webnovel

BLUE & GOLDEN HOUR

#Fantasi supernatural #Horor #Romance #Action #Adventure Novel ini berkisah tentang kemampuan supernatural para tokoh yang lahir di tanah negeri Adogema yang menjadi kunci untuk menghancurkan kutukan Iblis Adograz. Dua tokoh utama, Pangeran Hogan dan Donela dari kerajaan Sondan diberkati dengan kekuatan supernatural istimewa. Mereka berdua menjadi titisan kekuatan “waktu biru dan keemasan” cahaya fajar ataupun senja dari pusaka yang dimiliki oleh Noggoa, naga raksasa yang mendiami tanah Adogema. Pangeran Hogan lebih memilih merahasiakan kemampuan supernaturalnya demi kenyamanan hidup sedangkan Donela terlanjur menjadi pusat perhatian seluruh penduduk karena kemampuan supernaturalnya terlibat dalam peristiwa-peristiwa kematian misterius penduduk hingga ia dianggap iblis pembunuh yang terkutuk. Namun, perbedaan tak menghalangi mereka untuk jatuh cinta. Ketulusan Donela dan empati Pangeran Hogan membuat mereka saling jatuh cinta. Sejak Donela dihukum untuk mengasingkan diri. Kutukan Iblis Adograz semakin menjadi-jadi. Donela menjadi orang paling diinginkan untuk dibunuh agar kutukan hilang. Bagaimana Pangeran Hogan menghancurkan kutukan itu demi menyelamatkan negerinya dan Bagaimana kisah cinta Pangeran Hogan dan Donela? Semuanya terungkap dalam novel ini. *Kesatria super *Iblis Adograz *Penyihir hitam *Gadis terkutuk *Tongkat Noggoa *Naga Raksasa Noggoa *Warong raksasa *Pasukan Iblis *Manusia serigala *Siluman-siluman *Roh-roh suci *Danau dua warna *Perang antar negeri *Kutukan

Asmaraloka · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
25 Chs

Chapter 13. Ajal Penasihat Yizab

"Tuanku Penasihat Yizab, aku membawakan makanan untuk Tuan," ucap Lorega.

Penasihat Yizab tak menggubris. Ia tetap meracau tak keruan di dalam kamar kapal. Lorega mendengar racauan Penasihat Yizab dari balik pintu kamar kapal. Ia mengerti apa yang tengah dirasakan oleh Penasihat Yizab. Ia mencoba membuka pintu kamar kapal. Namun, Kamar kapal terkunci dari dalam.

"Tuan Yizab!" panggilnya memastikan.

"Bolehkah aku masuk ke dalam, Tuan Yizab!" pintanya ketika pintu kamar kapal tak kunjung dibuka.

"Aku tidak mau makan, Lorega!" teriak Penasihat Yizab dari dalam kamar kapal.

Penasihat Yizab rupanya masih sangat tertekan dengan mimpinya. Terdengar dari racauan-racauannya dari luar pintu kamar. Mimpi itu telah mengganggu jiwanya. Mental dan emosinya kacau. Wajahnya yang beralis dan berjanggut tebal menjadi sangat kusut. Rambut dan pakaiannya yang indah dari jahitan kain serat rambut domba berpadu dengan kain dari kulit sapi yang kokoh menjadi acak-acakan. Ia selalu gelisah hingga tak nafsu makan. Tubuhnya sedikit demam karena beban pikiran ditambah belum makan sedari pagi.

"Tuanku, anda tak perlu khawatir tentang mimpi anda. Tak ada Donela di laut, ia hanya ada di Daratan Negeri Sondan," ujar Lorega menggunakan logikanya agar diterima oleh Penasihat Yizab yang sedang kalut tidak keruan. Ia telah berkali-kali mencoba untuk membuat Penasihat Yizab tenang dan tak panik.

Penasihat Yizab yang mendengarnya seketika menganga. Kalimat yang dilontarkan Lorega kepadanya kali ini mengena dalam pikirnya. Ia membenarkan apa yang disampaikan Lorega. Tak ada sejarah pembunuhan di laut. Kematian akibat iblis pembunuh yang terkutuk semuanya ada di daratan. Penasihat Yizab menjadi tenang. Senyum di bibirnya yang tebal mengembang.

"Baiklah Tuan Yizab, kalau anda tidak membuka pintunya. Aku akan menaruh makanan ini di depan pintu. Makanlah karena anda pasti lapar!" seru Lorega.

Lorega menaruh senampan kayu besar makanan itu di depan pintu kamar. Ia kemudian berjalan menuju tangga ke atas. Baru beberapa langkah kaki Lorega berjalan meninggalkan pintu, pintu dibuka dan Penasihat Yizab muncul di depan pintu. Ia melirk ke arah nampan berisi makanan di lantai kapal, Matanya berbinar senang seolah ia mendapatkan harta karun. Nasi dan ikan belida bakar serta timun segar membuat mulutnya berair. Ia menelen ludah, benar-benar lapar.

"Tuan Yizab!" panggil Lorega tersenyum sumringah.

Ia menjadi tenang karena Penasihat Yizab akhirnya mau makan juga. Ia malah khawatir kalau sampai Penasihat Yizab tidak mau makan, ia akan jatuh sakit. Bisa saja kematiannya bukan karena iblis pembunuh yang terkutuk melainkan karena ia lalai makan dan sakit.

Penasihat Yizab tak mempedulikan panggilan Lorega. Ia hanya menatap makanan dan mengangkatnya ke dalam kamar lalu menutup kembali pintu kamar. Lorega senyum-senyum melihatnya.

Ia kemudian bergegas ke atas untuk kembali mengatur kemudi kapal layar.

Kapal layar ini termasuk kapal layar yang berukuran sedang dengan panjang kapal 30 meter. Memiliki ruangan kamar, kamar mandi dan pembuangan serta dapur di area ruangan bawah kapal sedangkan di area atas untuk kemudi, pengawasan dan barang-barang bawaan. Kapal juga dilengkapi dengan tiga pelampung penyangga lateral layar yang dikenal dengan cadik, yang diikat di ketiga sisi utama lambung kapal. Kapal di gerakkan oleh tenaga para pengawal kerajaan yang ikut dalam misinya.

Penasihat Yizab makan dengan lahapnya. Ia masih merasa kurang hingga mencari persediaan makanan di dapur lalu melahapnya lagi hingga kekenyangan di kamar. Ia tidur mendengkur melepas lelah dan kantuk setelah makan.

"Lorega, ada kapal cadik kecil yang bergerak ke arah kita dari arah Sondan!" seru seorang pengawal kapal yang memantau dari atap tiang pemantau.

Lorega spontan mengingat Penasihat Yizab. Ia berpikir tentang Donela, iblis pembunuh yang terkutuk.

"Apakah ia yang datang?" tanyanya lirih.

"Penasihat Yizab!" serunya setengah berteriak.

"Tuan Yizab dalam bahaya," serunya tegang sembari berlari ke arah tangga. Ia tergesa-gesa menuruni tangga hingga berhasil membuka pintu kamar kapal yang tak terkunci.

BRAKKK!

Suara pintu dibuka Lorega dengan keras. Seketika ketegangannya berubah tenang ketika dilihatnya Penasihat Yizab tertidur. Pulas sekali tidurnya hingga suara bantingan pintu pun tak membuatnya terbangun. Lorega kemudian menutupnya lagi dan kembali menuju ke atas kapal.

"Lorega, perahu kecil semakin mendekat!" seru penjaga pemantau.

"Ada seorang wanita berpakaian kesatria di kapal itu!" serunya lagi memberi tahu apa yang ia lihat.

"Apakah hanya seorang?" tanya Lorega menyelidik.

"Hanya seorang saja!" jawabnya.

DEGGG!

Jantung Lorega berdetak.

"Ini berbahaya!" serunya.

Ia mengumpulkan penjaga kapal yang berjumlah dua puluh orang termasuk dirinya dan mengatur strategi. Delapan penjaga diminta untuk menjaga Penasihat Yizab di bawah kapal, sembilan penjaga bersama dirinya bersiap di atas kapal, seorang mengemudi dan seorang pemantau dari atap tiang pemantau.

"Semua bersiap!" perintah Lorega memberi komando.

Semua bersiap dengan panahnya di tangan. Perahu kecil semakin mendekat menampakkan wajah seorang wanita yang semakin terlihat kentara.

"Mata-mata Zelea!" seru mereka.

"Bukan Donela!"

Mereka melihatnya dengan terbelalak aneh penuh tanya.

"Mata-mata Zelea!" teriak Lorega dari atas kapal.

"Lepaskan tali Lorega! Bantu aku naik ke atas kapal!" serunya meminta tolong.

Panah segera diturunkan dari tangan masing-masing lalu tali segera dilempar ke arah Zelea. Zelea segera mengikatnya ke tiang penyangga layar perahu cadik kecil lalu menaiki kapal.

"Mata-mata Zelea," ujar Lorega menyapa dengan mimik muka tegang dan penuh tanya.

"Lorega," jawab Zelea sembari mengatur nafas.

"Ada perlu apa anda menyusul kami?" tanya Lorega menyelidik.

Lorega agak curiga pada Zelea. Ia beranggapan aneh kepada Zelea.

"Aku ingin memastikan kalau Penasihat Yizab selamat dalam perjalanan pulang," ujar Zelea.

Zelea menangkap adanya ketegangan dan kebingungan secara bersamaan di wajah Lorega dan rekan-rekannya.

"Kenapa kalian begitu tegang?" tanya Zelea menyelidik.

"Apakah anda paham dengan kemungkinan yang terjadi pada Penasihat Yizab?" Lorega balik bertanya.

"Aku tahu karena Donela menceritakan mimpinya. Aku berinisiatif untuk menyelamatkan Penasihat Yizab. Aku ingin memutus mata rantai iblis pembunuh," terang Zelea.

"Seharusnya anda bunuh Donela di sana!" seru Lorega menyayangkan.

Zelea melirik Lorega dan tersenyum.

"Anakku bukan iblis pembunuh!" ujarnya setengah berseru.

"Aku ingin tahu, siapa iblis pembunuh yang sebenarnya?" Zelea begitu penasaran membuat Lorega dan penjaga kapal yang lain tambah bingung.

Lorega menjadi tenang karena seorang kesatria sakti tengah berada di antara mereka. Ia yakin bahwa iblis pembunuh akan bisa diatasi.

Tiba-tiba awan gelap dengan cepat menutupi matahari siang. Ombak menjadi besar bergejolak menggoyang kapal dengan kasar. Perahu cadik kecil yang ditumpangi Zelea ikatannya lepas dan terombang-ambing oleh ombak hingga menghilang entah kemana.

"Berhati-hatilah!" seru Zelea spontan. Ia menangkap adanya tanda bahaya.

"Apakah ini yang dimaksud?" tanya Lorega tegang.

Ia melirik ke rekan-rekan penjaga kapal lainnya yang tertangkap mata tengah tegang dan ketakutan. Anehnya, Penasihat Yizab tak juga bangun.

Dari arah Negeri Sondan ada sesuatu bergerak dengan cepat di atas laut mendekati kapal mereka.

"Apa itu?" tanya seseorang pemantau dari atap kapal.

Ia menunjuk ke arah pergerakan itu. Semua menoleh ke arah yang ditunjuk. Zelea mengeluarkan pedangnya dan diikuti oleh yang lain. Mereka bersiap-siap dengan was-was.

"Apa? Sesosok berjubah hitam!" seru Lorega menyadari bahwa sosok yang bergerak itu sebenarnya terbang, tak dikenali, memakai jubah hitam misterius. Sosok itu tengah terbang rendah beberapa senti meter di atas air laut dan semakin mendekat. Kini hanya berjarak semeter saja. Sosok itu melompat ke atas kapal menyerang. Bersamaan dengan itu, Penasihat Yizab terbangun dengan kaget sepertinya ada kejutan dalam tidurnya yang membuatnya terbangun.

Ayunan pedang mereka tak mampu mengenai gerakan tubuh sosok berjubah hitam itu yang bergerak sangat cepat. Kesembilan penjaga tak mampu menghalau. Mereka terkena cakaran dari kuku-kuku tangan sosok berjubah yang sangat panjang hingga tumbang dan terluka parah. Zelea dan Lorega menyadari bahwa sosok itu bukan manusia sembarangan.

"Lorega, amankan Penasihat Yizab!" perintah Mata-mata Zelea.

Lorena segera menangkap maksud Zelea. Penasihat Yizab harus segera diamankan. Ia berlari menuju ruangan bawah kapal.

Sosok itu mengejar namun bisa di tahan oleh Zelea. Zeea mengayunkan pedangnya terus menerus menyerang dengan berbagai posisi dan teknik serangan, maju, empat puluh lima derajat, terbang menukikkan pedang, dan bahkan berputar. Untungnya, Zelea mampu mengimbangi gerakan sosok berjubah karena ia telah belajar ilmu gerakan cepat ini dari Pertapa Sakti seperti yang Pangeran Hogan pelajari dari Pertapa Sakti di Bukit Naga.

Namun, sosok itu mampu menghalau serangan Zelea dan berbalik melukai Zelea di tangan kanan bagian luar. Zelea dihempas mundur hingga terjatuh ke lantai kapal. Sosok itu segera meninggalkan Zelea menuju ruangan dalam kapal dan mendobrak pintu kamar kapal.

Semua terkejut. Penasihat Yizab paling terkejut dibanding yang lain.

"Oh tidak!" teriak Penasihat Yizab ketakutan setengah mati.

Ia dijaga oleh Lorega dan penjaga kapal berlapis-lapis. Sosok berjubah segera menyerang hingga menumbangkan delapan penjaga kapal menyisakan Lorega yang masih bertahan dengan ayunan pedangnya melindungi Penasehat Yizab.

Lorega mengayunkan pedang ke arah kanan menyilang 45 derajat menyerang area leher sosok berjubah namun pedang dan tangan Lorega malah terlilit oleh jubah hitamnya. Jubah itu dengan kuat menghempaskan pedang dan tangan Lorega hingga berhamburan dan terjatuh ke lantai kamar.

"HIYAAAAT!" teriak Zelea yang telah berada di depan pintu kamar kapal dan langsung menyerang dengan pedangnya yang lurus ke arah belakang sosok jubah.

Pedang mengenainya. Namun, tak bisa menusuk jubah hanya bisa merobek-robek dan menghempaskan jubah yang terkoyak-koyak dari tubuh sosok itu.

Tampaklah wajah sosok itu memuat Zelea, Lorega, dan Penasihat Yizab kaget setengah mati.

"DONELA!" teriak mereka hampir bersamaan.

Zelea menatapnya Donela tak percaya. Air matanya menetes menyaksikan kebenaran di depan mata. Penasihat Yizab semakin ketakutan, ia lari tunggang–langgang ke luar kamar menuju atas kapal. Lorega yang tegang tak cepat menyadari lepasnya Penasihat Yizab dari penjagaannya.

"Tuan Yizab!" teriak Lorega.

Donela terbang mengejar Penasihat Yizab yang kini telah berada di atas kapal diikuti oleh Lorega dan Zelea di belakang.

JLEBB! KREEKKK!

"AAAAAAKKKKHHHH!" jerit Penasihat Yizab menyayat begitu kesakitan.

Kuku tajam, kuat dan sangat panjang dari Donela menembus punggung Penasihat Yizab hingga ke perut. Gigi taringnya yang tajam menggigit leher Penasihat Yizab hingga mati tak berkutik.

BRUKKK!

Tubuh Penasihat Yizab ambruk. Zelea dan Lorega meyaksikannya dengan terbelalak.

"Penasihat Yizab!" teriak Zelea dan Lorega bersamaan.

****

Bersambung ....