webnovel

Bukan Salah Rasa

(Mengandung Konten 21+) Kisah anak-anak remaja yang beranjak dewasa, dimana masing-masing dari mereka memiliki masalah hidupnya masing-masing. Refan, Reisya, Ruri, Simon, Miko, Zahra, Nando, Nindy, Lucy, dan Gavin. Mereka semua memiliki kisah hidupnya masing-masing, dimana ego dan perasaan menjadi landasan dari sebuah perubahan besar dalam hidup mereka. Di saat hati sudah menguasai, apakah logika bisa melawannya? Baik sadar atau tidak, nyatanya perasaan lah yang selalu menang atas perdebatannya dengan ego. Anak muda adalah awal dari kisah mereka, setelah beranjak dewasa barulah mereka mengerti arti perasaan yang sebenarnya. Lalu jika masalah terjadi di antara kehidupan mereka, apakah rasa itu ikut bersalah? Hati seseorang tidak bisa di tentukan oleh kehendak orang lain, karna kekuasaan sepenuhnya ada pada si pemilik hati sendiri. Apakah ia menerima perasaan itu, atau malah membuang. . . . Silahkan Colection agar bisa membaca lebih lanjut, jangan lupa tinggalkan reviewnya ya.. Terima Kasih !! . . . CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA! KARANGAN AUTHOR 100 % DAN BUKAN CERITA DUNIA NYATA YAH !!! WARNING MENGANDUNG KATA KASAR DAN BEBERAPA HAL SENSITIF !!! *Cerita Lain : 1. UNCOVER 2. POLIGAMI 3. Jika Takdir Berkehendak *FOLLOW JUGA IG KU YA.. @shasecret_

SA_20 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
280 Chs

The Track

Di malam hari, Reisya sudah bersiap untuk kembali ke apartemennya. Sebelumnya ia sudah berkata, jika ia hanya menginap semalam saja di mansion Aliandra itu. Dan setelah makan siang bersama, kini Reisya sudah membawa tasnya dan pamit pada orang-orang yang sangat baik padanya itu.

"Kami serius mau pulang sekarang? Kenapa tidak menunggu beberapa hari lagi, padahal ibu senang loh ada kamu di sini." Keluh Monalisa pada keputusan Reisya.

Reisya tersenyum, lalu ia membalas genggaman tangan Monalisa dengan erat.

"Maaf bu, aku belum mau meninggalkan apartemen untuk saat ini. Tapi aku pasti akan main lagi kok, ya?" Balas Reisya mencoba menjelaskan.

Mendengar hal itu, Monalisa menunjukkan wajah sedihnya. Tapi ia juga tidak bisa memaksa Reisya, karna bagaimana pun juga Reisya berhak memutuskan jalan hidupnya sendiri.

"Sudahlah bu, jangan berlebihan begitu. Kasihan Reisya nya jadi merasa bersalah, lagian kan nanti dia bisa main lagi ke sini." Ingat Rudy pada Monalisa.

"Iya deh iya, tapi janji ya? Nanti kamu main lagi, dan menginap lagi." Balas Monalisa mengalah.

Reisya tersenyum mendengar jawaban Monalisa, lalu ia langsung mengangguk setuju dengan perkataan ibu keduanya itu.

"Siap bu." jawab Reisya pasti.

Refan dan Miko hanya menatap malas pada drama yang ibu mereka mainkan, benar-benar lebay sekali.

"Nah Refan, kamu antar Reisya ya? Kasihan ini sudah malam, tidak baik anak gadis pulang sendiri." Titah Monalisa pada putra bungsunya itu.

"Iya" jawab Refan singkat, padat, jelas.

Setelah itu Reisya pamit pada Rudy dan juga Miko, lalu ia melangkah keluar dari mansion bersama Refan di sisinya. Sesampainya di garasi, Refan dan Reisya masuk ke dalam mobil. Tidak lama kemudian, mobil mulai bergerak dan keluar dari halaman mansion.

"Lo beneran gak apa-apa nih ngenter gw?" Tanya Reisya pada Refan.

"Sebenarnya si males." jawab Refan asal.

Mendengar hal itu Reisya langsung menunjukkan wajah kesalnya, lalu ia pun meminta Refan untuk menghentikan mobilnya karna ia akan turun.

"Ya udah si kalo males berenti aja, gw mau turun." Tukas Reisya dengan kesal.

Seketika Refan pun menghentikan mobilnya, lalu ia melirik Reisya yang katanya ingin turun.

"Yakin mau turun? Di sini sepi loh, malah katanya ada banyak preman yang suka malak." Tekan Refan menakut-nakuti.

"Masa? Tapi gw gak lihat apa-apa tuh." Balas Reisya menantang.

"Ya udah terserah, sana! Katanya mau turun?" Usir Refan pada Reisya.

Sebenarnya Reisya mulai kepikiran dengan perkataan Refan, memang benar jika jalanan di sana sangat sepi. Bahkan tidak ada satu orang puj yang lewat, selain mereka. Jika ia turun di sana, entah apa yang akan terjadi nanti. Terpaksa Reisya harus buang gengsinya, yang penting dirinya tidak apa-apa.

"Gak jadi, gw males jalan." Ungkap Reisya sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Mendengar perkataan Reisya, Refan pun menunjukkan senyum gelinya. Padahal ia hanya berkata asal tentang preman itu, tapi ternyata Reisya malah percaya pada kata-katanya itu.

"Ya udah, mending lo ikut gw aja." Ajak Refan pada Reisya.

Seketika Reisya menoleh dengan wajah bingung, lalu ia pun bertanya akan hal itu.

"Kemana?" Tanya Reisya ingin tau.

Refan menampilkan seringainya, lalu setelah itu ia kembali melajukan mobilnya ke sebuah tempat rahasia.

"Nanti juga lo tau, yang pasti tempatnya asik." Jawab Refan seadanya.

Mendengar hal itu, Reisya jadi semakin penasaran. Ia pun duduk tenang, dan menunggu kemana Refan akan membawanya pergi. Sampai akhirnya, 15 menit kemudian meraka tiba di sebuah jalan yang asing untuk Reisya. Dan di tempat itu ada banyak orang-orang bergaya brandalan yang berkumpul, Reisya mulai paham kemana Refan membawanya.

"The Track?" Gumam Reisya tanpa sengaja terdengar oleh Refan.

Refan pun menghentikan mobilnya karna mereka sudah sampai, lalu ia menoleh pada Reisya saat dia menggumamkan nama tempat itu.

"Lo tau tempat ini?" Tanya Refan heran.

Seketika Reisya tersadar, lalu ia menatap Refan dengan wajah bingungnya.

"Hah, lo ngomong apa?" Balas Reisya tidak mendengar sepenuhnya.

"Lo kenal tempat ini?" Tanya Refan lagi lebih jelas.

Reisya mengangguk pelan, jelas saja ia kenal tempat itu. Ia kan ratu jalanan itu, ya walaupun sudah sebulan ini ia berhenti balapan karna motornya rusak dan masih di bengkel. Tapi Refan tidak tau itu, jadi sebaiknya Reisya sembunyikan dulu identitasnya itu.

"Ya beberapa kali dengar sih." jawab Reisya seadanya.

Refan menatap Reisya curiga, entah kenapa ia tidak percaya dengan jawaban Reisya itu. Seperti tidak jujur, masih ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Reisya tentang tempat itu. Tapi Refan tidak bisa memaksa Reisya untuk cerita, ia akan menunggu sampai Reisya sendiri yang membongkar rahasianya itu.

"Oh, ya udah ayo ke sana." Balas Refan lalu keluar dari mobil, di ikuti Reisya di sisi yang lain.

Refan dan Reisya pun mendekati arena balap, ternyata di sana sudah ada teman-teman mereka yang lain. Simon, Nando, bahkan Ruri juga ada, sudah pasti dia bersama Simon pacarnya. Dan ya, ketiga orang itu juga cukup terkejut saat Reisya datang bersama Refan, sedangkan Ruri menatap heran.

"Ini dia, akhirnya datang juga jagoan kita." Tukas Nando dengan semangat.

"Wih, bawa pawang nih." Ledek Simon pada Refan.

"Berisik lo." balas Refan dengan malas.

Simon dan Nando sama-sama menaikan bahu acuh, sedangkan Ruri masih penasaran kenapa Reisya bisa datang ke tempat itu.

"Lo kok ikut datang Sya?" Tanya Ruri dengan heran.

"Gw di ajak Refan." jawab Reisya seadanya.

Mendengar hal itu, Ruri pun mendekati Reisya dan berbisik padanya tentang rahasia mereka.

"Refan tau siapa lo?" Bisik Ruri penasaran.

"Belum." jawab Reisya.

"Terus kalau dia tau lo ratu di sini gimana?" Tanya Ruri lagi ingin tau.

"Ya biarin aja, cepat atau lambat juga dia bakal tau." Jawab Reisya dengan santai.

"Lo yakin? Kalau dia gak suka lo balapan gimana?" Tanya Ruri menekankan.

"Ini hidup gw, ya suka-suka gw mau ngapain. Emang dia siapa?" Jawab Reisya dengan heran.

"Iya juga sih." balas Ruri.

Refan, Simom, dan Nando menatap heran pada Ruri dan Reisya, karna sejak tadi mereka sibuk berbisik tanpa bisa mereka dengar.

"Lagi pada ngomong apa sih? Bisik-bisik segala, bagi-bagilah." Tukas Nando pada Reisya dan Ruri.

Mendengar perkataan Nando, Reisya dan Ruri pun langsung menoleh dan menatap malas pada pria itu.

"Cowok di larang ikut-ikutan urusan cewek." balas Ruri dengan ketus.

"Ri, gw minta untuk sementara lo tutup mulut dulu tentang identitas gw di sini." Pinta Reisya pada Ruri.

"Siap Sya, tenang aja." Balas Ruri dengan yakin.