Ding!
"Hm? Pesan dari....Wanda? Apakah ada masalah sampai-sampai dia harus memberikan pesan di jam kerjanya?"
Seorang wanita cantik di usia 20-an dengan rambut coklat pendek sebahu segera mengambil ponsel di atas meja mewah itu dan membuka pesan disana sambil terus bermalas-malasan di sofa empuk disana.
Wanda: Kalika, bisakah kau menemaniku untuk berbelanja hari ini? Kebetulan ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu!
"Belanja?" Kalika yang benar-benar berada di hari libur merasa ini bukan ide yang buruk.
Hanya saja dia tiba-tiba berteriak, "Shasha! Aku diajak Wanda untuk pergi berbelanja! Apakah kau ingin ikut?"
Teriakan itu bergema di seluruh ruangan besar disana, dan akhirnya sebuah kepala mencuat dari pembatas lantai dua di atas.
Matanya terlihat aneh saat bertanya, "Kenapa tiba-tiba mengajakku? Bukankah kita sudah berjanji untuk istirahat dan bermalasan di rumah seharian penuh ini, Lika?"
"Bukankah berbelanja juga sama dengan istirahat? Ayolah, lagipula ini masih ajakan dari Wanda."
Shasha, atau mungkin bisa dibilang Alisha mengerutkan keningnya dan bertanya lagi, "Apakah bajingan Har itu ada disana?"
"Well....Karena itu adalah Wanda, maka Har seharusnya ada disana. Lagipula Wanda suka bermain dengan uang pria bajingan seperti itu. Hobi yang buruk yang dipelajari dari siapa itu, aku tidak tahu."
Alisha segera turun ke lantai bawah dengan pandangan jijik, "Laki-laki seperti Har adalah yang paling menjijikkan. Tapi dia memang sangat mudah dimanfaatkan..."
"Jadi bagaimana, kau mau ikut?"
Alisha berpikir diam-diam setelah meninggalkan tubuh atasnya ke dudukan sofa, "Aku sedang menabung uang, jadi karena ada Har disana....mungkin aku bisa mengorek banyak hal dari dompetnya?"
"Hah? Kau kekurangan uang?"
Sudut mulut Alisha berkedut, "Ayah kami pilih kasih oke. Ditambah, aku hanyalah seorang wanita kantoran yang menyembunyikan identitasku di perusahaanmu, dan Aku bukanlah seorang Bos Perusahaan sepertimu Lika."
Kalika hanya mengangkat bahunya malas, "Itu juga salahmu sendiri Shasha. Kau sendiri yang menolak mengurus perusahaan lain yang diberikan Ayah sialan itu."
"Aku tahu kapasitasku sendiri. Aku tidak cocok untuk memerintah sebuah perusahaan, dan aku tidak belajar ekonomi secara mendalam di Universitas. Selain itu, aku dan Ibuku sangat senang bahwa kau masih mau menerima kami~"
Kalika yang dipeluk oleh Alisha dan dicium di pipinya hanya tertawa, "Meskipun kita berbeda Ibu, tapi darah Ayah sialan itu masih mengalir di tubuh kami. Kau masihlah saudariku, Shasha."
"Karena itulah aku berterima kasih. Jika tidak, maka Ibuku dan Aku merasa bahwa Dunia itu dingin. Yaahhh, meskipun ada beberapa hal yang agak susah karena akte kelahiranku adalah palsu."
Kalika berbalik dan memegang dua pipi Alisha saat berkata, "Jangan pikirkan itu lagi, kau adalah saudariku. Jika kau butuh uang, aku akan memberikannya padamu!"
"Aha? Apakah ini adalah satu pertanda bahwa aku adalah Kenari kecilmu?"
"Tidak mau?" Kalika tersenyum nakal.
Tapi Alisha langsung menghempaskan tangan Kalika dan akhirnya tertawa kecil, "Aku masih normal, dan aku masih ingin seorang pria yang mencintaiku sendirian, dan bukan seperti Ayah kami."
"Ahhhh.... Membicarakan masalah cinta, aku benar-benar tidak menyukai apa yang disebut laki-laki bajingan itu. Mencari seorang pria tingkat tinggi dengan uang, tapi setia pada satu wanita saja sangat susah."
"Dan itu alasanmu menolak mencari pasangan bukan?"
Kalika berdiri dan melebarkan kedua tangannya ke samping, "Aku berencana untuk melajang dan menjadi gadis kaya yang boros dan suka berpesta! Aku akan menjadi Lady Bitch !!!"
"Jika Ibu kedua tahu, pantatmu akan memar~"
Alisha diam-diam menunjukkan ponselnya, dan itu membuat Kalika tercengang: "Jangan mengadu pada Ibuku!"
"Ups! Terlambat, sudah terkirim~"
"Ah ah ah ah! SHASHA !!!!!"
--------------
Sementara itu di sisi Samael dan Har.
Keduanya turun dari mobil masing-masing (Mobil Samael adalah Mobil perusahaan), dan dengan kemunculan Samael, Har, Chelsea, dan Wanda disana, itu membuat beberapa orang harus diam-diam mengakui itu pasangan yang pas!
Hanya Samael yang mengelus keningnya disana, "Kuharap aku tidak bertemu kenalan disini."
"Kau takut pada istrimu?"
Pertanyaan Har langsung membuat wajah Samael jijik, "Lia bukanlah tipe pencemburu dan wanita yang masuk akal. Yang aku takuti adalah gosip yang menyebar....kau tahu, dampak sosial."
Har mengangkat bahunya malas, "Itulah masyarakat yang suka gosip. Tapi sekarang tujuan kita hanya untuk minum!"
"Ahhhh, tapi Bos, bukankah itu terlalu boros untuk minum di jam sekarang?" Wanda tersenyum manis disana, "Bukankah lebih baik untuk kita masuk ke Mall disebelah sana sebelum kita minum?"
Har dan Samael mengikuti arah yang ditunjuk Wanda, dan disana keduanya melihat bahwa itu memang ada Mall besar disana.
Samael dan Har terdiam sejenak, sebelum akhirnya Samael memeluk leher Har saat mengajaknya menjauh dari kedua wanita yang matanya bersinar disana.
Dengan mata kosong, Samael bertanya: "Katakan saudaraku, kau sudah tahu konten nomer satu untuk pergi dengan wanita bukan?"
"....Jangan pergi ke Mall...."
"Dan sekarang, kenapa kau mengajak kami ke daerah lingkup Mall?!"
Har terdiam sejenak untuk memikirkan balasannya, sebelum akhirnya dia tersenyum dan berkata: "Bukankah indah untuk ke Mall? Banyak wanita disana bukan?"
Samael dengan mata ikan mati melepas tangannya, membungkukkan punggung Har, lalu mengambil ancang-ancang sebelum akhirnya menendang pantatnya disana dengan keras !!!!
"Sekarang aku tahu pasti kenapa! Har, jika aku terus bersamamu, insting bajinganku akan terbangunkan lagi!"
"Ini adalah pertemanan yang tidak sehat !!!!"