"Ohhh, sudah jam segini? Sepertinya kita terlalu banyak bicara bukan?"
Samael melihat jam di dinding, itu menunjukkan pukul 11 malam lebih yang benar-benar tidak dia duga.
Pada akhirnya dia bertanya pada yang lain, "Kalian mau menginap disini? Lucy biasa menginap disini tahu, tapi masih ada banyak kamar tersisa jika kalian masih ingin menginap kok."
"Jika tidak cukup, kalian bisa menggunakan rumahku juga tahu?" Atira juga menyarankan dengan senyuman, "Lagipula rumahku sangat sepi karena hanya ada aku yang menggunakannya."
"Kalau begitu aku akan ke rumah Atira." Chelsea memeluk tubuhnya dan menatap Samael dengan curiga, "Meskipun aku tahu Manager beristri, tapi aku masih bisa mencium bau busuk darinya."
"Oy!"
Tersinggung itu jelas. Tapi dia masih tidak bisa dengan jelas membantah itu. Seperti kata Kakek Bajingan itu, BAJINGAN adalah jalan yang sudah menyatu denganku!
Bahkan si bajingan lainnya (Har) bisa mencium bau dari kelompok yang sama dariku hanya dalam sekali temu.
Pada akhirnya Agnes juga berkata, "Kalau begitu, aku juga akan menginap di rumah Nona Atira. Bolehkan?"
"Fufufu~ Tentu saja bisa sayang~"
"Aku punya kamar sendiri disini, jadi aku akan disini." kata Lucy dengan fakta.
Sisanya adalah Nirenga, dan akhirnya dia juga memutuskan untuk tidur di rumah Samael sekarang.
Setelah berbicara sedikit, akhirnya mereka kembali ke kamar masing-masing, dan Agnes, Chelsea serta Atira akhirnya meninggalkan rumah Samael.
Samael sendiri sudah memasuki kamarnya sendiri, dan disana dia membuka bajunya ketika Laelia juga membuka bra dan langsung mengenakan piyama tidurnya.
"Itu semakin dan semakin ramai. Kenapa kau tidak mengajar teman priamu sayang?" tanya Laelia saat mulai mengoleskan bedak atau apalah itu ke wajahnya.
Sepertinya itu juga bagian perawatan wajah?
"Maksudmu Har, Alvin, dan Isaac? Aku sudah mengajak mereka, tapi sepertinya Isaac harus kerja lembur, Alvin tidak ada balasan, dan Har ada di luar kota."
Samael mengatakannya sambil mengganti celana boxernya dan akhirnya masuk ke kasur untuk memeluk pinggang Laelia yang masih duduk.
"Jangan buat masalah, aku masih perawatan wajah."
Samael akhirnya melepaskan pinggang Laelia dan berkata dengan kosong saat menatap atap: "Tanpa disadari, sudah dua bulan kita disini. Aku bahkan terkadang merasa bahwa ini adalah kehidupan yang berbeda dari aku yang sebelumnya."
"Tapi...aku takut."
Tek...
Laelia langsung terkejut mendengar ini, dan dia langsung menoleh ke arah Samael dengan wajah khawatir.
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu sayang?"
"Aku takut kalau aku terbiasa di Dunia ini dan melupakan apa yang ada di Dunia awal. Aku...terkadang melupakan mereka tahu, jadi, aku takut bahwa aku melupakan mereka."
Samael menutupi matanya dengan lengannya saat berkata dengan nada gemetar: "Meskipun aku selalu mencintai istri-istriku dan selalu menempatkan mereka kedalam hatiku agar aku tidak melupakan mereka..."
"Tapi...sialan, hidup selalu penuh akan kejutan dan terkadang aku akan melupakan untuk mengingat mereka. Ini, baru dua bulan...Jika setahun, lima tahun, atau bahkan tujuh tahun lagi....Aku..."
Pop.
Laelia langsung mencium bibir Samael yang tidak siap, dan akhirnya Laelia menyudahi itu ketika dia juga melepaskan lengan Samael yang menutupi matanya.
Kedua mata biru (Sejak kekuatannya disegel, mata Laelia berubah dari emas ke biru) itu saling berpandangan, dan akhirnya Laelia mendekati dahi Samael dan menyentuhnya dengan dahinya sendiri.
"Kau terlalu khawatir Samael. Jika kau mencintai mereka, selama kau mencamkan nama mereka ke hatimu, apapun yang terjadi, kau tidak akan melupakan mereka."
"Selain itu, bukankah ada beberapa wajah yang tak asing disini? Seperti Agnes tadi, itu wanitamu juga bukan?"
"Dia Agnes tapi juga bukan Agnes, Lia." Samael mengelus pipi Laelia dan berkata, "Tapi....kau benar, mungkin aku terlalu khawatir."
Bahkan jika Samael tahu ini adalah Bumi awal saat dia pertama kali hidup, tapi baginya yang sudah menjalani hidup, menapaki karir, membangun kerajaan bisnis, dan bahkan sampai membangun keluarga sendiri di Dunia Kedua...
Dunia ini terasa asing.
Bahkan jika dia tahu masih ada keterikatan antara keluarga aslinya di Dunia ini, tapi sekarang dia adalah Samael....
"Jadi karena itulah sayang, demi jaga-jaga, kenapa kita tidak mulai bekerja sama untuk putri kami?"
Samael langsung menindih Laelia yang terlihat terkejut, "Eh? Ehhh? Ehhhhhh....Tapi, tapi jika yang lain mendengar gerakan kami, itu akan, memalukan..."
"Humph! Ini rumahku, apa salahnya?" Samael tiba-tiba berbisik ke telinga Laelia, "Selain itu, ini adalah latihan yang bagus bagimu untuk menahan desahanmu yang keras?"
"Humph! Benci! Itu semua karenamu yang terlalu kasar!"
"Ahhhh, tapi saat "olahraga"...itu harus serius bukan?"
Samael mengucapkan omong kosong fakta tanpa berkedip yang membuat Laelia menghela nafas lelah.
Pada akhirnya dia memeluk leher Samael dan berkata dengan genit, "Kalau begitu, kita coba sekarang. Mungkin benih mereka akan menembus milikku hari ini, kan?"
Samael dan Laelia akhirnya mendekat, dan bibir keduanya sudah akan bertemu sampai saat ...
Drrttt ...
"...."
Drrttt ...
"Mmm, sayang, itu ..."
Samael: "Abaikan, orang gila."
Drrrt....
Pelipis Samael akan meledak karena getaran dari ponsel yang sudah menyala sejak tadi yang mengganggu perbuatan baik menciptakan kehidupan itu!
Akhirnya Samael menerima panggilan dari bajingan itu, dan kalimat pertama yang keluar adalah:
"Pergi cari ibumu dan mati disana, bajingan !!!"
"Oh? Ohahahaha, kurasa aku menganggu malam hebatmu? Hahahah, hebat! Seperti yang diharapkan dariku!"
Har di sisi lain panggilan tertawa terbahak-bahak yang membuat Samael meremas ponselnya dengan lebih keras!
Bajingan itu, lain kali aku bertemu dengannya, aku benar-benar akan memukulnya! Dua kali lipat sebagai bonus!
"Tenang sayang, tenang~" Laelia mencoba menahan tawanya saat mencoba menenangkan Samael.
Samael menghirup oksigen dengan banyak dan akhirnya menghembuskannya saat bertanya: "Jadi ada masalah apa, katakan!"
"Ohh, maaf karena menganggumu. Tapi sepertinya aku butuh bantuanmu disini, jangan khawatir, aku akan membayarmu."
"Hah? Ada masalah apa? Masalah kerjaaan atau masalah Lucy?" Samael akhirnya tiduran disamping Laelia saat menelpon.
Laelia mendekat ke pelukan Samael dan juga ikut mendengarnya dengan penasaran.
Har di sisi lain menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, "Bukan masalah Lucy, tapi ada klien yang kutemui...yang sebenarnya membuatku risih dan tidak berkutik. Jadi aku ingin kau membantuku menyelesaikan negosiasi."
"Ohhh, apakah itu lawan yang tangguh sampai-sampai kau menyerah?"
"Bagaimana mengatakannya, orang ini sangat tangguh!" Har menggertakkan giginya dan berkata, "Udahlah, cepat terima dan katakan "Ya" lalu datang kesini!"
"Tapi, aku masih harus membantu perusahaan Lucy untuk penyambutannya dengan kolega dari Prancis."
"Akan kuurus!"
Samael terdiam sejenak dan akhirnya bertanya, "Jadi siapa lawannya, laki-laki atau perempuan?"
"Setengah perempuan setengah pria!"
"Oke selamat tinggal, sampai jumpa. Tolong jaga adik kecilmu, PERTEMANAN singkat ini, aku akan mengingatnya!"
"T-Tunggu! Sama.."
Tutt.....
Samael: "Ahhhh, otakku langsung segar sekarang!"