webnovel

Black Hole Cavalry

Jopardi adalah seorang pria yang merupakan seorang keturunan dari keluarga militer. Dia memiliki sebuah kemampuan yaitu melintasi lubang hitam tanpa harus menggunakan alat khusus. Awalnya dia tidak menyangka bahwa dari sekian banyak kandidat yang di ikut sertakan untuk mengikuti test hanya dialah yang bisa lolos melintasi sebuah objek yang bernama lubang hitam tersebut. Kehidupannya berubah drastis ketika dia sudah mulai dengan percobaan-percobaan yang di lakukan oleh sebuah organisasi yang bernama Cavalry. Bahkan dia harus berpisah dengan keluarganya demi menjaga keluarganya agar tetap aman. Kontroversi demi kontroversi yang mencuat membuat Jopardi seakan tidak mengerti kehidupan apa yang sedang dia jalani saat ini. Dia pun dihadapkan dengan sebuah tanggung jawab yang begitu besar. Yaitu menyelamatkan masa depan. Dia mendapatkan sebuah misi untuk melakukan percobaan melintasi lubang hitam melalui sebuah portal. Jopardi banyak dihadapkan dengan kejadian yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Akankah Jopardi bisa memikul beban besar yang berada di hadapannya saat ini? Dan apakah kehidupan cintanya dengan seorang wanita bernama Juni akan bisa berakhir dengan bahagia?

simmersunshine07 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
385 Chs

Menyelundupkan Diri

Keberangkatan Jopardi ke Jakarta di dampingi oleh kapten Santoso dan beberapa tim yang akan mengawalnya sampai ke markas yang ada di Jakarta. Jopardi saat itu tidak mengetahui bahwa dia akan melakukan percobaan lagi di markas yang ada di Jakarta karena pada dasarnya dia masih seperti meraba-raba apa yang dia lakukan selama ini.

Aku sempat berpikir bahwa pekerjaan ku hanya sebatas sebagai tentara semata, namun selama perjalanan ke Jakarta, kapten Santoso menjelaskan kembali kepada ku apa yang ku lakukan selama ini dan apa yang membuat diriku akhirnya melakukannya. Aku akhirnya mengerti betapa penting dan hebatnya keberadaan dan juga tugas yang ku miliki. Aku merasa takjub sekaligus takut. apakah aku bisa mengemban tanggung jawab sebesar itu sampai akhir atau tidak? seperti itulah kiranya yang ada didalam pikiranku saat itu.

Tak lama kemudian, tibalah kami di markas yang ada di Jakarta. Ku lihat markasnya tidak cukup besar seperti yang ada di Papua. Mungkin ini karena Jakarta bukanlah pusat dimana markas berada. Kedatangan ku di sambut dengan baik oleh Jendral Mantovani yang merupakan seorang Jenderal sekaligus pemimpin tim Cavalry. Kapten Santoso mengenalkan ku kepada nya. Aku pun berjabat tangan sambil memperkenalkan diriku.

" Jopardi. " kataku sambil menjabat tangan Jenderal tersebut.

" Mantovani. " jawab Jenderal itu membalas ku.

Dia langsung bertanya kepada ku apakah aku siap untuk menjalankan misi selanjutnya. Aku sempat terdiam dan tertegun. Aku sama sekali tidak mengetahui bahwa diriku akan segera menjalankan misi di saat aku tiba di Jakarta. Aku pun hanya tersenyum tipis sambil menatap ke arah jenderal Mantovani.

Setelah pembicaraan cukup singkat, kapten Santoso selaku wakil sekaligus juru bicara ku, mengatakan kepada Jenderal Mantovani bahwa aku sudah siap untuk kembali menjalankan misi perlintasan lubang hitam. pada saat itu, aku hanya diam saja sambil menatap ke arah kapten seolah-olah aku bertanya kepada kapten mengapa dia tidak mendiskusikan nya terlebih dahulu kepada ku. kami pun akhirnya di bawa masuk ke dalam markas untuk pembicaraan lebih lanjut.

Sementara itu, Juni yang telah menyamar segera mengikuti kapten Santoso dan Jopardi untuk masuk ke dalam markas, namun sayangnya dia langsung di hadang oleh penjaga yang berjaga di depan pintu masuk. Juni memaksa untuk tetap masuk, namun penjaga mengatakan kepadanya bahwa tidak ada yang boleh masuk kecuali kapten Santoso dan Jopardi.

Juni kemudian mulai mencari cara agar dia bisa di perbolehkan masuk. Kemudian dia mulai memperlihatkan wajahnya dan berkata bahwa dia adalah tim medis dari Jopardi yang di kirim khusus untuk merawat Jopardi. Juni juga memperlihatkan kartu identitas yang dia miliki. Penjaga pun berkata bahwa dia akan menginformasikan terlebih dahulu kepada Jenderal dan meminta Juni untuk menunggunya.

DI konfirmasikan lah kepada Jenderal Mantovani bahwa ada yang baru saja datang dengan mengatasnamakan tim medis dari Jopardi. Jenderal pun bertanya kepada kapten Santoso apakah benar ada tim medis yang khusus di kirim untuk Jopardi, karena kapten Santoso berpikir itu adalah Sohee, dia pun mengatakan "Ya" kepada Jenderal sehingga akhirnya Juni di perbolehkan untuk masuk.

Juni merasa lega karena akhirnya dia di perbolehkan untuk masuk. Juni pun akhirnya masuk ke dalam markas namun dia tidak langsung menemui Jopardi dan kapten Santoso. dia berpura-pura pergi ke toilet, dia mengatakan kepada petugas yang mengantarnya bahwa dia harus pergi ke toilet. Akhirnya Juni di perbolehkan untuk pergi ke toilet.

Sepanjang perjalanan ke toilet, Juni melihat betapa sibuknya orang-orang saat itu. Bahkan dia melihat sebuah portal yang cukup besar yang ada di dalam sebuah ruangan penelitian. Apa itu? Mengapa ada portal besar di sini? Apakah portal itu di kirim dari Papua? Kata Juni dalam hatinya. Juni kemudian mencari celah untuk bisa melarikan diri dan bersembunyi.

Akhirnya dalam kamar mandi Juni menemukan sebuah lubang tepat di atas kepala nya, dia melihat lubang ventilasi yang cukup besar untuk dia masuki. Dia pun berusaha untuk memanjat untuk mencari jalan menuju ruangan Jopardi berada. Dia yakin bahwa pasti ventilasi itu saling terhubung satu sama lain. Juni mulai menyusuri lorong sempit ventilasi. Dia melihat banyak hal yang sangat baru baginya.

Juni kemudian melihat portal yang dia lihat berada di markas yang ada di Papua. Juni sudah menduga bahwa Jopardi akan di buat melakukan percobaan lagi. Juni kemudian mulai mencari keberadaan ruang kontrol. Dia berpikir untuk mensabotase portal agar mereka tidak bisa melakukan penjelajahan waktu lagi.

Kapten Santoso berpikir mengapa Sohee belum juga datang menghampirinya dan Jopardi. padahal dia sudah mengetahui kedatangan nya sejak tadi. Karena merasa penasaran, kapten Santoso mencoba untuk menghampiri Sohee. Dia mulai bertanya kepada petugas yang mengantar Sohee. Petugas itu berkata kepada kapten Santoso bahwa dia sudah mengantar ke toilet dan mungkin saat ini sedang berada di ruangan nya.

Kapten Santoso akhirnya mencoba menghampiri yang di kira Sohee di ruangan nya. Sementara itu Juni saat ini tengah berada di atas atap tepat di atas ruang kendali. Dia melihat bagaimana cara mesin akan bekerja. Dia sangat ingin turun saat itu namun dia menahan nya karena dia tidak mungkin turun tiba-tiba karena dia akan mendapat masalah jika melakukan nya.

Kapten Santoso akhirnya tiba di ruangan Sohee, dia kemudian mengetuk pintu sambil memanggil nama Sohee. Kapten Santoso merasa heran mengapa Sohee tidak kunjung membukakan pintu untuknya. Kemudian kapten Santoso mencoba melapor ke bagaian administrasi untuk mengumumkan bahwa Kapten Santoso sedang mencari Sohee dan menunggu di ruangannya.

Pengumuman mulai berkumandang. Juni yang saat itu ikut mendengar nya mulai panik karena kapten Santoso sudah mencarinya.

Bagaimana ini? Jika aku muncul, kapten pasti akan sangat marah kepada ku bahkan mengusirku. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Bagaimana jika Sohee tiba-tiba datang? Aku harus segera mencari cara bagaimana bisa menghindari masalah ini. Kata Juni dalam hatinya.

Juni akhirnya mencoba untuk keluar dari ventilasi tersebut. namun ada seseorang yang mendengar Juni yang sedang merangkak keluar dari ventilasi. Juni pun terkejut mendengar ada yang mengetuk ventilasi dengan sebuah tongkat. Alarm pun berbunyi dengan keras di seluruh penjuru.

Juni mulai panik hingga dia terburu-buru keluar dari Ventilasi. Beberapa orang mulai berteriak bahwa ada seorang penyusup di markas. Kapten Santoso dan Jopardi merasa terkejut mendengar alarm yang berbunyi dengan keras. Kemudian Jopardi bertanya kepada kapten Santoso apa yang sedang terjadi. Kapten Santoso sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kapten saat ini masih memikirkan mengapa Sohee tidak kunjung menemui nya. Jopardi dan kapten Santoso segera pergi ke ruangan

Jenderal Mantovani dan hendak menanyakan apa yang sedang terjadi saat ini. Sambil berlari tergesa-gesa, Juni mencoba untuk menghindari para petugas yang hendak menangkapnya. Juni pun merasa tersudutkan. Namun yang ada di pikiran nya saat itu dia harus lari dan jangan sampai tertangkap.