webnovel

B9 – Change

*****

Keadaan bahkan masih sangat baik-baik saja semalam, ya semalam sebelum semuanya hilang dalam hidup Danica. Ia tidak berfikir jika malam itu adalah malam terakhir untuknya mengecap bahagia bersama teman temannya, nyatanya setelah ia membuka mata dan datang kesekolah semua berubah.

Berubah setelah pesan dari Adel semalam, dimana ia tidak datang ke café semalam dan Adel menyalahkan Danica yang bahkan sudah menjelaskan jika malam itu ia tidak bisa menghubungi Adel dengan ponselnya sendiri.

Ia tidak tahu apa yang dikatakan Chaca pada Adel yang jelas semalam Adel marah dan membuat keadaan pagi ini sangat memuakkan bagi Danica. Kembali merasa diacuhkan oleh temannya sendiri, ini memang bukan yang pertama. Dulu saat masa sekolah menengah pertama pun Danica pernah diasingkan, pikirannya kali ini tidak begitu berat dalam hidup Danica karena ini bukan yang pertama tapi tidak bisa dipungkiri jika terbesit rasa kecewa dalam hati Danica ketika kata kata itu bahkan tertulis seakan tanpa beban oleh ketikan Adel.

"I thought you were different but in fact you are the same as them, aku tahu kau pasti mengerti siapa yang aku maksud Nic."

Tulisan Adel kembali teringat oleh Danica membuatnya menggeram kesal saat mengetahui jika dirinya disamakan oleh Amel dan itu adalah hal yang paling Danica benci.

Danica duduk di kursinya tanpa suara sedangkan Raula yang menenggelamkan kepalanya hanya bisa berpura pura untuk tidur, setidaknya ia dapat menghindari situasi yang akan berubah setelah ini.

Mengingat kedua temannya itu memiliki ego yang tinggi dan juga sama-sama keras kepala, dia tidak tahu apa yang terjadi semalam. Yang jelas ia hanya ingin situasi seperti ini segera berakhir.

BaraBodoh : "Hari ini pengumpulan gerakan dengan Haidar, Kak Dalton akan menunggu kalian diruang latihan."

Danica berdecak kesal membaca pesan dari Bara namun juga hatinya bersorak karena dia akan terbebas dari situasi memuakkan seperti ini, tanpa sepatah katapun Danica berdiri dari duduknya lalu menatap Rehal dengan datar.

"Ada apa?"

"Jika ada guru yang mencari bilang saja aku sedang ada rapat untuk lomba."

Rehal hanya menganggukkan kepalanya sembari menatap punggung Danica dengan bingung, pasalnya sejak datang tadi ia tidak melihat Danica bercanda dengan teman-temannya.

"Kau menyembunyikan hal lain Danica." Gumam Rehal sembari menatap Adel dan Chaca maupun Raula bergantian.

*****

Dalton yang masih fokus mencoba beberapa beat untuk tambahan pada musiknya nanti harus terganggu dengan kedatangan seseorang yang merusak konsentrasinya.

"Ada apa pagi-pagi datang kesini? Kau membolos jam pelajaran?"

"Aku tidak membolos Kak, aku bilang ada rapat untuk lomba."

"Itu sama saja, kau saja yang pintar membuat alasan. Dan juga darimana kau tahu jika aku ada disini?"

"Bara bilang Kak Dalton menungguku dan Haidar untuk memberikan gerakannya jadi aku datang kesini."

Dalton langsung menatap Danica dengan tajam lalu memukul pelan kepala Danica dengan kesal membuat sang empu menggeram kesal sembari menatap Dalton dengan tajam.

"Sakit Kak…"

"Kau tidak mengerti atau memang kau bodoh sejak dulu, eoh? Kau tidak lihat ini masih jam berapa? Pelajaran pertama saja belum dimulai Danica bodoh."

"Aku hanya ingin segera memberikannya." Danica mempoutkan bibirnya sebal sembari menundukkan kepalanya.

"Tidak ada, nanti ya nanti. Sudah pergi kembali ke kelas mu.

"Menyebalkan sekali kau Kak." Danica langsung berdiri dari duduknya sembari menghentakkan kakinya sebal, Dalton hanya menatap Danica dengan gelengan kepalanya. Ia tidak percaya jika sifat Danica benar-benar sepolos itu sebenarnya.

Danica tidak ingin kembali ke kelas, keadaannya benar benar kacau. Dengan langkah berat ia memutar kembali langkahnya menuju keruang latihan dancenya bersama yang lain. Hanya disana dia tidak akan diganggu oleh siapapun.

Danica : "Istirahat nanti bisa temani aku makan?

Danica kembali memasukkan ponselnya kedalam saku lalu berjalan menuju ke ruang latihan sembari menunggu balasan dari Belinda dan tidak lama ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk.

Belinda : "Ada apa? Tidak biasanya memintaku, baiklah aku tunggu nanti di depan kelas. Sebagai gantinya kau harus menjemputku dikelas bodoh."

Danica tersenyum membaca pesan panjang Belinda, semua pemikirannya memang benar sehancur apapun dirinya setidaknya Belinda masih ada disisinya itu sudah cukup bagi Danica. Dia rela kehilangan siapapun temannya asal tidak kehilangan Belinda, pikirnya.

Danica : "Call, siap tuan putri."

*****

"Bertengkar dengan Danica?"

Adel langsung terkejut mendapati Rehal yang sudah ada disampingnya bersama pertanyaan menyebalkannya itu, Adel pun mencoba menghiraukan keberadaan Rehal, ia memilih fokus pada buku bukunya.

"Jangan marahan terlalu lama dengannya, kau bahkan paham tidak ada yang bisa membaca pikiran Danica seperti apa."

"Diam Hal, berisik." Adel menatap Rehal dengan tajam namun itu tidak membuat Rehal takut justru ia gemas dengan wajah sebal Adel.

"Aku serius Del, kalian melakukan kesalahan apapun padanya pun dia tetap diam bukan? Tapi saat ia melakukan satu atau dua kesalahan lalu kalian memberinya bom maka jangan harap dia akan diam. Kau maupun yang lainnya tidak akan pernah tahu apa yang dipikirkan oleh Danica."

"Apa itu termasuk dirimu?" bukan tatapan Adel yang membuat Rehal terdiam tapi pertanyaan Adel yang membuatnya membeku, bahkan dia tidak pernah tahu apa yang dipikirkan gadis itu saat dirinya memendam amarah.

"Aku juga tidak pernah tahu apa yang ada dipikiran Danica, Del."

"Kau memang pembohong ulung, betul kata Danica." Ucap Adel sembari kembali fokus pada bukunya.

"Kalian sudah lama berteman bukan? Apa yang membuat kalian seperti ini eoh? Kalian tidak bertengkar bukan?"

"Bisakah kau berhenti bertanya? Aku sedang fokus mengerjakan oke? Pergi."

Adel langsung mendorong tubuh Rehal untuk menjauh darinya membuat sang empu terjatuh dari kursi hingga teman-teman yang melihat langsung tertawa.

"Sial, jangan tertawa." Geram Rehal lantasan malu karena dipermalukan oleh Adel, untung saja ia sayang. Pikir Rehal.

"Ini bukan pertanda baik untuk Danica dan ini bukan waktunya untuk mereka menjauh dari Danica, tapi kenapa? Aishhh." Rehal menggerutu pelan sembari berjalan menuju bangkunya.

"Kau tidak berbohong jika bertengkar dengan Danica?"

"Jangan ikut-ikutan membuat ku kesal Ra." Ucap Adel sembari menatap Raula yang ada dibelakangnya dengan kesal.

"Aku tidak memintamu untuk percaya tapi Chaca memberiku pesan seperti itu kemarin."

"Kau tidak salah? Atau kalian mungkin?"

"Berhenti mengoceh Ra, kerjakan tugasmu atau tidur saja sana."

Raula langsung mengatupkan bibirnya dan kembali pada posisinya sedangkan Adel mencoba kembali fokus pada soal soal dibukunya.

Untuk saat ini ia hanya tidak ingin terlibat apapun tentang Danica dan Adel, ia hanya ingin sedikit memberi sedikit jarak pada Danica. Namun kenyataannya jarak yang ia beri terlalu jauh hingga membuat Danica enggan untuk mendekat.

*****