webnovel

Calon Imamku (Tamat)

Faezya Farzan, seorang mahasiswi jurusan PGMI, dia sering sekali bermimpi bertemu dengan seorang pria berjubah putih berparas rupawan dengan senyu manis, pria itu selalu mengatakan bahwa dia adalah calon istrinya. Faeyza jatuh cinta dengan seorang pria dama mimpi tersebut, berusaha mencari dan terus mencari hingga hatinya tak mampu terbuka untuk pria lain, tak perduli bahwa dirinya akan dianggap gila. Dia hanya ingin bertemu dengan bersama pria tersebut. "Aku hanya inginkan dirimu, calon imamku."

Firanda_Firdaus · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
88 Chs

Episode Sebelas

Calon Imamku Episode Sebelas

Nita dan Rico memperhatikan Faeyza yang terus mencoba berbicara dengan Zein yang dikira Tanvir, pria itu terlihat menghindar dan enggan untuk memberikan jawaban sedangkan Faeyza berusaha untuk membuat pria tersebut bicara.

"Tanvir, kenapa sekarang kamu diam saja? Apakah kamu sakit gigi? Biasanya kamu sangat aktif. Apakah karena sekarang yang mengajar adalah Paman Maulana? Bukankah kamu selalu merasa kalau Paman Maulana adalah saingan cintamu dalam mendapatkan ku?" kata Faeyza, matanya memperhatikan buku yang sedang dipegang oleh prua rupawan tersebut.

Zein tersenyum simpul, rasanya sangat menggelikan kalau adiknya bisa merasa bahwa Ayahnya adalah saingan cinta dalam mendapatkan seorang wanita, padahal sang Ayah tidak akan mungkin merebut kekasih dari Anaknya sendiri.

"Benarkah? Apakah menurut mu … Tanvir akan menganggap kalau Ayah kami sebagai saingan cinta?"

Faeyza tercengang ketika menyadari bahwa pria yang ada di sampingnya itu bukanlah Syehan Tanvir Mizan melainkan Zein Ekky Maulana, sedang dia tadi menanyakan kecocokan antara dirinya dan pria tersebut.

"ZEIN!" Tanpa sadar gadis itu menyebut nama pujaan hatinya dengan lantang bahkan seperti orang terkejut hingga membuat seisi kelas tertuju padanya dengan tatapan heran begitu juga Maulana, pria paruh baya tersebut mendongak memperhatikan salah satu muridnya tersebut dengan tatapan heran.

"Faeyza Farzan, bukankah Zein ada di sampingmu? Kenapa kamu memanggil namanya dengan berteriak seperti dia ada di luar angkasa saja?" katanya sambil menatap gadis tersebut.

Suasana seketika berubah menjadi hening, Zein menunduk sambil tersenyum. Dia tidak menyangka kalau seorang gadis yang ditaksir sang Adik ternyata begitu menggemaskan, bahkan memanggil orang yang di sampingnya terlihat begitu sangat keras.

Tubuh Faeyza berubah menjadi kaku seketika, rasanya sangat memalukan memanggil nama seseorang dengan sangat keras."Anu pak … tadi … tadi saya hanya terkejut, saya pikir … saya pikir dia adalah Tanvir," jelasnya canggung.

"Za, bukankah dia memang Tanvir? Kamu yang berteriak memanggil nama lain," sahut seorang pria di pojok.

"Benar itu, Za. Lagi pula … bukankah kamu selama ini juga sering menuliskan nama itu? Lihat saja nama yang kau tulis di buku dan pena mu, semua namanya adalah Zein," timpal seorang yang satu.

Faeyza semakin merasa sangat malu, ia hanya bisa menundukkan kepala tidak berani mengangkat wajah. Maulana tersenyum maklum, seusia gadis itu memang wajah mengalami masa puber."Sudah, kalian tidak perlu bergosip. Tidak ada salahnya Faeyza menyukai seseorang, yang terpenting Faeyza mampu menjaga rasa sukanya agar tidak menjerumuskan ke dalam maksiatan."

"Apa yang dikatakan Ayah memang benar, hendaklah kita tidak perlu mengatakan sesuatu yang tidak diperlukan. Mungkin saja … apa yang terjadi pada Faeza merupakan rahmat dari Allah, atau mungkin itu juga tanda bahwa pria itu memang jodohnya, bukankah kita semua tidak ada yang tahu?" timpal Zein.

Faeyza melirik pria rupawan tersebut, tanpa sengaja bibirnya tersenyum dan hatinya merasa sangat lega. Ternyata seorang yang disukainya tidak menertawakan dirinya bahkan membelanya.

"Iya, kalian ini jangan suka seperti itu, kasihan Faeyza, dia sudah sangat menunggu lama. Tapi aku sangat senang kalau nanti Faeyza menikah di usia dua puluh tahun dengan pria yang selama ini dia impikan," kata Nita menimpali.

"Sudah, sekarang kita kembali mulai pejarannya. Masalah bahas jodoh itu nanti saja, siapa tahu kalian bagia yang perempuan masih single berminat menjadi jodoh untuk kedua putra ku." Maulana menyela pembahasan masalah jodoh dari muridnya.

"Mamangnya anak bapak bersedia menikah di usia berapa? Pekerjaannya apa? Perjaka atau duda? Tampan atau tidak?" tanya Nita bertubi-tubi.

"Nita, kamu bersemangat sekali. Anak saya itu bernama Syehan Tanvir Mizan dan Zein Ekky Maulana, Zein itu Owner ZEM dan Tanvir adalah CEO di ZEM. Mereka masih perjaka dan mereka juga selalu menjadi idola para gadis, tapi sepertinya Nita … mungkin mereka tidak tertarik pada mu," canda Maulana tersenyum tipis.

Nita merengut sebal mendengar candaan dosennya tersebut."Bapak bisa saja, saya ini masih gadis dan muda lagi. Masa anak bapak tidak ada yang mau dengan gadis cantik seperti saya si?"

Di sisi lain, Tanvir keluar dari perusahaan ZEM. Perusahaan berlian bertaraf international tersebut selalu menjadi incaran bagi banyak orang untuk bergabung atau sekedar menjadi investor walau sebenarnya sangat tidak dibutuhkan."Meeting selesai, sekarang aku mau ke rumah Faeyza. Kuliah sudah selesai, tapi …" Dia baru ingat kalau hingga kini belum tahu alamat rumah gadis cantik tersebut.

"Alamat rumahnya di mana?" tanyanya entah pada siapa.

"Sore, pak," sapa seorang wanita cantik memakai rok selutut dan baju kerah bawah hingga hampir menunjukkan buah dadanya.

"Anjani, kamu bisa tidak tutup tubuh kamu dengan benar. Untuk kak Zein tidak di kantor, kamu bisa diceramahi berjam-jam nantinya," omel Tanvir sambil mengusap wajahnya menggunakan telapak tangannya.

Gadis cantik itu memperhatikan penampilannya, menurutnya sudah sangat sopan hanya memang kerah bajunya sedikit kebawah, tapi bukankah itu akan terlihat lebih seksi?

"Pak, penampilan saya ini sudah sangat bagus. Mana mungkin saya pergi ke kantor pakai busana muslim," bantahnya.

"Tidak masalah, itu lebih baik. Toh kerja kamu bukan ngepel, jadi meski pakai baju busana muslim dengan kerudung panjang juga akan sah-sah saja, lebih baik juga dan kamu akan semakin dikenali sebagai seorang muslimah," balas Tanvir jutek.

"Baik, pak. Tapi pak … kemana pak Zein? Kenapa selama dua tahun ini belum ada kabar? Padahal kita semua sudah sangat merindukannya," kata Anjani mengedipkan matanya genit.

"Mata mu sitir kalau terus seperti itu, sudah aku pergi dulu. Kalau kamu masih ada waktu untuk ngobrol, gunakan saja mengerjakan tugas mu. Jangan lupa, minggu depan ada pameran, kamu harus siapkan dengan baik. Gagal, kamu yang saya pecat," kata Tanvir, setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut.

"Pak Tanvir sangat galak, tidak sama dengan pak Zein yang selalu baik dan bijak. Meski kadang telinga panas kalau harus mendengarkan ceramah agamanya kalau sudah ada yang melakukan kesalahan," gerutu Anjani. Setelah itu wanita cantik tersebut masuk ke dalam kantor karena harus mempersiapkan untuk acara pemaran berlian.

Mansion Mizuruky …

"Farhan, apakah kamu datang ke sini setelah bertahun-tahun hanya untuk mencari pinjaman uang?" omel Fira jengkel karena adik iparnya itu setelah bertahun-tahun tidak pernah datang berkunjung sekali datang malah hanya ingin meminjam uang.

"Aduh, kamu ini sudah ibu-ibu masih saja bawel seperti dulu. Kak Fir, perusahaan ku bisa hancur kalau tidak mendapat pinjaman modal dari kak Ivan. Bukankah perusahaan Mizuruky Corp adalah perusahaan besar, lagi pula rumah dua tujuh tingkat ini juga tidak akan terjual hanya karena memberikan pinjaman pada ku," kata Farhan sambil mendudukkan diri di salah satu sofa mewah yang ada di ruang tamu hunian dua tujuh tingkat tersebut.