webnovel

Bonoki

Kisah ini berawal dari seorang pemuda labil bernama Juliet. Dia tak tau tentang jalan hidupnya. Namun semua itu berubah ketika ia membeli sebuah kalung kujang dari seorang pedagang misterius. Kisah ini semakin menarik ketika ia bertemu dengan Kirana Sang Ratu bangsa astral. Kehidupannya semakin berwarna, ketika bertemu dengan dua mahasiswi program pertukaran pelajar, yaitu Himiko dan Eliza. Kemudian ketiga gadis cantik dan jenius itu, memutuskan untuk melatih dan membantunya untuk mencari jati dirinya. Bagaimana kisahnya? Selamat membaca.

Tampan_Berani · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
155 Chs

Cerita pagi

Sinar mentari telah menyinari bumi, burung-burung mulai berkicau menyambut indahnya pagi. Kendaraan bermotor mulai berlalulalang di sepanjang jalan. Suaranya yang bising telah menyingkirkan indahnya kicauan burung di pagi hari. Bagi orang yang baru pertamakali tinggal disini, mungkin dirinya akan terganggu. Namun bagi yang sudah lama tinggal disini, semua itu akan terasa biasa. Apalagi suara bising dari knalpot racing saat tengah malam. Sudah saatnya bagi Juliet untuk bangun dari tidurnya.

Setelah bangun seperti biasa, Juliet berjalan sempoyongan lalu mencuci muka. Kemudian dia membersihkan seluruh tubuh, dengan sabun dan air. Selesai mandi dia memakai baju kaos hijau muda, bertuliskan "Skater". Lalu menggunakan celana pendek sedikit di bawah lutut. Setelah itu ia berjalan ke arah pintu untuk keluar mencari makan. Kemudian ia mengunci pintu, lalu berjalan kedepan dan terakhir menggunakan sendal Eiger hitam. Lalu Juliet melihat tetangganya sedang membersihkan motor dengan air dari selang miliknya.

Selang itu di pasangkan pada sebuah keran air di depan teras rumahnya. Hari ini Dedi tetangganya hanya menggunakan celana pendek putih dan sendal jepit. Sebagai tetangga yang baik Juliet pun menyapanya.

"Pagi Ded, lagi bersihin motor?"

"Oh iya jul, mumpung gue lagi libur jadi gue manfaatin buat memanjakan Si Tampan."

"Mantap, nanti kalau gue ada butuh boleh gue pinjam motornya?"

"Oh boleh asal setelah minjam elu isi bensin motor gue."

"Siap."

"Oh iya sekarang baru masuk perkuliahan?"

"Iya mas Ded, ini hari pertama masuk perkuliahan."

"Semangat semoga lancar dan betah kuliahnya."

Setelah itu dia melanjutkan langkahnya, menuju warteg tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Sesampainya di warteg dia dilayani oleh seorang wanita yang sudah kepala tiga. Kemudian ia memesan bihun, kangkung, sambal merah, dan nasi setengah porsi. Lalu dia duduk, melirik ke atas untuk menikmati sarapan sambil melihat acara TV. Hari ini dia sedang menikmati acara berita, Juliet memperhatikan acara itu sambil mengunyah makananya.

Tak lupa dia minum segelas teh tawar hangat. Suasana seperti ini pernah ia rasakan ketika berada di kota Karawang. Biasanya dia makan ditemani oleh Badai teman sekamarnya, kini dirinya harus makan bersama orang yang tidak dikenal. Sesekali ia menatap dan mengamati sekitar. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, dia langsung pergi dari tempat itu. Selesai sarapan Juliet berjalan kembali ke rumahnya. Setelah memasuki gerbang ia melihat Dedi sedang memakai sepatu joging berwarna putih.

Hari ini dia berencana, untuk joging di kawasan panti jompo, tak jauh dari kontrakan. Jika ingin kesana, cukup berjalan ke arah sebelah kiri, lalu masuk ke dalam sebuah gerbang yang bertuliskan "Departemen Sosial". Disana terdapat lapangan sepak bola, serta jalan beraspal yang cukup luas. Setiap pagi dan sore, tempat itu sering dikunjungi oleh berbagai kalangan untuk berolahraga. Pada saat minggu pagi, tempat itu sangat ramai oleh para pedagang serta pengunjung yang ingin berolahraga.

Mendengar hal itu Juliet berencana untuk mengunjunginya. Rencananya ia akan mengunjungi tempat itu pada hari minggu pagi. Juliet pun berjalan memasuki ruangannya, lalu berkemas untuk pergi ke kampus. Buku tulis sudah dimasukan ke dalam tas, Hoodie merah kesukaannya telah ia gunakan. Celana Jins biru dongker ia pakai, tak lupa dia menggenakan kalung kujang miliknya. Kemudian dia membelah rabutnya menjadi dua bagian, lalu ia rapihkan menggunakan sisir. Selesai berkemas Juliet mulai melangkah menuju kampus. Setiap jalan terotoar dia singgahi, tak lupa ia memberikan selembar seribu, kepada para pengemis yang ia temui.

Tak terasa sebentar lagi dia akan melintasi terminal. Setelah melewati terminal, dia akan sampai di tempat tujuan. Di depan ia melihat para supir sedang menawarkan tumpangan. Tetapi ada juga supir yang duduk sambil bermain catur. Tukang dagang asongan berlalu lalang menjajakan dagangannya. Diantara para pedagang asongan, rupanya ada banci yang pernah ia temui bersama Dedi di kedai. Dia terlihat berbeda dari yang sebelumnya. Wajahnya penuh semangat menjajakan dagangannya.

Keringat membasahi tubuhnya di balik rompi dan kaos putih yang dia gunakan. Jalanan macet menjadi ladang rezeki bagi orang pinggiran. Meskipun panas dan udara di penuhi dengan polusi. Tidak menurunkan semangat bagi pencari uang. Suatu hari ada seorang anak punk dirinya dari belakang. Mereka berdua terjatuh, lalu dia melihat sebuah dompet merah terbuat dari kulit. Tiba-tiba masa pun berdatangan dan akhirnya anak punk itu di pukuli. Kemudian banci yang ia sempat temui, menghalau masa dengan tubuh kekarnya.

Lalu datanglah seorang wanita, berusia dua puluh delapan tahun berbaju kotak dan celana jins. Rambutnya keriting menjulur ke bawah, namun terikat seperti ekor kuda. Wajah anak punk itu babak belur, namun mereka tidak memperdulikannya. Lalu wanita itu menjelaskan, bahwa dompet itu adalah milik temannya saat tertinggal di dalam bus. Karena panik temannya berteriak dan menunduhnya sebagai copet. Padahal anak punk itu berusaha untuk mengembalikannya. Keterangan itu di dapat dari supir bus dan tiga orang saksi.

Juliet hanya terdiam dan menyaksikan semuanya. Entah mengapa ia merasa hampa, pada saku belakang celananya. Ketika di cek dengan kedua tangannya, dompetnya pun hilang. Seketika mimik wajahnya berubah menjadi panik. Menengok kesana kemari mencari siapa yang mengambil dompetnya. Kemudian dia melihat sebuah gumpalan hitam, pada tubuh seseorang yang berjalan tepat di belakangnya. Orang itu menggunakan topi, berkaos oblong hitam, masker dari syal, dan celana jins robek. Setelah itu dia melihat, orang itu memasukan dompetnya di dalam sakunya. Spontan Juliet pun berteriak, lalu para warga beserta dirinya berlari mengejarnya.

Jalanan yang macet dikarnakan lampu merah, mempermudah pelariannya. Namun Juliet tak menyerah begitu saja, lalu dia menaiki terotoar setelah itu menyebrang tanpa memperhatikan apa yang dijalan. Matanya hanya tertuju pada Sang Pencuri. Dari arah kiri, truk bermuatan pasir melaju dengan kecepatan tinggi. Sebentar lagi kematian akan menjemput dirinya. Namun semua itu telah sirna, ketika seorang gadis yang memakai berbaju dayang dan berselendang merah muncul dihadapannya. Diatas kepalanya terdapat sebuah mahkota, lalu gadis itu tersenyum manis kepadanya.

Sosok itu tak asing baginya. Rupanya gadis itu adalah Kirana. Lalu Kirana menahan truk itu dengan tangan kosong. Seketika Juliet melihat tangannya membesar, dan kulitnya berubah seperti reptil. Akhirnya bagian belakang truck itu terangkat setinggi mungkin, lalu turun dan kembali seperti semula.Muatan pasir pada truk jatuh dan hampir mengenai dirinya. Spontan Kirana mengubah tangannya, menjadi tangan reptil berbentuk prisai berselaput. Lalu menebas hingga seluruh pasir berceceran di jalan.

Setelah itu tangannya kembali seperti semula. Seluruh transpormasi yang dilakukan secepat kilat, saking cepatnya Juliet sampai tidak melihatnya. Body truk penyok dan kacanya pun retak. Setelah itu Kirana melompat dan menghilang dibalik sinar matahari. Sang Sopir merasa syok, lalu terdiam sambil menatap dirinya dengan tatapan kosong. Kemudian ia langsung turun, dan menghampiri Juliet yang sedang duduk di aspal. Warga sekitar yang melihat langsung berdatangan. Supir itu melirik kesana dan kemari mencari sesuatu. Lalu supir itu bertanya.

"Nak kemana gadis itu?" Supir itu menatap sekitar dengan panik.

"Gadis apa?"

"Gadis berselendang merah." Menatapku dengan panik.

"Tidak ada gadis disini, mungkin maksud bapak jaket saya yang merah."

"Tidak mungkin, tadi berusan ada."

"Sudah dari pada ribut, mending kita bawa ke rumah sakit." Kata seorang pedagang asongan.

Juliet pun berdiri, lalu menatap supir itu dengan santai. Kemudian ia menenangkan supir itu agar melupakan semuanya. Namun supir itu tidak bisa tenang, lalu dia memohon kepada Juliet agar tidak membawanya ke polisi. Juliet pun melihat ada banyak sekali mobil di belakang yang sedang bermacet-macetan. Tak mau memperpanjang urusan, akhirnya Juliet pun mengiyakannya. Setelah itu supir memberikannya tiga ratus ribu.

Satu persatu warga mulai meninggalkan tempat kejadian. Kemudian supir itu kembali melanjutkan perjalanan. Sementara itu Sang Pencuri berhasil melarikan diri. Sedangkan Juliet berjalan memasuki kampus. Sayangnya dia harus merelakan dompetnya.