webnovel

Bring back your

Takdirku terhenti..dan terulang kembali, Terkadang takdir hanya memberikan kesempatan untuk mengenalnya, bukan untuk memilikinya.

amee_966 · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
5 Chs

part 3

Hari itu semakin dekat, aku terus mengurangi tanggal dikelender.

Setiap hari rasanya hanya sedetik yang begitu cepat berlalu, hari ini aku ikut menemaninya latihan.

Dia memainkan biola dan piano bergantian, begitu serius rawut wajah cantik itu. Sekeras inikah dahulu dia berlatih?

Aku bahkan tidak akan tau, jika waktu tidak diputar kembali seperti ini, apakah kami akan selalu terlewati?

"Hei, aku memanggilmu! Bi!"

Aku mengerjap, wajahnya begitu dekat, aku tersenyum, "ada apa?"

"Ada apa?!.. Aku memanggil kamu dari tadi!  kamu melamunkan apaan sih?"

"Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu, ada apa?"

"Aku minta pendapat kamu, aku baiknya mainin biola atau piano?" Ini sama seperti terakhir kali dia meminta pendapatku

Apa aku harus memberinya jawaban yang sama seperti terakhir kali? Tapi--

"Biii..." Dia membuat wajah cemberut, itu begitu lucu, pipi tembemnya yang berwarna pink itu selalu membuatku ingin mencubitnya.

"Aku bingung" ujarku terkekeh, dia menambah kerutan didahinya, akhirnya dia duduk, dan membuatku menghadapnya.

"Jangan menggodaku, aku serius kita tidak punya waktu lagi"

Tiba-tiba senyumku hilang, "Benar, kita tidak punya waktu lagi sekarang" ulangku.

Kata-kata itu adalah mantra yang selalu membekas di hatiku, mendengarnya saja membuat rasa sesak itu kembali lagi.

"Kalau gitu, sekarang putuskan aku mainin piano atau biola?" Dia terus memaksaku untuk memilih.

Jika aku memang diberi pilihan untuk memilih aku akan lebih memilih hidupmu dibandingkan yang lain.

"Katanya kamu menyukai biola, dari kecilkan kau selalu mengagumkan biola dari pada alat musik lainnya, dan--tadi saat permainan pianomu--kurasa ada bagian yang sedikit tidak sempurna" aku mengutarakan sesuai permintaanya.

Dia diam, apa jawabanku masih saja menyakitinya? Apa yang harus--

"Aku setuju, aku menyukainya!" Dia langsung memelukku, dia terlihat begitu bahagia.

"Kau setuju?"aku memastikannya sekali lagi, aku tidak salah kan?

Dia mengangguk, "Hm..tentu saja, kamu memang paling mengerti aku"

Dibilang mengerti, aku bukan hanya akan mengerti dirimu tapi semua hal yang menyangkut kebahagianmu akan aku berikan.

Dia berlari kembali untuk berlatih biolanya, sambil berlatih dia sesekali menatap kearahku untuk memberiku senyumannya

Mengapa rasa sakit ini datang dan menusuk kembali membayangkan wajah itu terbingkai menjadi foto yang akan kupeluk dipelayatan untuk kedua kalinya

Aku menghapus pikiran itu cepat-cepat dari kepalaku, tidak, itu harus tidak boleh terjadi, dia harus hidup.

Aku berlari keluar sebentar untuk menjernikan pikiranku, setelah beberapa menit kuyakin aku bisa mengatasi pikiranku aku masuk kembali.

Dia tidak latihan lagi, tapi duduk diam, matanya terlihat marah saat menatapku datang.

"Apa ini?"

Buku itu, buku diari yang kubuat setelah mengumpulkan semua gambar dirinya dan menulis setiap apa yang terjadi,--sial aku menaruhnya sembarangan.

"Aku bisa jelaskan, itu---" dia mengangkat tangannya untuk menyuruhku diam.

"Aku pikir kau bukan orang seperti itu"

"Fera, aku bisa jelaskan, itu dirimu dimasa lalu, dan sesuatu akan terjadi kepadamu, dengarkan aku, percayalah waktumu sedang terulang"

Dia menggelengkan kepala, " Aku tidak percaya, kamu berbohong padaku." Dia pergi.

"Fera dengarkan aku, ku mohon, jangan datang di audisinya, aku mohon, kau bisa mati jika kau tetap datang kepertunjukan itu, hm? Ya?, aku mohon,--" aku mengejar, memegangi tangannya berharap dia mau mendengar permohonan ku,bahkan aku akan menangis sambil berlutut didepannya supaya dia memberiku waktu.

Rupanya, dia keras hati, dia kembali menjadi orang yang membenciku, dia tidak mau mendengar penjelasan apa pun dariku.

Apa lebih baik menjauh? hhh..jarak kembali ada lagi diantara kami. Harusnya waktu itu aku jujur saja dengan mengatakan semuanya, tapi, apa keadaannya akan berubah?