webnovel

Miss Bad

Sebelum pergi Zefa terlebih dahulu menunggu Estevan yang sedang menandatabgani beberapa dokumen di ruang Direktur, untuk menunggu pria berwajah garang itu Zefa mengajak Noah untuk membeli susu pisang yang berada di toserba samping kantor.

Anak itu nampak semangat memilih minuman serta makanan yang ada disana hingga membuanya berlarian di dalam toserba. Zefa mengulas senyum tipis ketika melihat Noah yang sangat aktif dan tidak menimbulkan keributan seperti tadi.

Zefa mengikuti langkah kecil dari Noah sambil bergumam, "Kira-kira apa yang membuat Noah mengamuk tadi? Aku tidak yakin kalau dia hanya ingin makan bersama bahkan komputer mahal milik Pak Estevan dilemparkan begitu saja." Dengan nada pelan."

Setelah menemukan apa yang sedang dicarinya, Noah mengambil lalu memberikan ke Zefa yang berdiri di belakang. "Ini kakak cantik, Noah hanya ingin susu pisang biar bisa sama seperti kakak." Senyuman lebar menghiasi wajah Noah.

Sehingga membuat Zefa tersenyum gemas. 'Sangat menggemaskan' Zefa yang awalnya membungkukkan badan saat Noah memberikan susu kepadanya langsung menegakkan kembali lalu mengambil beberapa susu pisang untuk di bawanya nanti. "Noah ingin apa lagi?" tanya Zefa dengan lembut.

Noah menggeleng. "Tidak kakak, Noah hanya ingin bersama kakak." Tangan mungil Noah menggenggam jari telunjuk Zefa lalu menariknya. "Ayo segera kita membayar ini sebelum Ayah memarahi kita."

'Sungguh anak yang pengertian' batin Zefa ketika melihat jemari mungil Noah menggenggam erat jari telunjuk.

Segera setelah membayar, Zefa berniat menggendong Noah agar anak itu tidak kelelahan namun, Noah menolaknya dengan menurunkan tangan Zefa yang memengang pinggang.

"Tidak kakak, kalo Noah kakak gendong pasti semua orang mengira Noah tidak bisa melindungi kakak jadi, biarkan Noah menggandeng tangan kakak dan membawa susu pisang ini. Karena inilah yang dilakukan seorang laki-laki kepada wanita."

Lagi-lagi Zefa mengulas senyum dan kali ini dia mengusap kepala Noah dengan pelan sambil berkata, "Baiklah, Kakak mengandalkan, Noah."

Noah mengangguk. "Kakak bisa mengandalkan Noah kapan saja dan dimana saja jadi, kakak tidak perlu khawatir."

Entah kenapa Zefa merasa sangat terharu mendengar perkataan anak berusia lima tahun di depannya. 'Anak ini mengingatkanku pada seseorang'

Noah kembali menggenggam erat jari Zefa lalu berjalan berdampingan menuju ke kantor. Sesampainya disana dia melihat Estevan sedang mondar-mandir seolah resah memikirkan sesuatu.

Dari sudut mata Estevan melihat Zefa dan Noah bergandengan tangan. 'Sepertinya sekertaris Zefa dan Noah habis pergi dari suatu tempat' Dan tepat di tangan putranya dia melihat sebuah kantung plastik berisikan susu pisang yang baru saja mereka beli.

Dengan membawa seluruh amarahnya, Estevan menghampiri mereka berdua lalu menatap tajam kedua monolit hitam milik Zefa. "Dari mana saja kau? Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak membelikan Noah mimunan aneh?" tanya sarkas Estevan.

"Saya ba...."Belum selesai Zefa mengatakan perkataannya, tiba-tina saja Noah lansung memotong dan membuatnya terdiam.

"Papa," panggil Noah dan membuat Estevan menoleh kearahnya. "Papa tidak boleh memarahi kakak cantik, kalau Papa seperti itu lagi Noah akan marah dengan Papa," lanjut Noah sambil bersendekap dan mengalihkan pandangannya.

'Apa yang sebenarnya telah dilakukan Zefa kepada Noah hingga dia berubah seperti ini?' pikir Estevan dan demi Noah, akhirnya memendam amarahnya dan langsung mengajak Zefa dan Noah masuk kedalam mobil.

~

Di perjalanan Noah tak henti-hentinya menceritakan semua kegiatannya di sekolah hingga mereka sampai di salah satu restoran. Bahkan ketika masuk kedalam restoran, Noah juga memilih duduk di samping Zefa dari pada duduk di samping Ayahnya.

Hal itu membuat Estevan sedikit marah oleh sebab itu dia menatap tajam wajah Zefa yang sedang sibuk bercanda dengan putranya. 'Jika seperti ini terus Noah pasti akan melupakanku sebagai Ayahnya'

Di tengah-tengah cerita yang disampaikan Noah. Zefa menoleh ketika mendengar seseorang memanggil namamya,tak hanya gadis itu saja. Estevan dan Noah sendiri juga menoleh, mereka berdua melihat sebuah pasangan yang memiliki satu anak laki-laki sedang menatap Zefa dengan wajah pongah.

Meskipun sudah lama sejak wanita di depannya pergi dari sekolah SMA yang pernah di tempatinya, tentu saja Zefa masih perbuatan yang dilakukan wanita itu hingga membuat tengkuk kepalanya harus dijahit beberapa kali.

'Clare' Zefa menatap wanita di depannya dengan wajah datar lalu mengalihkan pandangannya dan menatap Noah yang berada di sampingnya.

"Wah, aku tidak menyangka kalau akan bertemu dengan Zefa disini, bukankan semua ini sangat kebetulah dan kau...." Clare memperhatikan Estevan dan Noah yang sedang bersama dengan Zefa. "Kau sekarang lebih berani ya, sampai-sampai suami orang kau rebut. Peningkatan yang sangat signifikan."

Estevan bingung karena wanita di depannya ternyata mengenali Zefa namun, Estevan bisa menebak hubungan sekretarisnya dengan wanita yang bernama Clare itu. Oleh sebab itu Estevan masih diam dan tidak ingin ikut campur antara para wanita.

'Aku ingin melihat reaksi sekertaris Zefa kepada wanita di depannya' batin Estevan.

Zefa yang awalnya tidak ingin terpancing dengan Clare terpaksa harus menanggapi perkataan wanita itu dan menatapnya dengan mata sayu. "Aku sendiri juga tidak menyangka kalau mulutmu itu seperti racun, Clare."

'Seperti biasanya, perkataan sekertaris Zefa sangat tajam bahkan setajam pisau' batin Estevan.

Clare terawa sinis. "Sungguh sangat mengesankan, kata-katamu sama seperti dulu sangat tajam."

"Terima kasih atas pujiannya yang sangat membangun," sindir Zefa.

Tak mau kalah dengan Ibunya. Anak laki-laki yang bersama dengan Clare juga ikut mengejek Noah. "Aku tidak menyangka kau akan secepat ini punya Ibu."

Semua orang terkejut dengan perkataan dari putra Clare. Sehingga membuat Zefa bergumam di dalam hati, 'Aku tidak menyangka kalau perkataan Ibu dan anak ini sangat mirip dan tidak jauh berbeda'

Estevan tidak terima putra kesayangannya di hina begitu saja, oleh karena itu Estevan ingin membalas perbuatan anak kecil itu namun melihat putranya yang terlihat sedang marah membuat Estevan mengurungkan niatnya. 'Baiklah, aku akan melihat apa yang akan dikatakan Noah kali ini'

Noah menatap tajam lawan bicaranya dan bahkan tidak segan-segan mengatakan, "Iya, dia Ibuku! Kamu kira apakah hanya kamu saja yang punya Ibu, Neo?"

Perkataan dari Noah membuat Zefa dan Estevan menoleh kaget ke arahnya. Dan tidak sampai disitu saja, Noah bahkan juga memeluk erat tubuh Zefa sambil mengatakan, "Dia Ibuku."

Zefa diam membeku namun berusaha untuk tetap tenang. 'Mungkin saja Noah hanya ingin membalas perkataan anak itu' Zefa mulai sedikit memahami Noah.

'Bagaimana mungkin Noah bisa bisa berfikir kalau sekertaris Zefa adalah ibunya? Kenapa harus sekertaris Zefa? Padahal sebelum mengenal gadis berwajah dingin ini, Noah terlebih dahulu mengenal Caroline' batin Estevan yang masih menatap bingung ke arah putranya

To Be Continued...