webnovel

I Need To...

Senja kini mulai menampakkan rupanya, sinar jingga masuk ke sela-sela kaca mobil yang terbuka dan lampu kota mulai mengeluarkan cahaya putih yang menyinari hitamnya aspal jalan. Zefa memandang jalan di depannya sambil sesekali memperhatikan Noah yang tertidur di lengan Estevan.

Di saat dunia sedang sibuk dengan pekerjaannya berdengan Zefa, kini dia sedang sibuk dengan lamunannya yang mengingat perkataan Bimo. Sambil menatap jalan yang ramai di depannya Zefa menyangga dagu dan mulai terhanyut dalam ingatan masa lalu beberapa menit lalu.

Dimana saat itu dia sedang mengambil beberapa buah sebagai makanan penutup untuk Noah dan Mora. Di saat tangannya sedang memegang sendok buah Bimo datang menghampirinya dan seolah-olah sedang mengambil makanan.

Zefa sudah mengerti apa yang dilakukan kakaknya karena tidak mungkin Bimo menghampirinya begitu saja tanpa ada alasan yang pasti. Tepat setelah Zefa meletakan kembali semdok buah dia langsung bertanya, "Apa yang ingin kau katakan?" Dengan nada kecil.

Mata Bimo menatap ke arah seluruh makanan di depan. "Dalam kurun waktu tujuh hari, Ari akan keluar dari penjara karena saat ini sudah tepat lima tahun dia di penjara."

Mata Zefa melebar dan mulutnya sedikit mengaga tatkala mendengar perkataan Bimo yang mengejutkan baginya. Zefa menoleh kearah Bimo, sebuah kernyitan bingung kini terlukis di wajah. "Tapi, bagaimana mungkin dia bisa bebas dengan cepat? Kukira dia akan dikurung selama sepuluh tahun?"

"Hakim sudah memutuskan untuk meringankan bebannya karena dia bersikap sopan dan baik di penjara."

"Apa?" Kedua alis Zefa terangkat.

Bimo menoleh kearah Zefa. "Dengar, aku tidak ingin kau terlibat masalah yang berbahaya seperti dulu, segeralah pergi dari negara ini aku akan menyiapkan paspor dan tiket untukmu, hiduplah dengan bahagia di negara orang," kata Bimo sembari memengang pundak Zefa.

Zefa menurunkan tangan Bimo dan mundur selangkah. "Tidak, bagaimana mungkin aku pergi tanpa membalaskan dendamku?" Zefa menggeleng. "Tidak Bimo, aku tidak akan bisa hidup dengan tenang tanpa membalaskan dendamku kepada para bajingan itu."

"Tapi kau...."

Zefa berjalan beberapa langkah ketika mendengar perkataan Bimo. "Terserahlah, aku tidak peduli tapi...." kedua kaki Zefa terhenti lalu menoleh dan melihat Bimo dari sudut mata. "Selama aku hidup, aku akan tetep membunuh mereka dengan tanganku sendiri." Setelah itu menatap jalan di depannya dan berjalan pergi.

Bimo menggeleng heran melihat kelakukan adiknya yang sangat keras kepala. "Kalau begini tidak ada pilihan lain," gumam pelanya ketika melihat Zefa yang mulai menghilang dari hadapannya.

Setelah mengingat potong ingatan masa lalu Zefa menghembuskan nafas panjang kemudian memejamkan matanya untuk sesaat, sebelum pada akhirnya dia membuka netra dan menatap jalan di depannya.

'Aku yakin setelah Ari terbebas Rio juga akan muncul kembali dan kejahatan apa lagi yang akan dilakukannya nanti? Sebelum pulang aku akan melihat wajah keparat itu di penjara' batin Zefa yang sudah mengambil keputusan untuk agenda berikutnya.

Setengah jam sudah berlalu, mobil yang dinaikinya saat telah sampai di kantor. Zefa segera turun lalu membukakan pintu untuk Estevan yang terlihat sedang menggendong Noah di dadanya. Di saat Estevan keluar dan berdiri tepat di depannya, Zefa langsung menundukan kepala kemudian langsung menutup pintu sesaat setelah Estevan keluar dari mobil.

Zefa segera mengikuti langkah Estevan dari belakang kemudian membukakan pintu kantor dan pintu lift. Zefa diam dan menatap pantulan wajahnya dari kaca lift, dia sendiri juga menyadari kalau ekspresinya sangatlah datar dan terlihat tidak bersahabat.

Estevan yang awalnya menatap kearah pintu langsung mengalihkannya ketika melihay Zefa yang menatap pantulan wajahnya. 'Apakah dia menyadari kalau wajahnya sangat membosankan?' batin Estevan lalu kembali menatap pintu di depannya.

Zefa mengangkat tangan dan melihat jam arloji yang melingkar di tangannya. 'Saat ini baru pulul lima lebih sepuluh menit sore jadi aku masih memiliki waktu satu jam sebelum pergi ke penjara'

Tepat saat itu terbuka, Zefa kembali mengikuti langkah Estevan dan membuka pintu ruangan CEO. 'Apakah Lucas bisa melakukan pekerjaannya dengan benar?' Saat melihat Estevan yang sudah masuk, Zefa langsung menutup pintu dan bergegas masuk keruangannya.

Zefa menautkan kedua alisnya ketika melihat Lucas yang sedang tertidur. 'Aish! Bagaimana mungkin dia bisa malas seperti ini' Zefa menutup pinth dan berjalan menghampiri meja Lucas.

Lucas yang sedang menikmati mimpinya mencium bau vanila, hal itu membuatnya langsung membuka mata dan mengangat kepala. "Se-senior." Lucas menenggak ludah saat melihat Zefa yang telah menatapnya dengan dingin seraya tangan yang dilipat di depan dada.

"Bagaimana mungkin kau bisa tidur disaat aku meninggalkanmu? Jika kau mengantuk pulanglah dan jangan kemari," omel Zefa.

Lucas menundukan kapal, dia terlalu takut menatap wajah Zefa yang memerah karena marah namun disisi lain Lucas juga senang karena Zefa tidak pernah berbicara sepertinya sebanyak ini. 'Meskipun dalam keadaan marah, senior tetap cantik'

'Sepertinya aku sudah terlalu banyak berbicara' Zefa menghela nafas dengan matanya terpejam lalu mengeluarkannya sambil membuka mata. "Dengar, jika kau ingin bekerja disini hilangkan rasa malasmu," tutur Zefa. Dia merasa sedikit bersalah saat melihat Lucas yang menundukan kepala.

Lucas mengangkat kepala dan melihat Zefa yang sedang duduk. 'Aku ingin berbicara dengan senior tapi aku tidak memiliki topik pembicaraan yang menarik' Sesaat Lucas mengedarkan pandangannya ke seluruh mejanya dan menemukan apa yang sedang dicarinya.

Lucas bangkit dari tempat duduk lalu membawa sebuah proposal dan berjalan menghampiri Zefa. "Senior aku tadi membuat rancangan yang menarik mengani pemasaran produk yang baru." Di saat Zefa mulai membaca proposal yang diberikannya Lucas juga menjelaskan isi dari proposal tersebut. "Untuk model iklan nanti, aku menemukan satu arti pendatang baru yang cocok dengan produk kita yaitu, Gregorio."

Zefa mengangguk paham. "Baiklah, aku akan membicarakannya dengan Pak Evan."

Lucas tersenyum ketika Zefa menerima pendapat darinya. "Terima kasih."

Zefa bangkit dari tempat duduk dan keluar lalu menuju ruangan keruangan Estevan. Lucas tidak henti-hentinya tersenyum saat melihat Zefa memberikan proposal yang dibuatnya kepada Estevan.

'Semoga dengan ini aku dapat membantu senior lebih banyak lagi' batin Lucas yang menatap Zefa dari kaca pembatas atara ruangannya dan ruang CEO.

Satu jam berlalu, semua orang yang ada di kantor termasuk dirinya bersiap lalu pulang dan saat Zefa masuk ke dalam mobil tiba-tiba Lucas mengetuk pintu mobil dan terpaksa Zefa menurunkan kaca mobil.

"Apa?" tanya sinis Zefa.

"Senior bolehkah aku menumpang mobilmu?" tanya Lucas.

"Tidak." Zefa segera menutup kaca mobil, menjalakan mesin dan berjalan pergi.

'Melihat senior yang bersikap dingin seperti itu membuat hatiku meleleh, tidak perlu khawatir senior. Aku akan menghangatkanmu dengan kedua tanganku' batin Lucas yang tersenyum ketika melihat Zefa yang telah menghilang dari hadapannya.

To Be Continued...