Sean Huan Soong berjalan melewati lorong Club sambil kebingungan. Pasalnya, dia sedang mabuk dan ingin berjalan keluar. Ditambah lagi, Club ini cukup luas daripada yang terlihat dari luar. Seperti balita yang sedang belajar berjalan, ia terus terjatuh dan tengkurap di lantai. Dari cara jalannya yang sempoyongan.
Sean Huan Soong sedang mencari jalan keluar.
Akhirnya, setelah berkeliling beberapa kali, Sean menemukan sebuah kamar dan memasukinya, niatnya ingin mencari jalan keluar malah sebaliknya yang terjadi, ia tidak berpikir panjang lalu merebahkan dirinya dengan cepat terbaring di atas ranjang.
Saat itu alam sadarnya sedang membawa dirinya seakan sudah tidur nyenyak di kamar pribadi miliknya. Sean menggeliat dan tidak sengaja menemukan seseorang juga ikut terbaring di sampingnya, dimana seorang gadis cantik bermata indah sedang tertidur cukup pulas.
Ia menyadari bahwa seorang gadis itu sangat menarik dengan dua buah yang besar mampu membuat dirinya menelan ludah. Efek dari alkohol membuat dirinya ingin sekali langsung menerkam seolah di depannya sedang ada mangsa segar untuk dinikmati.
Lampu remang-remang serta alun musik DJ yang terus menggema sampai ke tempat Sean berada. Membuat dirinya tidak ingin menahan keresahan di balik celana miliknya, ia ingin menuntaskan keinginan dalam dirinya, sudah lama sekali ia ingin berhubungan seperti ini meskipun tubuhnya tidak bisa menerima sembarangan wanita. Entah kenapa gadis ini cukup menarik serta memiliki bau darah yang sangat manis.
Gadis itu merasakan sesuatu sedang berjalan masuk dibalik gaunnya, ia tersadar dan merasakan ternyata seseorang sudah berada diatasnya.
"Kamu ma mau a–ap ah ...," ucapan gadis itu terputus dengan suara yang tertahan sambil memejamkan matanya.
"Kau sangat cantik," sahut Sean lalu memberikan gigitan kecil sebagai pertanda miliknya, gadis itu pasrah dalam setiap perlakuan kenikmatan darinya.
Keduanya sudah terbawa dalam hasrat, Sean terus menjalankan aksinya. Tangannya perlahan berusaha membuka setiap penghalang dari tubuh mereka. Ia terus membenamkan dirinya dalam hujan kenikmatan yang sudah sangat basah.
Erangan itu membuat Sean seakan tidak ingin meninggalkan satu jejak pun untuk ia telusuri hingga tercipta begitu banyaknya warna kemerah-merahan hasil ciuman serta gigitan dari Sean. Bulatan indah serta kenyal yang menggantung didepan wajahnya sangat menjadi hal favorit untuk ia gigit.
"Oh lagi ... ya begitu um, ka–kau sebenarnya siapa?" gadis itu bertanya dalam keadaaan kenikmatan sedang mereka raih.
Tidak ada jawaban dari Sean, ia terus bergerak dengan cepat dan terus semakin cepat dan liar, menghujamkan ciuman dengan bertubi-tubi hingga suara ranjang bergoyang membuat keduanya mandi keringat, hingga erangan terakhir dari keduanya sampai akhirnya mereka sama-sama tertidur.
Lembayun pagi mengundang cakrawala membawa angan, serta asa. Sejuk semilir menerpa raga, mentari pagi menyinari seisi bumi menyinari masuk rorong dinding kamar. Gadis tersebut menggeliat diatas ranjang, ia membuka mata merasakan sebuah badan kekar sedang memeluknya erat.
"Arghh sialan ... kau siapa berani sekali berada di kamarku?!" teriakan nyaring gadis tersebut membuat tidur nyenyak Sean terganggu.
"Hey! Ini masih pagi jangan teriak," sahut Sean dengan mata masih tertutup.
"Arghh bajuku? Oh tidak apa yang telah kulakukan? Hey kau bangun dan jelaskan padaku!" paksa gadis itu seraya menyeret Sean.
Sean menurut hingga terduduk, "Kau ingin aku lakukan apa? Ingin mengulanginya lagi ayolah jika begitu aku sangat siap, lihat adik kecilku sudah siap lagi menerima dirimu," ucap Sean seraya memperlihatkannya.
"Sialan, dasar mesum! Tidak tahu diri setelah kau tidur denganku dan sekarang kau memperlihatkan lagi, dasar pria bodoh, pergi kau dari kamarku sekarang, jika tidak aku akan melaporkan mu atas tuduhan penculikan!"
'Gadis ini cantik tapi nggak waras, ah kenapa aku bisa salah kamar, sebaiknya aku bergegas pergi dan mengurus gadis ini nanti,' batin Sean.
"Baik-baik, tenanglah aku akan pergi tapi bolehkah aku tahu namamu terlebih dahulu Nona?"
"Quiena Ning Diesty, sudah tahukan jadi cepat enyahlah dirimu dari hadapan ku."
'Hemm nama yang menarik, ku pastikan kau akan jadi milikku setelah ini,' batin Sean.
"Apalagi yang kau tunggu pergilah." Quiena terus mengusir Sean.
'Pria ini sangat tampan, aku jadi malu lama-lama berdekatan dengannya, aku takut diriku tidak cantik sewaktu bangun tidur,' batin Quiena.
"Okay, aku akan pergi tapi sebelumnya-"
Sean mencium Quiena dengan rakus dan tangannya merampas belahan yang indah milik Quiena, wajah merah sangat terlihat oleh Quiena ia menahan malu atas perlakuan Sean.
Seringai menyebalkan terlihat jelas dari raut wajah Sean, "Baiklah Quiena, sampai bertemu kembali gadis cantik, kau sangat menarik ah ya jangan lupa pakai gaun mu sebab tubuh indah bak gitar Spanyol itu hanya untuk diriku seorang, sini cium perpisahan dulu."
"Dasar mesum!" teriakan Quiena seraya melemparkan bantal kearah Sean.
Sean hanya terkekeh melihat Quiena mengamuk seperti itu, ia memakai pakaiannya dengan cepat dan berjalan keluar dari kamar tersebut.
(Sean Huan Soong)
'Siapa sebenarnya wanita itu? Jika dia sama sepertiku mana mungkin, tidak ada aroma vampir ditubuhnya sangat jelas bahwa dia hanyalah manusia biasa tapi tubuhnya sangat manis berbeda dengan tubuh wanita lain yang pernah juga ku hisap darahnya,' batin Sean.
"Bos ... Sean! Woy kenapa Lo ngelamun?!" teriak Emanuel Yoyong, dia adalah temanku sekaligus partner kerjaku.
"Sialan! Bisa enggak sih Lo kalau masuk ketuk pintu dulu terus jangan teriak gitu," sahutku kesal.
"Yaelah malah marah biasa juga Lo kalau gue dateng pasti udah tau dari penciuman hidung Lo," tegas Emanuel tidak terima dimarahi oleh Bos.
"Emangnya kenapa sih harus teriak gitu?" tanyaku penasaran.
"Itu diluar ada Klara mau ketemu sama Lo tuh, gue udah bilang Lo sibuk eh itu anak ngga denger yaudah dia langsung masuk aja kesini katanya sih pengen ngomong sesuatu ama Lo," ungkap Emanuel memberitahu bahwa mantan sehari ku datang lagi mencariku.
"Itu cewek enggak tau malu berani-beraninya dia minta ketemu sama Bos kaya gue, jadi pacar sehari aja udah belagu minta di makan ini cewek!" omel ku tidak jelas sembari membuka pintu.
"Bos, bagi-bagi sama gue kalau emang Lo mau makan itu anak, gue juga laper nih."
"Diem lo."
Aku keluar pergi menemui Klara, dia pernah menjadi pacarku hanya untuk sehari tapi setelah itu aku langsung mencampakkannya sebab dia hanya ingin denganku untuk populer dan menaikkan followers dirinya karena berhasil pacaran dengan seorang CEO, walaupun dia cantik, tapi aku sama sekali tidak tertarik.
Dari Jarak jauh terlihat Klara sedang menungguku serta membawakan satu keranjang buah yang aku sendiri tidak tahu untuk apa, aku pun berjalan mendekat dengannya. Senyuman terpancar dari wajahnya saat melihat aku sudah berada di depannya, seraya ingin memelukku dengan cepat aku menghindar.
"Heh, mau ngapain Lo kesini?" tanyaku ketus.
"Sean, aku kesini hanya ingin bertemu denganmu, sebenarnya aku rindu sejak kita putus aku tidak bisa tidak memikirkan mu dan ini sebagai ucapan maafku, sungguh aku masih sangat mencintaimu, tapi aku mohon Sean kembalilah bersamaku, dan kita akan hidup bersama, ku mohon ...," ucap Klara dengan segala pengakuan darinya.
Jika takdir sudah berbicara walaupun berbeda dunia dan kasta. Maka pernikahan akan tetap terlaksana sekalipun harus dengan cara yang tidak biasa.