webnovel

13 Surprise!

"Eee, tunggu bentar, di mana kamar kamu, aku mau langsung lihat."

Atin hendak memprotes, masalahnya Alex bilang hal yang tak bisa ia proses benar, alhasil mau gak mau harus nurut.

"Aku nginep nih, gak peduli kamu kunciin aku di luar, yang jelas aku aku gak mau pulang."

Gelar orang nekat pas untuk Alex.

Greget, rasanya Atin ingin pukul Alex banyak-banyak. Yang barusan masih kurang!

"Waktu terus jalan lho. Cepat, time is money."

Alex bergaya tunjuk jam tangan.

Aish, Atin sibuk menggerutu. Bagaimana bisa ia terjebak ke orang tak berperasan macam Alex. Sungguh, hidup Atin sangat tak masuk akal.

Saat sudah dikasih tahu, dengan santai Alex pergi ke kamar Atin. Orang tersebut diam-diam bersmirk. Bergumam ke diri sendiri.

"Ini pasti menarik."

Begitulah.

Pertanyaannya, apa yang ada dalam kepala Alex?

Sesuatu yang burukkah?

***

Alex tersenyum lihat barang-barang di kamar Atin. Untuk ukuran perempuan yang hidup sendirian, kerja sambilan kemudian kuliah, rumah dan kamar orang tersebut sangat rapi. Tak berantakan, bahkan debu pun sama sekali tak terlihat.

"Ia mengatur rumah sangat baik," ujar Alex.

Orang itu tak berhenti tersenyum. Sebuah keberuntungan baginya sebab berpacaran dengan Atin, yang Alex harap, mereka sampai menikah. Ia tak akan lepas Atin sampai kapanpun.

Ada cukup banyak hal dalam kamar tersebut, salah satunya penangkap mimpi.

Alex mengangguk, Atin adalah seorang pemimpi unggul, itu pun dibarengi oleh usaha yang tak ada habisnya. Alex tahu kalau Atin adalah seorang pejuang ulet.

Alex berbaring sebentar di kasur Atin, sedikit menyeryit sebab ia kurang terbiasa tidur di kasur yang bukan selembut bulu. Hal tersebut membuat ia berdecih.

"Ternyata selama ini aku mempersulit hidup orang yang memang sudah sulit dari sananya. Pasti aku banyak dosa," celutuk Alex. Ia tersenyum miris saat bayangan dulu ia membully Atin menghampiri bak kaset rusak.

Bukan sebatas verbal, akan tetapi juga fisik dan hati. Alex ingat, ia pernah buat Atin jatuh saat orang itu tengah bawa bekal. Alhasil Atin dan bekalnya terjatuh. Bekal berserakan, tubuh sakit. Padahal ia belum makan sama sekali saat itu.

Kesenangan yang didapat seorang pembully berbeda satu sama lain, ada yang dari keinginan jiwa psikopat, kehampaan hati, kosong, rasa senang lihat orang lain sulit dan masih banyak lagi. Yang jelas kejam satu sama lainnya.

Alex baru saja letakkan sesuatu di lemari kekasihnya, setelah ini pasti akan terjadi hal menarik. Alex sudah tak sabar lihat Atin berubah dengan penampilan baru. Pasti cantik. Alex melihat jam tangannya, tak lama kemudian tersenyum. Sudah waktunya makan masakan Atin, kalau belum jadi, Alex dapat alasan untuk tahan Atin.

Alex ingin egois, ia ingin Atin hanya tetap bersamanya. Gak boleh pergi ke tempat orang lain.

Langkah Alex pasti ke dapur. Tak lama kemudian ia lihat punggung Atin yang kelihatan sibuk masak. Fokus orang itu bahkan tak terganggu sedikitpun. Tipikal orang yang tak peduli terhadap dunia luar. Hanya sebatas antara ia dan dunianya sendiri.

Grep.

Atin tentu kaget saat merasa ada seseorang memeluknya dari belakang. Pasti Alex, orang satu itu kan memang suka buat jantungan. Untung Atin gak punya riwayat sakit lemah jantung, kalau tidak, sudah pasti terjungkal.

"Lepas, aku sedang fokus buat gorengan sosis telur nih," ujar Atin. Ia berusaha lepaskan pelukan Alex yang buat ia sulit memasak. Ingin bilang Alex tukang ganggu.

Masalahnya gak berani.

"Eh, bukannya kue?" Seinggat Alex, Atin bilang ingin buat kue.

Aish, saat-saat seperti ini Alex masih sempat-sempatnya memprotes. Atin buat kue kok. Baik manis dan asin terasa langsung. Dua macam. Paket completed.

"Aku buat cake kukus. Bentar lagi jadi kok, tuh sudah aku masak."

Alex mengerjap lamat-lamat, berarti ia tak ada alasan cegah Atin pergi. Atin terlalu cepat tanggap untuk Alex kibuli. Pasti semangat ingin penuhi undangan semi formal tuan Arkan.

Dalam hati Alex bertanya-tanya, kenapa harus malam pergi ke rumahnya sih!?

Seperti ada yang gak beres. Alex jealos kalau Atin dekat ke keluarga Darkos sedang perempuan tersebut saat Alex ajak ketemu orangtuanya saja gak mau. Oleh sebab ingin diperkenalkan sebagai pacar makanya gak mau?

Otak Alex penuh.

Sepertinya Alex harus pakai cara lain agar Atin mau pergi bersamanya. Pokoknya Atin harus temui papa dan mamanya suatu saat nanti, cepat atau lambat yang penting pergi.

Bau khas makanan tercium. Harum, selera makan Alex langsung muncul, ia ingin makan!

Masakan Atin tidak ada duanya, pokoknya kepengen makan terus. Pandai masak adalah salah satu pesona Atin. Atin pun berbalik, ia telaten susun makanan di piring. Siap santap deh. Atin menyuruh Alex mencicipi gorengannya. Sekitar kurang lebih satu sampai dua menit, Alex menghabiskan dua potong gorengan sekaligus.

Senyum langsung terbit di sudut wajahnya. Lalu tahu-tahu bilang begini, "wow ini enak. Tolong ambil saos, pasti akan lebih enak lagi kalau pakai itu."

Tangan Atin terulur untuk ambil benda yang Alex inginkan. Berkat Alex, dapur sederhana Atin seperti sudah tak bisa lagi menampung berbagai bahan makanan. Alex pasti ngeborong supermarket dan pasar.

Terlepas dari apapun, Atin bersyukur, dengan begini ia bisa sekalian masak untuk Alex. Kunjungan Atin ke rumah Alex buat Atin tahu, Alex tak memperhatikan pola makannya. Oleh sebab itu, sekalian Atin perbaiki pola makan Alex. Agar makan tak harus beli terus. Biar hemat dan tentunya sehat.

Alex suka makan makanan instan.

Alex bilang kangen masakan rumah, akan Atin urus hal tersebut. Perbaiki sistem berpikir Alex sambil jalan. Semoga usaha Atin tak gagal 100%, paling tidak perbandingan antara rugi, gagal dan berhasil 50%:50%. Gak apa-apa Alex tak berpihak ke Atin, setidaknya ia berhasil walau sedikit.

Terdengar bunyi kue kukus yang Atin buat, menunjukkan bahwa kue tersebut siap. Dengan sigap Alex langsung hampiri kue kukus di dandang, kemudian angkat cakenya. Untunglah, Alex bersyukur Atin punya kompor dua api, kalau cuma satu, ia akan paksa beli yang baru. Pokoknya harus mau!

"Boleh aku cicipi?" Alex sudah tak sabar mencicipi kue buatan Atin. Pasti enak. Dari baunya saja enak.

"Jangan!"

Terlambat, sudah lebih dulu Alex ambil kue tersebut tanpa berpikir kalau kuenya baru diangkat. Otomatis pasti masih panaslah.

"Aw."

"Tuh kan, kamu benar-benar ceroboh. Sudah, sini aku obati."

Atin sigap lakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Ia punya kotak P3K di rumah, yang tidak ada hanya alat pemadam kebakaran. Diam-diam Alex tersenyum, ia ingin sekali menginap di rumah Atin atau paling tidak ajak Atin tidur di rumahnya setiap hari, masalahnya pasti gak bakal diturutin. Kecil kemungkinan untuk itu.

Atin meragu, tak paham apakah mereka akan berakhir baik atau tidak.

******