webnovel

Gadis Barongsai Jangan Sampai Lepas

Seorang pria bersandar di sebuah lorong sambil memandang meja yang kosong. Ia mendesah lalu menyesap whisky yang sejak lama menemani kesendiriannya. Sepanjang kenikmatan whisky tersebut, mata kecil dan tajamnya tak lepas dari sebuah meja yang menjadi pusat perhatiannya.

Untuk kesekian kalinya, Sang Taipan mendesah berat sambil menyugar rambut ke belakang. Pria itu sudah melepas jas hitamnya sejak sore, menyisakan kemeja putih dan celana hitam yang sangat pas pada tubuh tinggi dan gagahnya. Lengan kemejanya pun dilipat hingga siku, dasi longgar pada kerah leher dan rambut yang sedikit acak-acakan.

Pewaris tunggal Trust Group itu terlihat sangat lesu. Seluruh bahasa tubuhnya meneriakkan kata lelah yang tak dibuat-buat. Namun sekeras apapun dirinya berusaha untuk mengistirahatkan tubuh, Sebastian tetap tak bisa tidur. Tubuhnya lelah, tapi matanya tak bisa terpejam, dan otaknya menolak untuk istirahat.

Suara tangisan seorang anak gadis terdengar nyaring dari dalam kantornya. Tangisan yang dibarengi dengan jeritan itu berhasil membuat kepala Sebastian semakin pusing dan berdenyut keras.

Pria itu memejamkan mata sejenak, lalu menghembus keras. Setelah mata itu terbuka, Sebastian langsung mengecek jam tangan yang menunjukkan pukul empat dini hari.

Sebastian menggeleng heran, hingga pukul empat dini hari ia belum istirahat sama sekali, padahal tubuh dan tulang belulangnya sudah berteriak minta dikasihani, apalagi Sebastian harus melakukan business trip ke luar negeri pada siang hari.

"Rencana itu harus dijalankan…" gumam Sebastian pada dirinya sendiri. Pria itu menyeringai kejam sambil menyesap whisky. "Apapun caranya!"

Lamunan Sebastian pecah saat mendengar suara derap kaki kecil yang berlarian di dalam ruang kantornya. Tangan cepat pria itu menyembunyikan gelas whisky di balik sebuah vas bunga lalu mengusap wajah untuk mengembalikan kesadarannya secara sempurna.

Sebastian bersyukur bahwa dirinya mampu menahan diri dan tidak menghabiskan seluruh whisky yang ada di botolnya, sebab itu Sebastian tidak mabuk sama sekali sehingga masih memiliki kemampuan dan kesabaran untuk menghadapi bocah tantrum yang sedang berlari ke arahnya.

"Daddy!"

Nora menangis sambil memeluk sang daddy. Bocah itu langsung merajuk segera setelah bangun dari tidurnya yang terganggu. Sudah tiga hari Nora demam dan tidak bisa tidur nyenyak. Gadis Lim tersebut selalu rewel dan merajuk ingin dekat dengan Daddy nya.

Tak ada yang bisa menolak keinginan Nona Muda Lim – bahkan nenek maupun Daddy nya sekalipun. Jadi, mau tidak mau Sebastian membawa Nora ke kantor dan mengasuh anak itu di tengah tumpukan pekerjaannya. Biasanya Nora hanya akan merajuk dan meminta Daddy untuk menemaninya tidur di kamar private lalu setelah Nora terlelap, Sebastian pun bisa kembali bekerja, namun hari ini sikap cengeng bocah manis itu semakin menjadi-jadi. Sebastian tak bisa berkonsentrasi bekerja hanya untuk memenuhi harapan sang Nona kecil yang selalu ingin berada di dalam pelukannya.

Nora akan menangis keras jika Sebastian meninggalkannya walau hanya sebentar saja. Gadis itu sangat sulit dihadapi sehingga Sebastian semakin frustasi selama seharian ini.

Rupanya Sebastian baru menyadari jika demam gadis itu naik, batuk pileknya semakin parah dan nafsu makannya menurun drastis. Itu sebabnya Sebastian semakin bingung dalam menghadapi Nora. Ia sangat membutuhkan bantuan Nyonya Herlinda yang sedang pulang ke Indonesia, maupun bantuan gadis pemilik meja kosong yang sejak tadi dipandanginya. Ia benar-benar tak memiliki bakat menghadapi anak kecil yang sedang sakit. Selama ini hanya gadis pemilik meja kosong tersebut yang mampu mengurus Nora dalam kondisi sakit, ceria maupun manja dengan kedua tangannya sendiri.

Sebastian membungkuk, lalu menggendong Nora dengan tangannya. Tubuh Nora melayang di udara dan berakhir di pelukan ayahnya.

"Usst… kenapa bangun, sayang?"

"Daddy…" Nora terus menangis dan merajuk. Anak gadis Lim menyembunyikan wajah di leher sang ayah.

"Iya, tidur lagi ya…"

Sebastian mengayun-ayun Nora, namun gadis itu menolaknya.

"Kenapa, sayang? Bilang Daddy, mana yang sakit?"

Bukannya menjawab, Nora justru menangis sambil menyebutkan nama yang membuat Sebastian kesal.

"Teya… Teya mana… Aku mau Teya…" rajuk Nora.

"Auntie Teya sedang istirahat. Dia juga sakit seperti Nora, jadi belum bisa bertemu untuk sekarang."

Nora menggeleng kencang.

"Aku mau Teya… Mau main sama Teya…"

"Iya, nanti kalau sudah sembuh kita main sama Auntie Tera. Sekarang Nora tidur lagi ya…"

"Sama Daddy!"

"Iya, sama Daddy…"

Sebastian berjalan meninggalkan dinding, lalu berlabuh pada kursi Personal Assitant yang berada di depan ruang kantornya. Kursi dan Meja yang Sebastian pandang selama sejam belakangan.

Tera adalah seorang Personal Assistant kurang ajar yang mengambil cuti sakit tanpa persetujuan boss nya. Wanita itu sudah tidak masuk bekerja selama seminggu lamanya dan mengabaikan seluruh panggilan Sebastian kepadanya.

Sudah pasti wanita itu menghindari Sebastian setelah apa yang pria itu lakukan seminggu yang lalu. Saat itu Sebastian mendesaknya di kolam renang dan menciumnya dengan brutal. Sebuah ciuman yang bisa membuat akal sehat pria waras seperti Sebastian hanyut dalam sensasi sentuhan yang melenakan. Tak bisa dipungkiri, Sebastian adalah pria single yang kesepian, ia membutuhkan sentuhan-sentuhan yang bisa memenuhi keinginan di dalam dirinya. Ketika keinginan itu muncul, maka barongsai imlek seperti Tera pun rasanya seperti miss universe atau jenis wanita impian manapun yang bisa didapatkannya dengan mudah.

Sayangnya malam itu Sebastian gagal melaksanakan rencananya karena gangguan menyebalkan yang datang dari Nyonya Herlinda. Wanita dengan akal bulus seperti Tera pun akhirnya melarikan diri dari desakan Sebastian dengan alasan ingin berbicara dengan ibunda Sebastian. Wanita itu terus mendorong Sebastian di kolam renang dan berteriak memanggil Nyonya Herlinda.

Akhirnya mau tidak mau, Sebastian pun melepaskan Tera dari genggaman tangannya dan membiarkan wanita itu menyusul Nyonya Herlinda untuk berbicara.

Hari itu adalah hari terakhir dimana Sebastian melihat Tera, hari sebelum Tera menghilang ditelan bumi lalu muncul kembali hanya untuk mengirim surat dokter palsu yang sangat menggelikan. Bahkan bisa-bisanya bus kopaja itu memiliki keberanian untuk mengabaikan seluruh panggilan Sebastian maupun Wilson selama berhari-hari – sekretaris sekaligus tangan kanan Sebastian.

Setiap kali Wilson datang ke tempat tinggal Tera, wanita itu tidak ada di tempat, namun jelas-jelas terdengar suara televisi dari dalam kamarnya. Apalagi tetangga Tera sempat bersaksi bahwa beberapa menit yang lalu Tera baru saja kembali dari mini market dalam kondisi sehat dan baik-baik saja.

Jadi, sudah jelas di mata Sebastian jika wanita itu serius dengan ucapannya. Tera ingin keluar dari pekerjaan ini dan menunggu Sebastian memecatnya secara yang tidak hormat dengan mengirim surat dokter palsu dan sengaja menghindar dari tanggung jawab.

"Daddy, Noya mau Teya…" lirih Nora ditengah kantuk yang menyerangnya.

Pelukan Daddy yang nyaman dan hangat berhasil membuat tangis Nora reda sehingga kantuk kembali menghinggapinya.

"Akan Daddy bawakan Tera untukmu, Nak."

"Benarkah?"

"Benar, Daddy akan memberikanmu Tera sebagai hadiah ulang tahun untukmu bulan depan, bersabarlah…"

"Yeayy!! Aku mau main lagi sama Teya…"

"Tentu saja. Kau akan bermain sepuasnya bersama Tera."

Sebastian mengecup kening Nora, lalu berbisik, "Tidurlah… Siang ini kita akan melakukan perjalanan jauh."

Nora pun mengangguk, lalu menyembunyikan wajah pada dada Sebastian. Sementara Sebastian merilekskan tubuh dengan menyandarkan kepala di kursi Tera.

Ia menghirup aroma parfum Tera yang melekat pada kursi kulit yang ditempatinya. Mata pria itu terpejam saat rasa nyaman menguasai seluruh tubuhnya. Urat tegangnya terasa lentur, otak beratnya terasa ringan, dan ditengah kantuk yang menyerbu matanya, Sebastian mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menghubungi Wilson melalui saluran cepat.

"Ya, Boss?" tanya Wilson efektif.

"Jalankan rencana sesuai perintah. Gadis barongsai jangan sampai lepas!!"

***

Yuk Collect cerita ini sebagai favoritemu, kawan!

your_energycreators' thoughts