Di sebuah gedung mobil yang mengantarkan Zefa, Estevan dan Noah telah berhenti di dalam parkiran mobil. Zefa bergegas turun terlebih dahulu untuk membukakan pintu milik Noah lalu beralih menarik pegangan pintu mobil lalu membukanya.
Tepat disaat Zefa menunduk dan Estevan mengeluarkan kakinya keluar lalu mendongakan kepala, saat itulah sepasang mata mereka saling bertemu dan jarak wajah mereka kurang dari sepuluh meter. Untuk beberapa saat mereka saling bertukar pandangan hingga tiba-tiba mata Zefa melebar--terkejut karena wajah Estevan yang sangat dekat denganya.
Seketika itu Zefa menarik wajahnya dan melangkah mundur untuk memberikan jalan untuk Estevan. 'Tadi itu sangatlah dekat, sebaiknya lain kali aku harus lebih hati-hati lagi'
Sama halnya dengan Zefa, Estevan sendiri juga terkejut. Namun dia mencoba untuk bersikap tenang dan saat keluar dari mobil, Estevan menata dasi yang melekat di kerah bajunya sebelum bertemu dengan keluarga Zefa. 'Meskipun aku hanya bosnya, tapi aku harus terlihat sempurna'
Noah sangat bersemangat ketika mencium bau manis dari dalam gedung, kedua tangan mungilnya menggandeng tangan Zefa dan Estevan lalu menariknya masuk ke dalam. "Ayo Papa, Kakak cantik. Noah sudah tidak sabar masuk kedalam."
Zefa dan Estevan hanya bisa mengikuti langkah Noah. Dan untuk beberapa saat ketika Zefa berjalan menuju ke ruang pertemuan Zefa berfikir kalau pasti akan ada salah satu tantenya yang akan menanyai tentang pertanyaan. 'Kapan kau menikah? Aish! Jika tante Dora bertanya seperti itu, aku pastikan akan membuatnya diam'
Saat di depan pintu, Zefa langsung membukanya dan melihat seluruh keluarganya sudah berkumpul disana termasuk orangtua, Bimo dan juga anak istrinya. Saat Zefa melangkah masuk tiba-tiba ada seorang anak perempuan berusia lima tahun tengah berlari ke arahnya dan memeluk kedua kakinya. Zefa tersenyum dan mengusap kepala anak itu.
Sementara Estevan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan dia juga melihat seorang pria berkumis tipis tengah menyunggingkan senyum ke arahnya dan juga berjalan ke arah mereka. 'Siapa pria ini? Apakah dia kekasih sekretaris Zefa?'
Zefa mengangkat kepala. "Bimo," panggil Zefa yang menyapa kakaknya lalu kembali menundukkan kepala. "Wah ponakan tante Zefa sudah besar ya, Mora kesini sama siapa saja?" tanya Zefa.
Bimo menyipitkan mata. "Bukankah sudah dari dulu aku mengatakan padamu kalau panggil aku dengan kakak, meskipun begini kita ini saudara.
'Oh, dia kakak sekertaris Zefa. Pantas saja wajahnya terasa tidak asing' batin Estevan.
Mora adalah anak dari Agus dan istrinya bernama Aura. Memang mengejutkan karena cinta Aura saat pandangan pertama tidaklah bertepuk sebelah tangan dan hasil dari pernikahan mereka adalah lahirnya gadis kecil yang cantik.
Mora memperhatikan Zefa yang sedang dipikulnya lalu berkata, "Kenapa aunty lama sekali datang kesini."
Sementara itu Noah menatap Mora hingga membuatnya tidak berkedip sama sekali, sebelum Zefa menjawab pertanyaan dari Mora. Noah juga bertanya, "Kakak cantik dia siapa?"
Mendengar pertanyaan dari Noah, lantas membuat Bimo menunduk ke arah Mora dan Noah. Mereka sama-sama memeluk bagian tubuh Zefa dan hal itu membuat Bimo berfikir kalau Zefa seharusnya sudah menikah di usia yang sudah matang seperti ini. Mengingat ada Estevan di depannya membuat Bimo memegang pundak Estevan lalu mengatakan, "Lalu kau ini pasti pa...."
Belum sampai Bimo selesai mengatakan sesuatu, Zefa terlebih dahulu memotongnya dengan berkata, "Dia bosku." Sambil menuduk ke arah Noah dan Mora yang mulai bertukar pandangan tidak suka. Sebelum terjadi kesalah pahaman Zefa langsung menjelaskan siapa Mora dan kenapa dia datang terlambat.
Disisi lain perasaan kecewa terlihat dari wajah Bimo karena yang datang bukanlah calon adik iparnya melainkan bos dari tempat Zefa berkerja. "Baiklah kalau begitu, mari kita duduk disana." Bimo menunjuk ke arah dua kursi kosong. "Biarkan Zefa dan para anak-anak bermain."
Sebelumnya Estevan merasa ragu namun saat melihat senyum tulus dari wajah Mora akhirnya dia mengizinkan Mora dan Noah bermain bersama sedangkan dirinya duduk di sudut ruangan sambil menikmati segelas minuman di tangannya.
"Sebelumnya atas nama Zefa, aku ingin meminta maaf padamu jika dia selalu merepotkan dan membuatmu sakit hati karena perkataannya," ucap Bimo yang dudik di samping Estevan.
Estevan sendiri juga menyadari perkataan Zefa memang selalu terdengar pedas namun dia sudah mulai terbiasa mendengarkan perkataannya itu. "Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan cara bicaranya."
Bimo tersenyum. "Kau memang bos yang baik, oleh karena itu kau beruntung sekali bisa datang kesini karena hanya saat inilah Zefa bisa menyindir habis-habisan perkataan salah satu tante kami yang bernama Dora."
Sejenak Bimo mengedarkan pandangannya dan menemukan sosok wanita yang sedang di carinya. "Wanita disana yang make up-nya melebihi riasan istriku bernama tante Dora, sepertinya dia akan menghampiri Zefa dan memberikan sebuah pertanyaan yang sama setiap tahunnya."
Estevan menoleh kearah yang dituju Bimo dan benar saja dia melihat seorang wanita paruhbaya dengan make up yang tebal tengah berjalan mendekati Zefa yang berada tidak jauh dari tempatnya dan tengah menikmati makanan disana. 'Baiklah, aku akan melihat sifat sekertaris Zefa yang sebenarnya'
Dari kejauhan Zefa sudah mencium bau parfum yang sangat dikenalnya namun Zefa masih berpura-pura tidak menyadari dan sibuk menikmati makanan yang ada di piringnya sambil duduk lalu menyilangkan kaki.
"Ponakanku tercinta, Zefa. Akhirnya aku dapat melihatmu disini, tante yakin kau pasti baik-baik saja lalu...." Dora celingukan seakan mencari seseorang. "Dimana pacarmu? Oh apakah kau belum mendapatkannya juga?"
Zefa masih diam dan membungkam mulutnya karena merasa kalau dia langsung membalas perkataan Dora sekarang, Zefa tidak akan merasa puas. 'Baiklah Zefa kau diam dulu dan ikuti permainannya'
"Kau tahu Zefa? Anak gadi di samping rumah tante semuanya sudah menikah, kau kapan? Menikah itu enak loh, kau bisa meminta apapun ke suamimu jadi tidak perlu kerja," lanjut Dora sambil mengipasi wajahnya.
"Tetangga tante juga ada yang nikah terus jadi orang kaya, kau juga harus sepertinya Zefa agar tidak melajang terus nanti keburu jadi perawan tua loh." Tak lupa untuk mengakhiri perkataannya Dora tertawa lalu meneguk segelas air dengan perlahan, lalu setelah tenggorokannya telah basah Dora melanjukan perkataanya. "Kalau kau menikah dan punya anak pasti hidupmu akan bahagia dan kau tidak lagi kesepian."
Dari kejauhan Estevan dapat melihat dengan jelas kalau Zefa belum mengeluarkan reaksi apapun dan terlihat masih menikmati makananya. 'Sepertinya dia memang membalas perkataan tantenya setelah menghabiskan makanan dipiringnya'
To Be Continued...