webnovel

Best Wedding Games

"Bawa mereka ke ruangan itu!" perintah Daris lagi menunjuk sebuah ruangan yang masing-masing disekat oleh kain. Preman itu dengan patuh menuruti ucapan bos mereka. Memperlakukan mereka dengan kasar, tak peduli pria ataupun wanita. Hanya satu yang Daris inginkan yaitu kehancuran mereka semua.

Miow26xyz · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
32 Chs

14- Teman Lama

Chapter 14 : Teman Lama

***

Hening. Pengakuan Irsan tadi mengejutkan mereka semua. Bagaimana bisa Irsan menikah dengan salah satu wanita yang dipuja oleh kampus mereka. Setahu mereka, Irsan bahkan tidak pernah mengobrol meski mereka satu fakultas dan tiba-tiba melihat Irsan dekat dan perhatian dengan Arisha itu sungguh membingungkan.

"Bener---" ucapan Aziz terhenti ketika suara dering telepon Alfian berbunyi. Alfian segera mengangkatnya.

"Halo."

"Sayang, aku di depan rumah Aziz, keluar cepetan!" Ujar Rere, pacarnya. Tadi pacarnya itu memang ingin mengantar sesuatu ke rumah temannya. Ia ingin mengantar tapi keburu teman-temannya sudah berkumpul. Alhasil Rere pun meminjam motornya dan menyetir sendiri.

"Gue keluar dulu." Kepergian Alfian membuat suasana kembali hening. Tatapan menyelidik kembali dilayangkan pada Irsan dan Arisha.

"Beneran lo sama Arisha, San?" Pertanyaan dari Fajar yang masih ingin meyakinkan apa yang ia dengar tidak salah. Siapa tahu telinganya itu banyak selai nanasnya dan menyebabkan pengangguan pendengaran.

"Iya," Irsan menjawab. Arisha yang tak mengerti mengapa teman-teman suaminya ini ingin tahu mendelik tak suka. "Gimana bisa?"

Arisha ingin sekali melayangkan tamparan pada mulut Arif yang bertanya bagaimana bisa ia dan Irsan menikah. Ia begitu sensitif jika ditanya pertanyaan tersebut. Sama saja Arif ingin mengingatkannya pada kejadian paling mengerikan dalam hidupnya hingga harus diusir oleh kedua orangtuanya.

"Lo jangan---"

"Arisha!" Pekikan itu membuat Arisha terdiam. Ia menoleh ke belakang melihat sosok teman lamanya, teman seperantauannya. Rere adalah temen satu sekolahnya di SMA, satu kelas, satu bangku. Dwi Rere Ananda, teman pertamanya saat ia pertama kali pindah ke Kalimantan mengikuti ayahnya.

Rere senang bukan kepalang. Hanya melihat tubuh belakang Arisha saja ia sudah tahu kalau itu sahabatnya. Pertemanan mereka ajaib tapi langgeng. Tidak ada yang namanya tusuk menusuk dari belakang dan hingga sekarang mereka tidak pernah terjebak pada cinta terlarang. Sahabat yang menyukai pacar sahabatnya, misalnya.

"Kemana aja lo, Sha? Sumpah, gue kangen banget sama lo," teriak Rere dengan bahasa daerahnya menerjang tubuh Arisha dengan pelukannya. Hampir saja Arisha terjatuh jika saja tidak berpegangan pada meja.

"Ris." Irsan melotot ketika melihat istrinya hampir saja terjatuh. Belum juga ia menegur, Arisha sudah menabok punggung Rere keras.

"Hati-hati, bego! Kalo gue jatuh gimana?!"

"Kan gue kangen, Ris. Eh, kenapa lo ada di rumah Aziz? Terus lo sendirian cewe disini? Jangan bilang--" Belum sempat Rere melanjutkan katanya, Arisha kembali mencubit lengannya.

"Auh, sakit, kampret! Lo kalau cubit emang gak kira-kira! Ngalahin ibu tiri. Ibukota aja kalah kejam sama ibu tiri kayak lo!" Cibir Rere mengusap bekas cubitannya.

"Emang ya mulut lo ini gak pernah berubah." Arisha mencubit bibir Rere yang manyun.

"Aziz!!! Ziz!" Teriakan itu membuat mereka kembali menoleh ke arah pintu. Disana ada Emyr yang menggandeng tangan Naila dan Fadhil yang berjalan di belakang Danifa yang bermuka cemberut.

"Gue disini, Myr," balas Aziz. Danifa dan Naila tak sengaja menatap Arisha dan seseorang yang mereka kenal sejak bertemu dengan Arisha. Kalau tidak salah namanya Rere. Mereka pernah bertemu, tidur sekos bareng walau kampus mereka berbeda dan pernah curhat bareng apalagi mereka sama-sama penggemar Korea meski setahun ini Rere memilih pindah ke rumah kontrakan bersama teman-teman sekampusnya. Alhasil mereka juga jarang berkomunikasi dan bertatap muka.

"Rere!" Naila melepas gandengan Emyr dan berlari menuju Rere yang juga tak kalah hebohnya. Begitupula Danifa yang tadinya cemberut mendadak ceria.

"Danifa! Naila! Yaampun," Mereka berpelukan melepas rindu. Berbeda dengan mereka yang tampak sibuk dengan dunia mereka, para lelaki malah terbengong menyaksikan. Wanita kalau sudah bertemu pasti drama, heboh, lebay banget dan berlebihan.

"Lama gak ketemu. Kemana aja Re? Gak main ke kos, sombong!" Celutuk Naila. Rere menyengir kuda. "Itu kawasan kita kan beda, Nai. Jauh lah, anak kos apalagi perantauan kaya gue gini harus berhemat kalau masih mau makan."

"Eh, kenapa kalian bisa kumpul disini, sih?" Tanya Rere lagi masih bingung.

"Oh, gue diajak sama Emyr tadi pas di kampus, ketemu sama Danifa yang mukanya asem banget, judulnya ditolak," jelas Naila polos membuat Danifa yang merasa diingatkan oleh Naila kembali mendung. Mereka bercerita, berbagi kisah yang tak sempat mereka bagikan karena terhalang waktu dan jarak. Sekaki

"Guys, kebetulan banget tahu gak! Inget gak sama Ratna?"

Mereka mengangguk. Tentu saja, Ratna Permata Sari, biasa dipanggil Ratna, idola di kampus Rere. Mereka berteman di sosial media tapi tidak pernah ketemu langsung hanya saja mereka tahu cerita Ratna dari mulut Rere yang katanya juga tahu temennya. Namanya juga wanita, gosip. Idola kampus yang satu itu kabarnya sudah menikah dengan pengusaha muda karena dijodohkan orangtuanya untuk membayar hutang dan kabarnya juga hubungan mereka tidak baik.

"Terus?"

"Nah Ratna itu ngajak gue ke Hongkong buat nemenin dia tapi gak jadi karena ketahuan suaminya."

"Lalu?" Tanya Danifa tak sabar. Para lelaki masih diam mendengarkan. Cukup menarik.

Rere mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sebuah tiket. Danifa, Naila dan Arisha melebarkan matanya melihat tiket yang berada di atas meja. Mereka segera merebutnya.

"Serius ini?!"

"OMG!!!"

"YAAMPUN, DEMI TUHAN," pekik Naila menatap tiket di tangannya dengan mata berbinar.

"Iya, Ratna ngajak gue nonton MAMA di Hongkong tapi karena gak dibolehin sama suaminya jadi gue minta Ratna hubungin temennya yang batal nonton ngasih tiketnya ke gue terus gue jual lagi dan sisa ini, tadi gue baru anter tiket ke rumah Vera," jelas Rere sedetailnya.

"Gue masih gak nyangka, serius. Dulu gagal nonton, sekarang harus nonton, harus! Kalo gak bisa jadi staf, tukang gulung kabel juga gak papa yang penting ketemu BTS!" pekik Naila memeluk erat tiket di tangannya.

"Gimana mau gak?"

"Call, setuju!" Ucap mereka bersamaan dengan nada antusias.

MAMA, Mnet Asian Music Awards adalah acara penghargaan yang dalam penyelenggaraannya dimeriahkan oleh penampilan spesial para bintang K-Pop populer dan tentu saja pengumuman para pemenang menjadi satu hal yang ditunggu-tunggu.

Beberapa artis yang tampil dalam ajang yang diselenggarakan MNet ini adalah Super Junior, Taemin, Sunmi, BTS, Wanna One, EXO, Ailee, Red Velvet, Twice, Blackpink, dan lainnya. Sementara Song Joong Ki katanya digadang-gadang menjadi pembawa acara.

"Masalah tiket pesawat, tiket konser dengan booking akomodasi lainnya entar gue yang urus."

"Rere makasih," Mereka bertiga memeluk Rere erat. Ternyata pertemuan mereka membawa kabar bahagia. Untung masalah biaya sendiri, biarlah nanti urusannya. Meskipun mereka dibuang, orangtua mereka masih mengirimkan uang ditambah dengan uang hasil mereka jika menjadi penyanyi dan MC. Demi sesuatu yang dulu diinginkan, mereka menyanggupinya walau keadaan mereka tak lagi sama.

"Ris," Irsan yang sedari tadi mendengarkan akhirnya buka suara. Memikirkan Arisha yang akan bepergian keluar negeri, nonton berdesakan, dancing, suara musik yang keras, membuat Irsan berpikir dua kali. Masalahnya Arisha sekarang tidak sendiri, ada janin di perutnya.

"Apa?" Tanya Arisha dengan nada semang yang amat kentara. Naila sudah membayangkan bertemu idolanya, bahkan ia akan membawa poster EXO. Danifa pun sama. Melihat Red Velvet, berjoget Badboy di depan matanya ia menjadi tak sabar untuk berjoget pula.

"Aku gak izinin kamu," ucap Irsan tegas. Tak peduli dengan Arisha yang menatapnya bingung.

"Kenapa? Aku sama mereka, kamu tenang aja kalau masalah biaya aku bisa bayar sendiri," kata Arisha cepat.

"Gak, Ris."

"Kenapa sih, San?" Tanya Rere yang juga ikut bingung. Irsan ini posesif sekali, baru juga pacaran, suka ngekang orang pikirnya.

"Gak, Ris. Kamu lagi hamil."

Ucapan Irsan tadi kembali membuat Aziz, Alfian, Arif, Fajar, Arfi, dan Rere terkejut bukan main. Tadi menikah dan sekarang sudah hamRere

Fadhil menatap istrinya yang kembali cemberut, begitupula Naila yang menatap Arisha dengan sorot mata sedih.

Mendengar ucapan Irsan, kebahagiaannya tadi seakan terenggut begitu saja. Bahunya melemas, mendadak matanya berkaca-berkaca. Irsan yang melihatnya segera memeluk istrinya dan BAAM. Si bumil itu akhirnya menangis di dada Irsan. Impian bertemu dengan Jungkook, V, Jimin, Sehun, Suho, dan oppa tamvan mendadak hilang.

"Risha, sabar ya," ujar Naila polos. Bukannya berhenti, Arisha semakin kencang menangis.

Tbc