Reaper adalah job yang cukup langka dan tak banyak orang yang menggunakannya, dikarenakan syarat yang harus dipenuhi cukup tinggi. Tapi jika seseorang berhasil mendapat job ini, maka kekuatan serangannya akan sangat besar apa lagi senjata yang ia gunakan.
Senjata mereka berupa sabit besar seperti yang digunakan dewa kematian, tapi jangan salah senjata itu termasuk senjata jarak menengah selain tombak. Apa lagi kekuatan serangannya yang sangat besar, tapi untuk dapat menggunakan senjata itu sword mastery seseorang haruslah sudah berada di tingkat beginner level 5.
Sangat sulit menjumpai seseorang yang menggunakan sabit sebagai sebayanya, tapi kali ini kami menemukan salah satunya.
" maaf, maaf, apa kalian takut. Aku hanya bercanda kok. " katanya sambil masih menenteng sabitnya
" perkenalkan namaku Zerav, seorang Reaper " katanya sambil mengulurkan tangannya padaku.
" salam kenal Zerav, aku Izuna, seperti yang kamu lihat, aku pemain pedang " balasku menyambut uluran tangannya.
" pemain pedang?? Swordman?? " tanyanya. Memang job yang menjadikan pedang sebagai senjata utama itu cukup banyak dan sangat beragam. Tapi ia langsung mengaitkanku dengan job Swordman.
" Yah..." balasku dengan ragu-ragu. Aku yakin jika aku menyebutkan jobku secara jujur, mereka pasti sangat terkejut. Selama ini diketahui jika pemilik job special-class itu sangat sedikit, mungkin tak sampai 20 pemain.
" hhhh, terserah... " ia sudah malas dengan ku, dia sepertinya mengetahui jua aku sedang menyembunyikan jobku tancap sebenarnya dan tak berniat mencari tahu lebih lanjut karena itu adalah privasi seseorang. "lalu kamu?? "dia balik bertanya ke Edna.
" aku Edna, penyihir api dari kota bruin" jawab nya dengan sedikit gugup, tentu semua orang pasti ketakutan jika melihat seseorang dengan wujud seperti dewa kematian. Apa lagi orang ini juga memakai jubah hitam yang menambah kesan seperti shinnigami.
"maaf maaf, kau takut yaa. Kupikir pakaian seperti shinnigami itu sangat keren, jadi aku ingin memakainya juga, tapi tak kusangka jika akan ada orang yang ketakutan melihatku. " katanya panjang lebar. Tapi dari sana aku tahu jika anak ini cukup menyukai penampilan shinnigami.
" terserah lah, kami ingin melanjutkan penjelajahan, kamu mau ikut tidak" kataku sambil bangun dari dudukku.
" tentu aku mau ikut. " katanya dengan semangat.
" Ngomong-ngomong kamu tadi daru mana?? " aku masih penasaran dengan arah munculnya tadi.
" oh itu, aku habis dari lantai depan, niatnya aku mau mengalahkan nya sendiri, tapi ternyata kemampuanku belum cukup"
"sendiri?? "
"ya, aku menjelajahi ini sendirian dari awal" aku yang mendengar itu jadi kaget. Kami berdua saja kesulitan mengalahkan berbagai monster yang menghadang, tapi tadi ia bilang jika dia sendirian.
" level berapa?? "
"32" jawabnya singkat. Pantas saja ia bisa menjelajahi ini semua sendirian, semua karena levelnya yang cukup tinggi.
Kami mengikuti Zerav, kan dia sudah ke lantai selanjutnya jadi paling tidak tahu lah jalan ke sana. " memang monster apa saja disana, sampai kau sendiri tak bisa mengalahkannya" tanyaku dengan keheranan, jika ia yang berlevel tinggi sekalipun tak bisa mengalahkan monster itu, apa lagi kami. Jadi aku punya dulu diagnosa, pertama monsternya sangat banyak, kedua monsternya hanya ada beberapa tapi punya level yang cukup tinggi.
" hmm, katak raksasa, tikus beracun, ulat asam, dan juga golem batu. Dari semua itu yang paling merepotkan adalah tikus beracunnya, jika kita terkena ravunnya, maka gerakan kita akan melambat beberapa saat, kemudian..... " dia menjelaskan semua yang dia ingat saat di perjalanan. Aku mendengarkannya dengan seksama, informasi itu sangat penting. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui setiap informasi mengenai musuh yang akan dihadapi.
" ini tempatnya " kami sampai tak sadar jika sudah sampai disini. Sebuah tempat dengan pintu yang menyeramkan tapi tak terlalu besar dan disana tergeletak berbagai tulang belulang hewan.
Kami mulia memasuki tempat tersebut, kami seketika disambut segerombolan katak raksasa. Seperti namanya ini hewan katak, hanya saja ukurannya yang sangat besar mencapai 2 meter.
Aku sebenarnya mau menyerangnya dengan pedangku, tapi kata Zerav tadi, mereka tak mempan diserang dengan serangan fisik, dan hanya mempan diserang dengan sihir. Mereka semua menyerah katak katak itu dengan sihir, meski belum cukup untuk membunuh katak itu, tapi setidaknya serangan mereka memberikan kerusakan ke katak katak itu.
Kalau hanya serangan sihir yang dapat melukai katak itu, berarti serangan sihir pada senjata juga sama kan. Aku mulai memberikan sebagian mana ku ke dalam pedang itu, tak lama kemudian terbentuklah sebuah aura hitam yang menyelimuti pedangku.
Aku berlari kemudian menebas salahsatu kaki katak itu, tak disangka seranganku mampu mentang kaki itu, bahkan Zerav yang melihat ini sampai terkejut.
Tak mau memberi waktu memulihkan diri, aku melompat ke atas kepala katak itu dan menusukkan pedangku ke kepala katak itu. Masih belum cukup, aku membayangkan aura yang menyelimuti pedang ku semakin bertambah panjang. Itu berhasil dan katak yang menerima seranganku langsung mati dengan lubang di atas kepalanya.
Aku melanjutkan dengan membunuh katak katak yang lain, saat aju sedang melawan salahsatu katak itu, maka Zerav dan Edna akan menyibukkan katak katak yang lain. Aku terus melakukan hal tang sama berulang kali, satu demi satu katak mati ditanganku, hingga tersisa tiga katak.
Masing masing dari kami akan menghadapi satu ekor katak sendiri sendiri. " hey, butuh bantuan tidak?? " kataku dengan duduk di atas kali salah satu katak yang sudah kukalahkan.
" tidak perlu"
"sama, aku juga tak butuh bantuan"
Aku sudah mengalahkan satu katak yang menjadi bagianku, dan sekarang sedang melihat mereka sedua yang melawan katak. Kalau Edna terlihat kesulitan sih itu masih wajar, karena mungkin level katak itu lebih tinggi dari level Edna, tapi kalau Zerav kesulitan sih itu sangat mengherankan.
Jelas jelas levelnya lebih tinggi dari katak itu, tapi di masih kesulitan. Setelah kulihat lebih lanjut, ternyata dia tak banyak memiliki skill yang berhubungan dengan penggunaan mana. Tapi setiap serangan nya terlihat memberikan kerusakan ke katak itu. Mungkin hanya perlu waktu untuk mengalahkan katak itu.
Aku menunggu mereka mengalahkan katak itu sambil membuat potion. Tak lama kemudian mereka berdua mendatangi ku dengan keadaan yang lemas. Mereka sangat kelelahan setelah berurusan dengan katak itu. Aku memikirkan potion kepada mereka berdua.
" tak perlu, aku akan istirahat saja"
" aku juga, lebih baik kami simpan saja potionmu. Mungkin nanti akan diperlukan dalam pertarungan.
Mereka berdua menolak potion pemberianku dan mulai beristirahat, tapi aku langsung teringat sesuatu dan langsung menyuruh mereka untuk segera mengkonsumsi potion itu. Awalnya mereka bingung, tapi tak lama kemudian seperti sudah mengingat sesuatu, mereka segera mengambil potion dari tanganku dan langsung mengkonsumsi nya.