webnovel

Bukan Mawar Biasa

Tentang seorang perempuan yang memilih pergi ke Surabaya karena kisah cintanya kandas di Jogja. Dia berjuang mendapatkan kebahagiaan namun harus dihadapkan dengan kenyataan yang tidak diinginkan. Dia harus berhadapan dengan kakak sepupunya yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai keluarga. Tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Nayla Mawar Valeri perempuan tangguh dengan sejuta senyuman dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Akankah dia sanggup menghadapi kakak sepupunya?

NaLia · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
14 Chs

Nayla #3

Nayla berjalan menuju parkiran mobil dengan Reyza. Lumayan jauh antara penurunan penumpang ke tempat parkir mobil. Karena terminalnya lebih luas dari Jogja. Apalagi mirip bandara,  Nayla bingung karena baru pertama kali kesini. Untung saja Reyza menjemputnya langsung di sana.

"Kamu tunggu disini ya, mas mau beli minum dulu. Haus." Reyza membukakan pintu mobil untuk Nayla. Dan dibalas anggukan oleh Nayla.

Hanya sepuluh menit Reyza sudah kembali membawa dua botol minum air mineral. Kemudian mereka mulai keluar dari terminal. Nayla terlihat celingukan melihat pemandangan di luar kaca jendela.

"Tadi kenapa ndak ngabarin kalo udah mau sampe terminal?" Reyza memecah keheningan saat mobil berhenti di lampu merah.

"Mas juga kenapa ndak ngabarin udah sampe di terminal?" tanya Nayla balik sedikit gugup.

"Owalah Mawar kalo ditanya itu dijawab, bukan malah balik nanya"

"Maaf mas. Niatnya tadi mau keliling terminal dulu baru ngabarin Mas Rey biar Mas Rey ndak gugup." kata Nayla jujur.

"Alasan yang Bagus. Bukan karena mau kabur kan?"

"Mas Rey kok nanya gitu?"

"Walopun kamu dan Bulik Tantri ndak cerita, Mas tau kamu abis putus Cinta. Dasar bocah!" Reyza mengacak rambut Nayla sedikit kasar.

"Kata siapa?" mata Nayla langsung membelalak.

Reyza sudah dewasa, dia tidak perlu tanya bagaimana. Hanya saja kedatangan Nayla yang mendadak ke Surabaya dan terpaksa masuk ke PTS yang pendaftarannya mepet penutupan itu sudah membuat Reyza tau kenapa. Bulik Tantri pesan khusus kepada Reyza untuk menjaga anak perempuannya.

Sudah setengah jam perjalanan ke rumah, Reyza memutuskan untuk makan di restoran terlebih dahulu. Menurutnya Nayla pasti kelaparan setelah perjalanan jauh.

"Makan yang banyak. Kamu kurus banget. Apa patah hati bikin kamu ndak nafsu makan?" cecar Reyza tiba-tiba.

"Siapa yang bilang Nay patah hati sih, Mas Rey sok tau"

"Heh bocah, emangnya kamu pikir berapa usia mas. Kayak gitu aja ndak tau"

"Mas Rey usianya 50 tahun ya?hahahaaa" tawa Nayla sedikit agak keras dan dibalas dengan lirikan tajamnya Reyza.

"Kamu aja tadi terpesona melihat mas. Ngaku aja. Tambah ganteng kan mas?" senyum Reyza begitu manis dengan lesung pipinya.

"Narsis! Nay lupa wajahnya Mas Rey, jadi tadi Nay lihat dulu. Takutnya Nay diculik"

"Owalah, dasar alasan"

Nayla memang lupa wajah Reyza karena sudah tiga tahun tidak bertemu. Reyza terlihat lebih dewasa. Lebih cerah dari biasanya, tentu saja makin tampan. Dulu dia terlihat kusam dan gelap karena sering naik gunung. Hobi favoritnya.

Setelah makan, mereka melanjutkan perjalanan. Nayla ketiduran di mobil. Saat mobil masuk ke rumah yang besar dan sederhana itu, Nayla mengerjapkan mata. Dia sudah bangun. Terlihat Budhe Rintang di depan pintu rumah. Mereka turun dan saling menyapa.

"Assalamu'alaikum Budhe"Nayla mencium punggung tangan Budhe Rintang.

"Wa'alaikumsalam sayang, ayok masuk. Istirahat sebentar. Maghrib dulu, nanti makan malam bareng"

Kamar Nayla ada di lantai dua. Bersebelahan dengan kamar Reyza dan Regina. Regina Putri Barata adiknya Reyza. Dia seusia dengan Nayla. Bahkan mereka masuk ke PTS yang sama. Lebih tepatnya Nayla yang mengikuti jejak Regina. Karena yang mendaftarkan Nayla ke sana Pakdhe Barata langsung.

Waktu makan malam tiba, semua keluarga Budhe kumpul di ruang makan.

"Nayla jangan sungkan di sini ya, kalo mau pergi bisa dianter Eja apa Gina" kata Budhe Rintang

"Iya budhe siap, makasih budhe ijinin Nay tinggal disini"

"Kita kan keluarga sayang" Budhe Rintang tersenyum ramah.

Nayla merasa nyaman untuk saat ini. Semoga hari-hari berikutnya Nayla bisa beradaptasi dengan Surabaya. Mulai besok Nayla sudah masuk untuk ospek.

Setelah makan malam, Nayla masuk ke kamar untuk istirahat. Tidak lupa melakukan panggilan video call dengan Bunda. Dia mulai dilanda rindu. Dan juga memberi kabar ke Tama sahabatnya.

Pratama

Aku kangen kamu Nay

Nayla

Aku ndak kangen kamu 😝

Pratama

Bohong!aku mau ngomong boleh Nay?

Nayla

Ndak boleh 😝

Pratama

Putra nanyain kamu terus. Minta nomernya Nay. Aku harus gimana Nay?

Tanpa basa basi Nayla langsung memblokir kontak Tama.

***

Pagi ini Nayla sudah siap menghadapi ospek di kampusnya. Tapi Nayla sendiri belum tahu kampusnya dimana. Belum tahu kuliah di universitas mana. Semua pendaftaran langsung diurus Pakdhe Barata. Menurut Bunda, Pakdhe termasuk orang berpengaruh disana.

Katakan saja Nayla manja. Dia meminta pindah ke Surabaya sedikit memaksa dan memelas. Hingga Bunda tidak tega menolaknya.

Nayla sudah selesai berkemas. Dengan langkah semangat, dia turun ke meja makan. Pagi ini mereka sarapan bersama. Di sana sudah ada Pakdhe yang duduk di kursi utama. Ada Budhe yang duduk di sebelah kiri Pakdhe. Reyza dan Regina duduk di sebelah kanan Pakdhe.

"Duduk sini Nay" Budhe menepuk kursi di sebelah kiri beliau.

"Makasih Budhe" Nayla duduk dengan senyuman ramah. Tanpa sadar semua orang menatapnya aneh.

"Koen ndak pake jilbab Nay?" tanya Gina.

"Koen ngerti porak kuliahe ndhek endi?"tambah Reyza dengan senyuman miring.

"Nay ndak tahu" Nayla bersuara lirih dan menundukan kepala kemudian menatap Budhe meminta jawaban.

"Model arek ngono kok Bulik Tantri mau ya! Auuwwwww!!! " suara Reyza kesakitan karena mendapat pukulan di kepala dengan sendok dari sang Ayah.

"Jaga mulutmu Eja!" seru Pakdhe Barata

Bukan hanya Pakdhe yang menegur, Budhe Rintang pun memberi tatapan tajam ke Reyza. Suasana sarapan itu tiba-tiba berubah sendu. Nayla memanyunkan bibirnya dengan mata berkaca-kaca. Baginya ucapan Reyza mengusik hati. Lagi-lagi Reyza mengungkit statusnya dalam keluarga.

"Nayla kuliah di UMS sayang. Di sana kamu wajib pakai jilbab. Kamu ndak nanya Bunda tentang kampusmu di sini?" Budhe dengan sabar berkata kepada Nayla, mengelus rambutnya yang lurus.

"Nay, ndak nanya apapun Budhe. Nay gugup kesini jadi ndak nanya tentang kampus dan lain-lain" jawab Nayla dengan menundukan kepala.

"Nay punya jilbab ndak?" tanya Budhe

"Ndak Budhe" Nay akhirnya meneteskan air mata.

"Ndak papa sayang, pinjam punya Gina dulu. Nanti malam biar Gina nemenin Nayla belanja" Budhe begitu pengertian. Dan Nayla mengangguk pelan.

"Dasar labil! Aauuwwww!!!" Reyza mendapat pukulan lagi dari sang Ayah. Dan kali ini lebih keras.

Sarapan selesai. Nayla memakai jilbab dengan bantuan Gina. Minggu ini mereka bakalan diantar jemput Reyza. Alias Reyza jadi supir. Reyza juga kuliah di tempat yang sama. Sudah semester 7. Tinggal setahun lagi studi nya selesai.

....

Siang hari di Jogja, Tama sedang uring-uringan. Dia begitu frustasi nomernya diblokir oleh Nayla. Ospek hari pertama dijalani dengan hati yang tidak bahagia.

"Sialan gara-gara Putra, aku kena virus blokiran Nayla. Kesayanganku kok tega ngene" Tama memandangi ponselnya, masih heran dirinya diblokir oleh Nayla. Tiba-tiba ada pesan whatsapp masuk.

Putra

Belum ada kabar dari Nayla?

Pratama

Jangan tanya Nayla lagi

Putra

Kenapa?

Pratama

Aku ndak mau jawab. Ntar sore aku mau ke rumah calon mertua

Putra

Kamu udah punya pacar? Siapa?

Pratama

Ke rumah Bunda Nayla

Putra

👊

.....

Nayla sudah melewati ospek hari pertama. Tidak terlalu melelahkan karena tidak begitu menyusahkan hari pertama. Dia belum kenal teman seangkatannya. Selesai ospek Nayla langsung menuju parkiran mobil. Di sana Nayla melepas jilbabnya. Karena merasa gerah. Dia duduk di belakang mobil agar tidak terlalu menonjol. Karena Nayla membawa nama Pakdhe di kampus sini. Jadi dia menjaga nama baik Pakdhe Barata.

Sudah setengah jam Nayla menunggu. Baik Reyza maupun Gina belum ada yang kelihatan. Nayla celingukan. Bingung mau ngapain di sana. Hanya bisa bermain ponsel. Dia membuat akun medsos baru dengan akun privat.

Tiba-tiba ada yang memberi air mineral. Dan itu seorang cowok tampan.

"Nunggu Eja?" tanya sang cowok.

***

T. B. C