webnovel

Blue Diamond Ring

Berawal dari kegagalan hubungan sebelumnya, Vina akhirnya tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat tangguh, mandiri dan memiliki kerajaan bisnis yang besar. keluarganya mencoba untuk membantunya melupakan masa lalunya dengan menjodohkan Vina pada beberapa eksekutif muda. tetapi, semua ditolak oleh Vina yang belum bisa melupakan pria di masa lalunya. setelah sepuluh tahun perpisahan, tanpa sengaja, Vina bertemu kembali dengan seseorang yang telah dirindukannya selama 10 tahun. akankah mereka kembali bersama? Atau dapatkah Vina menghindarinya, sehingga Ia tidak akan jatuh pada luka yang sama sepuluh tahun lalu? ikuti kisah vina dalam blue diamond ring..

Ri_Chi_Rich · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
44 Chs

Tamu Yang Tak Diharapkan

Airin mengembalikan handphone Vina kepadaku. Dan Aku menyimpannya kembali ke saku celanaku.

"Apa kau ingat dengan wanita yang membawa bunga tulip didepan penthouse Vina?", Sandy melanjutkan kata-katanya.

"Siapa Dia?", Aku sungguh penasaran.

"Namanya Aurel. Dia dulu kuliah ditempat yang sama dengan Vina, Oxford University.", Sandy menjelaskan.

"Haaah???", Aku sungguh kaget.. Siapa lagi ini.. Apa maksudnya? Kenapa banyak sekali yang memusingkan kepalaku seperti ini!!!!

"Aku juga belum tahu apa motifnya! Hmm... Aku masih terus menyelidikinya!", Sandy melanjutkan penjelasannya.

"Dan.. Ada lagi yang pasti membuat kalian kaget!", Kali ini Sandy membuka tas ranselnya, mengeluarkan berkas, mengeluarkan sebuah foto dan menaruhnya di meja.

"Oh Tuhan...", Airin menutup mulutnya, Aku hanya bengong melihat foto itu tanpa mengatakan apapun.

"Bagaimana mungkin?", Tanya Airin.

Sandy berdiri, langsung mendekat ke arah Airin, lalu memeluknya. Ya, Airin menangis, Dia terlihat tidak ingin mempercayai foto yang dilihatnya.

"Ini tidak mungkin!!!!", Airin menyangkal foto yang dilihatnya.

"Bun, sabar ya.. Kita masih belum mengungkap yang sebenarnya.. Jangan mengambil kesimpulan hanya dari satu barang bukti! Kadang, kenyataan tidak seperti yang terlihat di sebuah foto!", Sandy mencoba menenangkan Airin

TOK TOK TOK

Aku berjalan membuka pintu.

Klek

"ka..mu.."

"hemmm.. Masuklah!", Enggan sebetulnya Aku menyuruhnya masuk, tapi apa boleh buat.. Airin sudah mengundangnya! Hufff.. Tapi, Aku cukup senang melihat wajahnya yang masih ada bekas bogemku. Hehe..

"Oh, maaf.. Sepertinya ada drama keluarga!", Dia membuka pembicaraan setelah masuk dan melihat Airin yang masih berusaha menghapus air matanya dan menarik foto yang diletakkan Sandy diatas meja. Memasukkan ke dalam lacinya.

"Duduklah!", Airin mempersilahkannya duduk.

"Terima Kasih!"

Dia duduk ditempat Sandy sebelumnya duduk.

"Kau juga duduk, dek!!"

Enggan duduk disebelah orang ini, tapi sepertinya Aku ga punya pilihan..

"Ada yang mau Kau sampaikan?"

"Ehm... ", Dia menatap Sandy yang duduk disandaran tangan kursi Airin.

"Ah. Aku... Detektif Sandy. Ini tanda pengenalku, Aku suami Airin, kakak ipar Vina.", Sandy mengulurkan tangannya dan menunjukkan tanda pengenal serta lencananya.

"Dennis!", Jawabnya singkat.

"Dimana Vina?", Dennis membuka pembicaraan.

"Dia aman, denganku!", Aku menatapnya.

Dennis langsung menarik kerah bajuku

"Tidak ada tempat yang aman untuknya, sekarang!!! Dimana Dia??", Dennis terlihat sangat marah dan mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya dan menunjukkan pada Airin, Sandy, lalu Aku. Sebuah lencana International Police Agent.

"Oh Tuhan, Ada apa ini??", Airin terlihat panik.

"Lepaskan Aku!!!", Aku memukul kembali wajahnya, berdiri dan membetulkan kerah bajuku.

"Dimana Vina??"

"Sabar dulu, ada apa ini?", Airin berusaha melerai kami.

"Kita bicara nanti setelah Aku melihat Vina aman!", Dennis tetap memaksa.

"Bun, bawa Dia menemui Vina!", Sandy menengahi.

Akhirnya, Kami semua menuju ruang perawatan Vina.. Tapi... Kemana semua penjaga???

Aku berlari masuk ke kamar perawatannya dan.. Semua penjaga sudah terikat pingsan didalam.. Dengan.. Vina menghilang dari tempat tidurnya!

"Vinaaaaaaa!!!!", Tenagaku hilang entah kemana.. kakiku bahkan tak kuat lagi untuk menyanggah tubuhku, Aku terduduk lemas.. Istriku.. Seseorang menculik istriku..

"Dimana ruang cctv?", kali ini Dennis berteriak.

"Ayo ke sana!", Sandy bergegas keluar menuju ruang cctv, diikuti oleh Dennis.

"Rangga.. Tenangkan dirimu!!", Airin coba membujukku..

"Semua karenamu.. Kamu membuatku meninggalkannya.. Kamu membuatku kehilangan istrikuuuuu!!!", Aku tak ingin mendengar apapun penjelasan Airin. Aku ga tau lagi harus bagaimana, duniaku seakan runtuh! Kemana Aku harus mencari istriku?? Kenapa setiap kali Aku ingin melindunginya, Aku selalu menyakiti dan membahayakannya???

"Vinaaaaaaa... Aaaaaarkhhhhhh!!!!", Aku memukul-mukul lantai dengan tanganku yang masih dibalut perban. Aku ga tahu harus bagaimana.. Aku sangat kesal dengan diriku saat ini.. Entah berapa lama Aku mengutuk diriku, menyesali kepergianku tadi ke ruangan Airin yang membuatku kehilangan Istriku. Apa tujuan orang-orang ini? Kenapa mereka mencoba menculik Istriku? Apa mau mereka????

Dadaku sungguh sesak memikirkan ini.. Aku kehilangan kemampuanku untuk berpikir, Aku ga tahu apalagi yang harus kuperbuat sekarang..

"Rangga.. Aku minta maaf. Aku ga tahu kejadiannya akan seperti ini! Tenangkan dirimu, Aku mohon.. Kita ga akan bisa menemukan Vina kalau kamu seperti ini... Ayo kita bersama-sama mencarinya!!", Airin duduk berlutut disebelahku.

Aku menatap Airin.. Wanita ini.. Dia kakakku yang telah merawatku sejak kepergian mama.. Dia ga mungkin melakukan hal buruk pada Istriku.. Aku yakin. Memang mereka sudah mengincar Vina dan menunggu kondisi lengah.

"ehmm.. Tu.. Tuan..", Salah satu bodyguardku terbangun..

Airin segera menghampirinya dan membuka ikatannya.

"Siapa yang melakukan ini??? Apa yang terjadi?", Tanyaku.

"Ka..mi.. tidak tahu Tuan, seoarang perawat menanyakan apa kami ingin minum, dan menawarkan membawakan kopi atau teh dari meja perawat. Lalu, setelah meminumnya, kepala saya pusing dan sekarang terikat seperti ini.", Dia menjelaskan, menggeleng-gelengkan kepalany, berusaha menghilangkan pusingnya.

"Airin.. Panggil semua perawat disana!!", Pintaku. Airin lalu berlari menuju meja perawat.

Kurang dari satu menit, Dia sudah kembali lagi,

"Rangga, tak ada seorangpun disana! Dan banyak pasien juga menunggu dimeja perawat, tapi tak ada satupun disana. Tunggu sebentar, Aku harus menghubungi perawat bagian lain mengisi kekosongan disini!", Dia terlihat panik dan pergi meninggalkanku.

Aku menyusulnya ke meja perawat, mencoba mencari mereka semua,

"Aaaarkh.. Toloooong!!", Teriakan dari belakangku, seorang petugas kebersihan wanita yang terkejut melihat sesuatu dalam ruangan itu. Aku dan Airin langsung berlari kesana, dan beberapa orang mengikuti berlari kearah yang sama.

"Oh Tuhan!!! Bantu Aku buka ikatan mereka!!!", Airin bergegas membuka ikatan dan Aku juga membantunya.

"Bagaimana Kalian bisa ada disini, terikat seperti ini??", Airin bertanya kepada mereka.

"Kami dapat brownise cokelat, dari seorang perawat baru, katanya itu sebagai hadiah perkenalan. Tapi, setelah kami makan beberapa potong, rasanya pusing. Dan kami kehilangan kesadaran.", perawat itu menjelaskan.

Oh Tuhan, Istriku.. Dimana Dia!!! Aku sangat bingung harus bagaimana, Apa yang harus kulakukan.. Vina.. Kemana Aku harus mencarinya, sekarang???? Arghhhhh.. Aku sangat kesal.

"Tuan, apa yang harus Kami lakukan?", Ke enam bodyguard tak berguna itu datang dan bertanya kepadaku.

"Kalian ingat wajah wanita itu?", Tanyaku.

"Tentu saja!", Jawab mereka.

"Apa ada diantara mereka?", Aku menunjuk para perawat yang baru saja berdiri keluar dari ruang perabot kebersihan.

"Ga ada, Tuan!", Salah satu dari bodyguardku menjawab.

"Rangga!!!", Sandy lari ke arah Aku dan Airin, diikuti Dennis dibelakangnya.

"Kita harus bicara, Ayo kembali ke ruangan Airin!", Sandy dengan napas terengah-engah coba menjelaskan apa yang selanjutnya.

"Bicara? Aku ga mau! Aku mau cari istriku!!", Jawabku.

"Kau mau cari kemana??", Dennis menatapku dan tersenyum sinis.

"Baiklah, Ayo kembali ke ruanganku! Kalian, jangan banyak berdebat!!!", Airin memperingatkanku, dan berjalan lebih dulu menuju ruangannya.

Hatiku sungguh tak tenang.. Dimana Istriku.. Apa yang harus Aku perbuat?? Kemana Aku harus mencarinya? Arghhh.. Aku masih menyesali perbuatanku... Tak seharusnya Aku meninggalkannya! Vina.. Dimana Kamu sekarang? Aku sangat mengkhawatirkanmu!!! Hatiku sungguh tak tenang.. Ketakutan akan kehilangan Istriku.. Kondisinya saat ini sangat lemah.. Baru selesai operasi dan tubuhnya terkontaminasi racun!

Aku menghentikan langkahku.. Racun...

"Tuan.. ", Suara bodyguard dibelakangku berusaha menyadarkanku untuk terus jalan, tapi kakiku sudah tak kuat melangkah.

Racun itu harus dikeluarkan dari tubuh Vina sesegera mungkin!! Tapi... Sekarang Vina hilang.. Bagaimana Kalau Aku lambat menemukannya dan terlambat membersihkan racun dari tubuhnya? Aku.. Aku tak ingin kehilangannya! Apa jadinya Aku tanpa Istriku????

"Rangga!!!!!", Airin memanggilku..

Tapi.. Kali ini Air mata sudah tak tertahan lagi..

"Kak, Aku harus menemukan Vina sesegara mungkin dan mengeluarkan racun itu sebelum merenggut nyawanya! Argghhhhhh!!!", Kupukuli tembok rumah sakit entah berapa kali sampai darah mengalir lagi dsri perbanku

BUG

"Rangga, hentikan!!! Kau tidak akan menemukan Vina dengan begini!!!", Sandy memukul wajahku. Menyadarkanku kembali untuk tak larut dalam emosiku.

"Maafkan Aku. Tadi Aku tak ada pilihan selain memukulmu! Ayo kita ke ruangan Airin, Kita harus bicara disana!", Sandy mendorong punggungku untuk segera berjalan.

Klek

Airin membuka pintu ruangannya dan Dennis, Sandy, terakhir Aku masuk kedalam ruangan Airin. Para bodyguard menunggu diluar pintu.

"Bagaimana dengan cctv?", Airin membuka pertanyaan..

"Nihil. Kaset rekamannya hilang, petugas disana dalam keadaan pingsan, Kami coba bertanya ketika mereka sadar, ada seorang wanita berbaju perawat datang membawakan cemilan makanan dan kopi. Setelah mereka meminum dan menghabiskan makanannya, tak beberapa lama, mereka pingsan, dan baru tersadar ketika Kami datang. Tak ada satupun rekaman hari ini yang tersisa! Gelap, Rangga!!! Fuuuuh...", Sandy menggeleng-gelengkan kepalanya, menunduk, dan meletakkan kedua tangannya dipinggang.

"Kita tidak akan menyerah! Aku akan tetap mencari adikku!!", Dennis menggebrak meja Airin.

"Maksudmu, adik tirimu?", Aku tersenyum sinis... Memang Dia pikir Aku tak ingin dan tak mampu mencari istriku sendiri??? Aku akan mencari Vina tanpa bantuannya!!!!

"A..apaaa? Adik tiri?? hehmmmm... ", Dennis menyeringai.

"Vina adalah adik kandungku! Dia masih berusia satu minggu, saat Andi, ayahku menikahi j*l*ng itu! Aku yang waktu itu sudah berusia delapan tahun, menolak untuk ikut dengan ayah. Lebih memilih untuk tinggal disekolah asrama di tempat tinggal kami saat ibu masih hidup, di Jepang."

"aapaaaa?", Aku setengah tak percaya. Tapi.. Melihatnya begitu panik setelah Vina, Istriku hilang, sepertinya Aku harus mempercayainya..

"Jadi maksudmu, ibumu meninggal saat melahirkan Vina?", Airin mengajukan pertanyaan kali ini.

"Betul. Dan keluarga sengaja tak memberitahunya, karena mereka tidak ingin Vina tahu semua itu! Dan Kakekku, sepertinya diracun karena ingin memberitahu Vina informasi ini!!", Dennis kembali memukul meja. Dia terlihat sangat kesal.

"Siapa yang melakukannya??", Sandy terlihat penasaran.

"Ayahku sendiri! Dia pergi ke Tiongkok senin minggu lalu dan membeli cairan racun dari hasil sekresi katak."

"Kau membuntuti ayahmu sendiri?", Sandy menatap Dennis.

"Vina sudah sukses dan berhasil. Dia tak bisa diarahkan. Aku tahu saat bertemu dengannya setahun lalu di Jepang. Dia menunjukkan sikap tidak sukanya diperintah oleh orangtuanya, terutama si j*l*ng itu! Dia adikku, sikapnya sedikit banyak sepertiku, Dia juga mewarisi kecantikan dan kepandaian mamaku. Tentu saja wanita j*l*ng itu membencinya!", Dennis tersenyum kecut.

"Jadi, Kau kemari untuk melindungi Vina?", Sandy bertanya lagi.

"Bukan, Aku kesini, untuk sebuah pekerjaan, dan melamar kekasihku, Dia bekerja diperusahaannya", sambil melirikku. "Tapi, Aku juga penasaran untuk apa Ayahku membeli herbal racun itu. Sampai akhirnya Aku melihat berita, dan Aku yakin, target selanjutnya adalah Vina! Nenek - Kakek - Vina! Mereka akan segera menguasai V-Company!! Argghh! Aku terlambat memperingati adikku! Sudah kucoba menghubunginya berkali-kali hari ini. Tapi karena kebodohan Suaminya, Aku ga bisa melindungi Adikku!!", Dennis terlihat semakin geram dan sangat kesal melihatku.

"Ehmm...maafkan, Adikku memang memiliki EQ yang jongkok.. Mari kita pikirkan bersama bagaimana mencari Vina, sekarang!", Airin semakin asal berbicara dan lagi-lagi tanpa koordinasi.

"Penculikan ini ga akan terjadi kalau Kau tidak memanggilku!", Aku kesal menjadi objek yang terlihat paling bodoh!

"Apa tadi yang Kau bilang di koridor? Racun apa dalam tubuhnya?", Dennis menatapku lagi.

"partener bisnis Vina ingin menjebak Vina dengan menikahi Vina. Tapi sebelumnya, Dia ingin meracuni Vina dengan Dimethilmercury.."

"Apaaaaa???", Dennis terlihat sangat gugup dan panik.

"Kami seudah menangkap orang itu! Tapi racun dalam tubuh Vina harus segera dikeluarkan sebelum akut dan kita tidak bisa lagi menyelamatkan nyawanya!", Sandy melanjutkan penjelasannya yang sempat terputus karena sanggahan Dennis.

"Bang, Istriku akan baik-baik saja!!! Aku pasti bisa menyelamatkannya!!!", Aku sungguh tak terima mendengar Sandy mengatakan seperti tadi.

"Rangga!! Tenangkan emosimu!!! Tentu saja Sandy tidak akan bermaksud buruk atau mendoakan buruk terhadap istrimu! Kita harus berkepala dingin dan mencari Vina!!", Airin kembali mengingatkanku.

"Aku mohon.. Jangan ada kata-kata seperti itu! Aku sungguh ga bisa mengontrol emosiku bila memikirkan hal buruk tentang istriku!! Apa Kalian tidak mengerti???", Kali ini Aku sangat marah! Mereka selalu menyalahkanku, tapi kata-kata Mereka selalu memancing emosiku.

"Lalu, darimana Kita akan mulai mencari?", Dennis coba mengembalikan fokus utama Kami.

Tak ada jawaban.. Aku juga bingung darimana harus memulai, sedangkan satu-satunya harapanku, CCTV.. Telah diambil oleh pelaku!! Bagaimana Aku bisa mendapat pencerahan? Kemana jalan yang harus kulalui untuk mencari Vina? Semua terasa buntu! Tapi Aku ga akan pernah menyerah!! Aku harus mencari dan menemukan Istriku secepatnya.. Waktu Kami sangat tipis, Kami harus mengeluarkan racun itu sesegera mungkin sebelum terlambat!!!

"Bang, agaimana kalau Kita memulai dari alamat yang Kau berikan tadi?", Tanyaku pada Sandy. Mengingat lelaki itu adalah orang yang sama dengan yang memaksa dokter untuk membunuh Kakek.

"Anak buahku disana! Dia pasti memberitahuku bila mereka sudah merencanakan sesuatu!", Sandy menatap langit-langit rumah sakit sebelum menatapku dan Dennis.

"Maksudmu pelakunya orang lain?", Tanyaku lagi. Aku semakin khawatir dengan Vina sekarang.. Hufffff.

"Bisa jadi.. Tapi, siapapun bisa jadi adalah tersangkanya!", Sandy mengingatkan.