webnovel

Menunjukkan Kekuatan

Elena, Naruto, Eriza, August, Shin, dan May (ini disebutkan satu-satu biar authornya ingat siapa saja, bukan karena ingin memperbanyak jumlah kata) pergi ke tempat latihan Shin menggunakan sihir Gate. Tentu saja, Shin yang menggunakan sihir itu. Hanya dia yang bisa menggunakan sihir Gate di antara mereka, setidaknya untuk saat ini.

Lokasi mereka berada setelah menggunakan Gate berada di tempat latihan Shin atau lebih tepatnya Ultimate Magician yang saat ini masih merupakan salah satu klub ekstrakurikuler di sekolah sihir Earlshide. Tidak ada seorangpun di sana karena saat ini semua anggota masih menjalankan latihan lain.

"Hou, jadi ini adalah sihir ruang-waktu, ya. Tidak aku sangka ada yang bisa menggunakan sihir selangka ini." Elena mendekatkan wajahnya pada sihir Gate milik Shin.

"Hehe, tentu saja. Ini adalah salah satu sihir yang aku kembangkan sendiri, hebat bukan?" Shin dengan percaya dirinya menanyakan pendapat tentang sihirnya.

"Hmm, menurutku ini tidak terlalu hebat." Elena menarik wajahnya dan mengarahkan pada Shin sebelum menjelaskan, "Pengguna dari sihir ini perlu masuk ke dalam celah ruang-waktu sebelum dia bisa pergi ke tempat lain. Menurutku, ini kurang efisien dan akan menjadi masalah saat melawan musuh yang relatif cepat. Sihir Teleportasi secara langsung jauh lebih baik dari pada ini."

"Teleportasi itu mengubah tubuh penggunanya menjadi partikel berukuran sangat kecil, kemudian merekonstruksinya kembali. Akan terlalu beresiko jika pengguna tidak bisa melakukan rekonstruksi ulang fisik," jelas Shin.

"Itu hanya alasanmu. Jika kamu ahli, itu tidak akan menjadi masalah." Elena menatap datar pada Shin, merasa jika alasan tersebut terlalu ringan. "Selain itu, …."

*Tack!* *Prank!*

Elena menjentikkan jarinya pada Gate milk Shin, lalu Gate tersebut hancur seperti serpihan kaca.

Mereka semua kecuali Eriza dan Naruto terkejut melihat itu. Shin menjadi yang paling terkejut karena baru kali ini dia melihat sihir ruang-waktu dapat dipatahkan, dan ini pun dengan sangat mudah.

"Gate ini merupakan sihir ruang-waktu tingkat rendah. Jika ada sihir ruang-waktu lain yang menabraknya, maka ini akan langsung hancur seperti yang baru saja kau lihat," kata Elena dengan wajah biasa.

"Ba-Bagaimana kamu melakukan itu?" tanya Shin yang masih dalam keadaan tercengangnya.

"Yah, aku kebetulan ahli dalam sihir ruang-waktu, jadi ini bukan masalah besar. Sudah, dari pada itu, bukankah ada hal lain yang ingin kamu tunjukkan pada kami?" Elena mencoba mengalihkan topik saat merasa pembicaraan ini akan menjadi lama.

"Oh, benar juga. Sebenarnya, aku ingin mengajakmu melakukan duel. Aku penasaran tentang ninja dan ingin melihat bagaimana cara kalian bertarung." Shin mengangkat jari telunjuknya di bawah bibirnya.

Naruto cukup kaget dengan apa yang baru saja dikatakan Shin. Bukannya dia takut dengan ini, hanya saja Naruto tidak menyangkal jika sosok yang disebut-sebut sebagai pahlawan merupakan seseorang yang gila pertarungan. Naruto yang baru saja bertarung tidak ingin bertarung lagi katena merasa malas dan capek.

Sedangkan untuk Eriza, ini tidak ada hubungannya dengannya sehingga dia diam saja tidak memberikan tanggapan. Dia tahu jika tujuan utama Shin melakukan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara ninja bertarung, sedangkan dia bukan ninja dan tidak ada untungnya Shin bertarung melawannya.

"Mengajak kami bertarung? Apa kamu bercanda?" tanya Elena dengan ekspresi serius.

"Tidak, aku tidak bercanda." Shin menggelengkan kepalanya. "Ini bukan pertarungan serius, aku hanya ingin melakukan beberapa duel ringan denganmu."

Elena mengalihkan wajahnya sebelum mengatakan, "Sebaiknya jangan, ini tidak akan bagus untukmu."

"Eh? Kenapa?" tanya Shin.

"Karena …."

*Cring!*

Sebuah kunai tiba-tiba muncul di dekat leher Shin. Kunai tersebut melayang dan saat ini menyentuh lehernya.

Shin merasakan rasa logam yang dingin di lehernya. Dia terkejut dalam diam sambil mengeluarkan keringat dingin dari dahinya sesaat setelah menyadari sebuah kunai sudah hampir menusuk lehernya. Seumur hidupnya di dunia ini, baru kali ini Shin gagal mendeteksi sihir lawannya dan berada dalam kondisi hampir mati.

Bukan hanya Shin yang kaget dengan itu, May dan August juga tidak menduga bahwa orang yang mereka anggap terkuat di kerajaan ini sekarang nyawanya berada di ujung tanduk.

"Karena kalau kita bertarung, mungkin kamu akan mati. Selain itu, keterampilan bertarungmu masih jauh di belakangku, ini membuatmu masih belum pantas untuk melawanku," lanjut Elena.

"Ba-Bagaimana kamu melakukan itu?" tanya Shin.

"Apa kamu hanya memiliki sedikit kosakata? Kamu sudah mengatakan kalimat itu tadi," kata Elena ketus, merasa bahwa pikiran pahlawan ini terlalu kekanak-kanakan, bukan?

"Maaf, tapi aku benar-benar penasaran dengan sihir yang baru saja aku lihat," ucap Shin.

"Hah, baiklah jika kamu mengatakan seperti itu." Elena menarik kembali kunai miliknya dan memasukkannya ke dalam bayangan di bawah kakinya. "Yang aku gunakan tadi adalah Teleportasi biasa untuk mengirimkan kunai dengan cepat. Setelah itu, aku menggunakan Telekinesis untuk membuatnya melayang."

Shin mengelus dagunya memikirkan kembali tentang sihir Elena. "Begitu ya, jadi ini adalah keuntungan dari sihir Teleportasi biasa yang bisa memindahkan objek dengan cepat."

"Apa hanya itu saja yang ingin kamu katakan padaku? Entah kenapa sekarang aku merasa jika ini hanya buang-buang waktu." Elena terlihat kecewa saat mendengar itu.

Sebenarnya Elena juga tidak memiliki banyak kegiatan kalau tidak datang ke sini, tapi ini sungguh mengecewakan saat hanya ada urusan kecil dan kurang menguntungkannya di sini. Saat ini Elena belum makan siang, dia juga bisa merasakan lapar sebagai manusia, jadi dari pada ke sini Elena berencana untuk makan siang.

"Maaf, deh. Aku sebenarnya berencana mengajakmu berduel, tapi aku tidak menyangka akan berakhir secepat ini." Shin menyatukan kedua tangannya di depan tubuhnya.

"Shin, Shin!" Naruto melambaikan tangannya pada Shin, menyiratkan bahwa dia menyuruh Shin untuk mendekat.

"Ada apa, Naruto?" Shin berjalan mendekati Naruto.

Naruto mendekatkan bibirnya pada telinga Shin dan membisikkan, "Sebenarnya Nee-san merasa kesal karena dia belum makan siang saat ini. Mungkin, dia akan menjadi lebih tenang jika kamu mentraktirnya makan."

"Oh, begitu ya. Kupikir, dia sedang datang bulan dan memiliki gangguan emosi saat ini. Ternyata dia gadis yang rakus, ya," jawab Shin juga dengan berbisik.

"Aku mendengarkannya, lho." Elena tiba-tiba muncul di antara Naruto dan Shin.

*Pak!*

"Maaf, Nee-san!" Naruto segera menyatukan kedua telapak tangannya dan sedikit membungkuk pada Elena sebelum masalah ini menjadi lebih berlarut-larut.

Dalam diamnya, mata Elena mengarah pada Shin dengan tampilan sinis yang berisikan dendam dan amarah. Dia masih tidak terima saat Shin mengatakan tentang dirinya yang rakus.

"Aku minta dan aku sungguh tidak mengetahuinya," ucap Shin dengan cepat.

"Huh, baiklah. Aku terima permintaan maaf kalian. Tapi karena kamu sudah membuang-buang waktuku dengan membawaku ke sini dengan paksa, akan lebih baik jika aku mendapatkan beberapa hal untuk keuntunganku, 'kan?" Elena melipat tangannya dengan terlihat kesal.

"Apa yang kamu inginkan? Aku akan berusaha membantumu sebisaku," ucap Shin.

Elena kemudian mengalihkan wajahnya pada August dan mengatakan, "Bisakah aku meminta informasi tentang Kekaisaran Bluesphere?"