webnovel

ANAK KESAYANGAN

"Bu, Hawa (panggilan sayang untuk Salwa) belum juga pulang? padahal udah jam 8 malam, terlalu malam untuk seorang gadi berkeliaran diluar rumah. apa ibu gak menelepon Hawa?" celetuk Salma yang merebahkan diri di sofa lusuh bercorak tua, dengan sedikit sobekan di beberapa bagian, di ruang tamu.

"Iya tuh pak, kemana si Hawa, kok belom pulang ya. padahal udah sering dikasih tau, jangan pulang larut, lagian malu sama tetangga kan pak. Coba kasih tau anak nya dulu itu pak." jelas Bu Yani, dengan gerak cepat Pak Rahman pun meraih handphone yang tergeletak di kulkas.

Pak Rahman terlihat memakai kacamata nya terlebih dulu, sebelum membuka handphone nya.

"Halo, Wa. kamu dimana? Kenapa belum pulang sampai jam sekarang?" tanya Pak Rahman pada putri nya yang berusia 20tahun, melalui saluran telepon.

"Ooh gitu, yauda cepet pulang! jangan terlalu sering pulang malam-malam, Bapak dan Ibu malu sama tetangga, Wa."

"Oke oke, yauda segera pulang ya!" lagi ucap Pak Raman mengakhiri telepon, Dan meletakan kembali kacamata serta handphone nya di tempat semula berada.

"Apa pak kata Salwa?" tanya bu Yani penasaran, melirikan mata tajam.

"Katanya sebentar lagi pulang, dia masih ada acara sama temen nya bu"

"Acara apaan, kok bapak ijinin ada acara sampe malam gini, harus nya bapak bilang pulang langsung, jangan ada alasan lagi!" ucapan galak ibu beranak kembar pun membuat pak Rahman meninggalkan, dan tak menggubris lagi ucapan istrinya.

"Ahh, bapak mah kelewatan! masa gak bisa tegas sama Salwa, kalau sama Salma mah bapak gaį percayaan, baru keluar sebentar bapak nelepon bisa 100 kali." komplain Salma, melihat sikap bapaknya yang selalu lembek dengan kata-kata Salwa.

**

Rutinitas pagi ini berjalan seperti biasa, Salma bangun subuh untuk membantu kedua orang tua nya menyiapkan bumbu racikan sebagai peluru utama saat berjualan, Sedangkan Hawa bangun selalu siang, setelah Salma dan ibu siap berangkat ke kios.

"Bu, Pak. Sambel udah siap nih?" Salma memegang mangkuk berisi sambel yang sudah di ulek oleh Bu Yani, Seraya menggelung rambut hitam nya.

"Udah dong, Tuh kamu adukin ayam aja, Sal." perintah ibu langsung di kerjakan tanpa menjawab lagi. Salma mengaduk ayam jamur kecap sebagai toping Bakmi, Sedangkan Bapak, mengurus semua kebutuhan untuk pasangan Bakso.

**

"Darimana kamu semalam, Wa?" tegur Salma pada Hawa yang bersantai menikmati siaran televisi dengan segelas susu menempel di tangan nya, seolah tak penting teguran Salma, Hawa acuh tak menjawab perkataan Salma.

"Heii, malah diem aja kamu! darimana semalam?"

Hawa melirik sinis pada Salma, dari tatapan hawa, tersirat kekesalan pada pertanyaan Salma. Lalu hawa menjawab dengan ketus "Lo apaan sih, Kepoh banget sama urusan gue, kan gue udah bilang juga sama bapak, kalau gue ada urusan! Sok iye deh lo"

"Wa, kita ini bersaudara, aku peduli sama kamu, aku khawatir kalau kamu masih berada di luar rumah saat malam hari"

"Heh, jangn sok jadi orang tua deh ya, umur kita cuma beda berapa detik doang kok! jadi lo gak usah rempongin gue dong!" ucapan Hawa dengan sinis, Namun tak membuat Salma menyerah hingga mendapat jawaban.

"Ehh, kamu dikasih tau nya, malah jutek sih. Gak bagus perempuan diluaran malem-malem. Nanti kamu dijahatin sama orang tau." jelas Salma secara mendetail dan mengasihi Hawa, kembaran nya.

"Tau ah, kepo lo! sana sana.. Rese banget!" Hawa mendoro pundak Salma sebagai tanda mengusir dengan kasar.

"Oke kalau gitu, Biar nanti aku cari tau aja sendiri, kamu tuh sibuk apaan sih di luaran. bye cantik, Aku mau jualan dulu ya." Goda Salma, mencubit halus dagu Hawa yang sangat lembut dan berglowing.

"Iish apaan lo, norak!" bibir hawa mengerucut, dan melempar tangan Salma.

Salma pun berlalu, Memberikan ciuman sayang pada kembaran nya itu..

**

"Halo ibu, udah sembuh ?" sapa Kang Supri, saat Salma membersihkan meja serta tempat duduk.

"Udah dong, kamu kesini mau tanya keadaan ibu, atau mau liat Salma?" sindir Bu yani, ketika menangkap basah tatapan Supri yang tertuju pada Salma.

"Upps, anu bu.. Mau tanya keadaan ibu dong.." jawab Supri, menggaruk kepala yang tidak gatal, sebagai ekspresi salah tingkah.

"Ibu udah sembuh, kamu bantu ibu dulu ya, ayo pasangin dulu ini." Bu yani meninta bantuan Supri.

"Wah, keren banget si pakein terpal,biar ga panas ya"

"Pasang Ac dong bu, biar yang makan disini gak kepanasan." Supri memberika ide pada Bu yani.

"Gaya mu, Pri pri, wong jualan Bakso dan Bakmi aja untungnya gak seberapa kok, malahan disuruh pasang Ac segala, Belom lagi bayar listrik dan segala kebutuhan lain."

"Alah, jangan dengerin Kang Supri bu, ide nya selalu ngaco." celetuk Salma, mendengar jelas percakapan ibunya dengan Supri, saat menyapu kios.

Setelah semua beres dan bersih, Bu Yani dan Salma duduk, matanya melihat kendaraan lalu lalang di luar kios, Mereka menanti pelanggan yang belom datang satu pun.

"Tumben sepi ya Bu.." Keluh Salma, menopang kepala dengan tangan, kelopak mata buka tutup hampir tertidur.

"Iya tumben ya, padahal udah jam 11 ini, Orang pada bosen kali ya makan bakso sama bakmi"

"Ngantuk kamu, Sal?" ujar bu Yani saat memergoki mata Salma yang hampir tertutup rapat.

"Iya bu, bosan aku. kapan ya aku bisa jadi bos.."

"Ahh, ngawur kamu! ini juga kamu udah jadi bos! bos bakmi dan bakso.."

"Ahh ibu, gak mau jadi bos yang begini, tapi mau jadi bos di perusahaan itu." Salma menunjuk gedung pencakar langit dengan sudut bibirnya.

"Nah kan, siang-siang gini, kamu malah ngawur aja. bapak dan ibu mu ya bukan orang kaya. tapi harus bersyukur karna dagangan kita selalu menjadi berkat" ucap Bu yani mengajarkan anaknya untuk lebih bersyukur.

Salma tak menjawab, hanya menatap gedung tinggi itu dengan pandangan kosong.

"Bu, saya bisa pesan bakmi dan bakso ini untuk acara grand opening di hotel?" tanya seorang lelaki bersuara khas dan enak untuk di dengar.

"Siang pak, wahh bisa banget pak" Bu yani bergegas berdiri dan menghampiri sosok tersebut.

"Dengan bapak ...?" tanya Bu yani, seraya menjulurkan tangan.

"Saya Pratama bu, Ini Bu Yani kan?"

"Betul sekali, pak" senyum Bu yani merekah.

Sementara Salma masih asik menatap gedung itu, dengan segudang khayalan, Tak menatap sedikitpun pada lelaki yang memesan Bakmi serta bakso untuk acaranya.

"Saya tau dari Asep, Asep bilang ini bakmi dan bakso yang biasa ia beli. dan rasanya saya suka."

"Ini saya Dp dulu ya bu, 5juta. sisanya selesai acara"

"Iya Asep langganan disini, selalu beli banyak, lalu saya harus siapin berapa porsi pak?" tanya Bu Yani bersemangat.