webnovel

Kecewa

"Ce celana berdarah? Apa itu?" gumam Jaehyuk tak mengerti. Dia tidak mengerti dengan kalimat itu, apakah berupa istilah yang belum ia ketahui atau memang benar-benar celana yang berdarah?

Tapi bagaimana mungkin celana bisa berdarah? Jaehyuk menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

"Siapa? Siapa yang berdarah?" tanya Sinta yang tiba-tiba muncul dari belakang dan ikut bergabung dengan mereka.

"Siapa? Siapa?" tanya Sinta lagi pada Jaehyuk, namun hanya dibalas gelengan kepala dari lelaki itu.

"Ikut aku!" ucap Mila yang langsung meraih tangan Bara dan menyeretnya menuju ruangannya. Sedangkan Jaehyuk dan Sinta masih terjebak dalam rasa penasaran mereka masing-masing.

"Kamu... jangan coba-coba mengatakan hal kemarin pada mereka berdua ya??" ancam Mila pada Bara.

"Hal apa?" tanya Bara yang pura-pura tidak mengerti. Padahal ia tahu sebenarnya apa maksud dari pertanyaan Mila. Tapi melihat wanita itu sangat panik membuatnya tampak lucu di mata Bara.

"Yang kemarin!! Masa kamu lupa sih? Bukankah kamu mengingatku??"

"Lalu apa kamu juga mengingatku?"

"Sedikit," jawab Mila berbohong. Sebenarnya dia sudah benar-benar ingat terhadap Bara. Tapi ia cukup malu untuk mengakui hal tersebut.

"Aku mau saja. Tapi bagaimana dengan lamaran pekerjaanku? Apa aku di terima?" tanya Bara. Ia jadi lupa tujuan awalnya datang ke kafe itu.

"Aku akan melihat penampilanmu dulu. Jika bagus, aku akan langsung menerimamu dan memberimu gaji yang tinggi," ucap Mila.

"Oke, setuju!" Bara mengulurkan tangan kanannya untuk membuat kesepakatan itu. Dia senang karena sudah mendapat kartu AS dari pemilik kafe itu.

Mila awalnya ragu, namun akhirnya dia menerima uluran tangan Bara sebagai tanda kesepakatan mereka.

"Kalau begitu, ayo kita keluar. Aku akan lihat penampilanmu," kata Bara lalu ia membuka pintu dan mempersilakan Bara untuk keluar duluan.

***

Bara sedang bersiap di panggung kecil yang berada pojok kafe. Dia sedang menyamakan nada suaranya dengan gitar yang akan dia mainkan.

_Can't Help Falling In Love_

Cover by Bara.

"Wise men say.. only fools rush ini..

But I can't help.. falling in love with you..

Shall I stay.. would it be a sin..

If I can't help.. falling in love with you..

Mila dan yang lainnya tersentuh dengan lagu yang dinyanyikan oleh Bara. Bahkan Mila masih terpaku menatap lelaki yang berada di depannya itu.

"Kenapa suaranya sangat menyentuh hatiku?" batin Mila.

"Woaaa,,, semua wanita pasti akan tergila-gila sama laki laki itu. Dia ganteng dan suaranya bagus. Kamu benar-benar mendapatkan jackpot buat kafe kamu ini Mil!" seru Sinta yang saat itu masih terkejut dengan penampilan dari Bara. Dia mengguncangkan bahu Mila, karena dari tadi temannya itu hanya terdiam dan menatap kosong ke arah Bara.

"Bener kan Jaehyuk?" tanya Sinta pada Jaehyuk yang berdiri di sebelahnya.

"Entahlah," jawab Jaehyuk lalu pergi dari tempat itu menuju tempat kerjanya.

"Ahh kamu cemburu ya? Jangan cemburu aku tetap milikmu Jaehyuk!" seru Sinta lalu berlari menyusul Jaehyuk dan meninggalkan Mila yang masih berada di sana.

"Gimana?" tanya Bara setelah ia turun dari panggung dan menghampiri Mila yang masih berdiri di sana.

"Boleh juga. Baiklah kamu di terima mulai hari ini. Aku akan mempersiapkan kontrak kerja untukmu," ucap Mila lalu pergi meninggalkan Bara yang heran. Kenapa reaksi wanita itu berbeda dari wanita yang biasanya pertama mendengar nyanyiannya. Biasanya para wanita akan kagum dan tergila-gila padanya. Tapi kenapa tidak dengan Mila?

Menjelang malam kafe semakin ramai. Live music akan dimulai pada pukul delapan malam hingga kafe tutup. Sebelumnya Bara sempat pulang ke rumah, lalu kembali lagi pada jam enam sore. Itu berarti masih ada dua jam lagi sebelum ia tampil.

Karena karyawan di kafe itu hanya dua orang, terkadang jika kafe sedang ramai Mila sering ikut membantu Sinta dan Jaehyuk.

Saat itu Bara ikut bergabung bersama mereka yang sibuk masing-masing dengan pekerjaan mereka. Karena konsep di kafe itu self servive jadi tidak terlalu lelah bagi mereka dalam melayani pelanggan yang datang. Saat itu terdapat tiga konter, jadi masing-masing memegang satu konter.

Mila sedang membuat pesanan kopi pada konternya, saat itu Bara berada di sebelahnya.

"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Bara.

"Gak ada," jawab Mila. Entah kenapa dia merasa harus menjaga jarak dengan lelaki itu. Belum tahu apa penyebabnya namun ia merasa jika itu perlu.

Karena merasa dirinya tidak dibutuhkan, akhirnya Bara menyingkir dari sisi Mila. Dia bermain game handphone di pojokan. Tapi konsentrasinya terganggu saat mendengar suara getaran handphone yang terus menerus di meja yang berada di dekatnya.

Awalnya Bara mengabaikannya, namun lama-lama ia merasa terganggu dan melihat handphone siapakah itu?

Ternyata panggilan itu dari suami, begitulah yang tertulis di layar handphone. Tapi suami siapa itu? Bara tidak tahu karena dia tidak mengetahui siapa sang pemilik handphone itu. Hanya ada dua wanita di sana, jika bukan Sinta berarti milik Mila.

Bara berniat menanyakan hal itu, namun ia melihat mereka sedang sibuk, jadi dia mengurungkan niatnya. Saat panggilan itu berhenti, terjawab sudah rasa penasaran Bara. Terlihat foto Mila bersama pria tua yang mungkin ayahnya pada layar gawai itu setelah panggilannya berhenti.

"Ah ternyata punya dia," gumam Bara sambil cemberut. Entah kenapa dia menjadi kecewa setelah mengetahui jika bos nya itu sudah menikah.

"Apa yang kamu lakuin di sana?" tanya Mila saat ia menghampiri Bara dan memgambil handphone nya.

"Itu tadi suamimu menelepon," jawab Bara.

Mila lalu mengecek handphone nya dan memang ada panggilan tak terjawab dari Vian. Ia segera menyingkir dan menghubungi kembali nomor suaminya untuk menanyakan apa yang membuatnya menelepon.

Bara memperhatikan Mila dari kejauhan saat dia menelepon suaminya. Sungguh baru kali ini dia tertarik lebih dalam dengan wanita. Sejak sekolah banyak teman wanita yang mendekatinya tapi dia mengacuhkan mereka semua. Tapi kali ini bosnya membuat dirinya sedikit tertarik.

Dia segera menepis pikiran negatif itu, ia sadar jika wanita itu sudah mempunyai suami. Lebih baik dirinya menyingkir sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.

***

Sementara itu Vian saat itu sedang berada di tempat psikiater yang pernah disarankan Arini untuknya. Tidak terasa sudah hampir dua bulan dia menerima pengobatan dari tempat itu.

Perasaannya sudah lebih tenang semenjak kejadian waktu dulu. Awal-awal pengobatan Vian sengaja menjauhi Mila karena masih ingin mengontrol emosinya.

Kini dia berniat mendekati istrinya kembali, karena situasinya sudah lebih baik. Karena itu tadi ia menghubungi Mila untuk memberitahu jika nanti dirinya akan menjemput Mila setelah kafenya tutup.