil memandang kearah papan menu di

belakang meja tengah berbentuk U

" Soto, Pecel, Nasi ayam goreng, Nasi tahu?"

Jawab Arindi

" Buatkan nasi pecel saja"

Jawab Pendatang warung bernama Nawiran

Pendatang warung yang keluar dari kamar toilet itu langsung berjalan menuju

bangku dingklik diluar meja tengah berbentuk U bagian sudut menyandingi Solor.

" Berangkat pagi ini tuan Nawiran?"

Tanya Solor memandang Pendatang warung yang barusan duduk di sebelahnya

" Iya,"

" Lewat mana jalan tercepat menuju ke Wijonayem?"

Tanya Pendatang warung bernama Nawiran

" Lebih pendek lewat Jalur Lumut"

" Tetapi jalan disitu sedikit terjal dan melewati jurang jurang"

" Aku ingin melihat Sayembaranya, terlalu beresiko apabila melewati wilayah

dekat hutan angker itu"

Kata Pendatang warung bernama Nawiran

" Kalau tidak ada kendala bisa sehari sampai tiba ke Wijonayem"

Kata Solor yang duduk diantara Gunadir dan Pendatang warung bernama Nawiran

" Tidak, aku akan keselatan saja, lagi pula Sayembara diadakan dua hari lagi"

Kata Pendatang warung bernama Nawiran

" Jadi tidak terlalu terburu buru"

Tambah pendatang warung itu.

" Ini tuan, "

Kata Arindi sambil memberikan dua piring nasi pecel diletakan di depan meja

yang diduduki Solor dan juga Pendatang warung bernama Nawiran

" Terima kasih"

Ucap Solor

" Minumnya apa tuan?"

Kata Arindi

" Teh hangat saja"

Ucap Solor

" Tuan, minumnya?"

Tanya lagi Arindi kepada pendatang warung bernama Nawiran

" Sama "

Ucap pendatang itu

" Tuan selamat menikmati makanannya ya, saya akan keatas dulu"

" Semoga perjalanan anda sekalian selamat sampai tujuan"

Ucap Gunadir yang beranjak berdiri mau beristirahat

"Oh.. iya, selamat beristirahat"

Jawab Solor

Setelah Gunadir penjaga warung selesai menikmati buah durian kini berjalan

menuju tangga naik meninggalkan semua yang ada diwarung

" Tuan Nawiran juga mau durian?"

Kata Koro

" Tidak terima kasih"

Ucap Pendatang warung sambil mengunyah sayuran nasi pecel

" Kalau begitu tuan, saya simpan ya sisanya ya"

Kata Arindi tersenyum senyum kepada Solor sambil meracik minuman di meja

pengracik meja tengah U

" Oh iya, silahkan"

Ucap Solor

Hari yang semakin panas hampir menuju siang ketiga penjaga Warung dan Pondok

Kecot telah menghabiskan satu buah durian pemberian Solor yang kemudian

melakukan tugas masing masing seperti biasa.Sudah biasa juga bagi Solor

membawakan mereka oleh oleh sejak kakek mereka yang juga penjaga Warung ini.

Sambil sarapan pendatang warung yang makan semeja dengan Solor melihat jari

tangan Solor yang terlumuri tinta hitam di samping piringnya membuat pendatang

itu ingin mengatakan sesuatu.

" Jadi tuan, kata penjaga warung tadi ada orang pemerintah Alingkukoh datang

kemari?"

Tanya Nawiran pendatang warung yang masih sarapan

" Iya,"

" Mereka memberitahu bahwa wilayah kerajaan mulai sekarang dalam wawasan

prajurit yang bergerilya"

Kata Solor sambil makan pecel

" kenapa perompak itu mencelupkan tinta ?"

Tanya pendatang warung

" Tidak tahu kenapa mereka melakukan itu"

Jawab Solor

" Ini tuan Tehnya"

Kata Arindi sambil meletakan dua gelas dari tanah liat berukir keong

" iya, terima kasih"

Jawab mereka berdua

" Jadi tinta pada jari anda itu untuk memancing mereka?"

Kata pendatang warung melanjutkan menyendoki nasi pecel

" Begitulah, "

Jawab Solor yang hampir selesai makan

" Bagaimana kalau aku juga mencobanya juga?"

Tanya pendatang warung bernama Nawiran

" Silahkan saja"

Jawab Solor

" Tetapi aku hendak menonton Sayembaranya,

Bagaimana kalau waktu perjalananku dihabiskan untuk meladeni kelompok perompak

itu?"

Kata Pendatang warung

" Ya coba saja "

" Habisi saja mereka secepatnya"

Jawab Solor yang berubah menjadi sedikit illfeel

" Mereka berkelompok "

Kata pendatang warung

" Nah, mungkin ini akan jadi jawaban ketika anda mencari pemanah yang

melayangkan anak panahnya ke depan anda tadi malam!"

Kata Solor

" Baiklah, Nona tolong saya minta tinta bolpoinnya juga!"

Teriak pendatang warung itu kepada Arindi

Mendengar pendatang warung meminta tinta bolpoin membuat pengalihan Koro yang

sedang duduk di meja dekat tangga naik melipati selimut selimut.

" Oh.. buat apa tuan?"

Kata Arindi

" Sama seperti tuan ini"

Jawab pendatang warung bernama Nawiran itu

" Tuan , sebaiknya tidak usah"

" Ini masalah penduduk Sanajayan saja"

Kata Solor kepada Orang itu yang sambil menyudahi sarapan

" Kalau ini masalah yang ditimbulkan karena hutan angker itu saya ikut"

" Hutan angker itu sungguh meresahkan warga kami juga"

Kata Pendatang warung

" Ini tuan"

Kata Arindi sambil meletakan wadah tinta ke meja samping piring pendatang itu

Setelah selesai sarapan dan sesekali meminum tehnya, pendatang warung itu juga

memulai melumuri jari kirinya dengan tinta bolpoin sama seperti yang dilakukan

Solor. Melihat itu membuat Solor seraya segera bersiap membayar nota.

" Berapa totalnya"

Tanya Solor kepada Arindi

" Oh baiklah tuan,"

Jawab Arindi penjaga warung seraya ke meja Kasir mengambil catatan harga Solor

serta botol Ramuannya.

Berjalan menuju Solor duduk di bangku dingklik depan meja tengah berbentuk U.

Kini Arindi memberikan sepotong kertas dan juga botol Ramuan Parem Kelor yang

tertinggal di meja Kasir saat dia melumasi tinta tadi.

"Ini tuan"

Kata Arindi seraya meletakan Botol Ramuan Kelor dan kertas catatan

" Anda mau pergi?"

Tanya Orang pendatang itu

" Iya, sebentar lagi siang"

Jawab Solor sambil membuka sabuk otoknya berisi dompet penyimpan koin

" Ini "

Jawab Solor dengan meletakan dua koin perak dan lima perunggu di atas meja

" terima kasih tuan"

Jawab Arindi

" Tuan Solor mau berangkat?"

Tanya Koro berjalan menuju meja tengah sambil membawa selimut yang belum di

rapikan

" Iya, sudah mau siang, saya kira sudah pas nanti di Jalur Lumut tidak dingin"

Kata Solor

" Iya tuan, hati hati di jalan "

" Semoga malamnya mendapat tempat isirahat yang aman"

Kata Koro berdiri di samping meja tengah menyaksikam detik detik Solor

meninggalkan mereka

" Lihatlah, walaupun kita berbeda jalan menuju Wijonayem, tanda tinta pada

jari ini akan memberi tahu siapa yang diantara kita paling lambat tiba di desa

Wijonayem!"

Tantang Pendatang warung bernama Nawiran