"Alhamdulillah, Allahhumma … " penghulu memanjakan doa untuk pasangan pengantin di hadapannya. "Alhamdulilah, kalian sudah sah sebagai suami istri. Suami dan istri memiliki hak dan kewajiban satu sama lain. Silakan menjalankan keduanya dengan sebaik mungkin agar kehidupan rumah tangga kalian bisa bahagia dunia akhirat," lanjutnya.
"Amiiinn," sahut semua tamu yang ada di sana.
Roni kemudian memberikan mahar berupa uang 20 juta beserta emas perhiasan sebesar 20g emas. Laila kemudian mencium tangan Roni, lalu Roni juga menyandarkan kecupan di kening Laila. Senyum indah terpancar di wajah keduanya.
Setelah akad selesai, semua tamu undangan menyalami Roni dan Laila, termasuk Andre.
"Selamat, Bro. Semoga kalian jadi keluarga yang bahagia," ucap Andre.
"Terima kasih, semoga kamu juga dapat jodoh secepatnya," sahut Roni.
Acara dilanjutkan ramah tamah, Roni terlihat sangat senang bersanding dengan Laila.
"Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia menjadi istriku," ucap Roni, tak henti-hentinya menggandeng tangan Laila.
"Sama-sama, Mas. Aku juga senang kok," sahut Laila.
Acara di rumah Roni digelar cukup sederhana, karena memang hanya fokus ke akad nikah saja. Dan hanya dihadiri oleh teman dan kerabat dekat saja.
Andre dan beberapa teman lainnya menikmati jamuan makan di rumah Roni.
"Eh, Bro. Cepat sekali Roni cerai eh sudah dapat yang baru saja. Kelihatan cantik sih cuma kok aku ngerasa masih lebih baik istri pertamanya, ya," ucap teman Roni.
"Ya nggak tahu sih. Itu pilihan Roni. Biarin saja, toh yang menjalani juga dia. Kita mah, yang belum nikah cukup bisa melihat saja," sahut Andre.
"Tapi kenapa aku merasa istri Roni yang sekarang hanya mata duitan. Terus perawatan gitu. Harusnya kan akad nikah dilakukan di pihak perempuan, ini malah di pihak laki-laki. Kan agak aneh," sahut teman Roni.
"Yah, mungkin sudah ada pembicaraan sebelumnya, sebaiknya kita nggak ikut-ikutan," saran Andre.
"Ndre, sepertinya aku melihat sebentar lagi kamu mau nikah saja," ucap teman Roni.
"Kamu kayak peramal saja, sudahlah nanti kalau sudah waktunya kita juga dapat giliran," sahut Andre.
"Kalau nggak direalisasikan ya kapan nikahnya, Ndre," celetuk teman Roni.
"Kamu kayak udah mau nikah saja sih, mending kamu dulu baru aku," sahut Andre.
"Enggak. Aku yakin kamu dulu, Ndre," ucap teman Roni yakin.
Mereka kemudian melanjutkan menikmati makanan yang telah disajikan. Kemudian mereka berpamitan karena sudah cukup lama berada di sana.
"Ron, kami pulang dulu, ya. Terima kasih untuk jamuan makannya," pamit Andre.
"Iya, kami pulang dulu. Semoga samawa deh kamu. Cepat punya momongan cukup sampai sini saja!" bisik teman Andre yang lain.
"Iya terima kasih kalian semua mau datang," ucap Roni kemudian bersalaman dengan semua.
Sementara di tempat lain, Mosa hari ini masuk sekolah. Jam mengajarnya tidak terlalu banyak. Sehingga ia memiliki banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Mosa tidak mengetahui jika Roni sudah menikah. Ia juga masih fokus dengan kegiatan sekolahnya. Saat sedang mengerjakan tugas, kepala sekolah sedang mengunjungi ruang guru.
Beberapa teman guru pun menyapa kepala sekolah.
"Bapak, kemari ada yang bisa saya bantu?" tanya Raisa.
"Enggak saya cuma mau menengok ruang guru saja," jawab kepala sekolah.
Mosa tidak mengetahui kehadiran kepala sekolah karena ia mendengarkan lagu dengan headset. Lalu kepala sekolah menghampiri Mosa. Kepala sekolah melihat Mosa sedang sibuk dengan laptop.
Raisa yang mencoba mengkode Mosa pun tidak berhasil. Mungkin karena suara musik di telinga Mosa cukup keras.
Kepala sekolah melihat kerja Mosa cukup baik yang sedang membuat media pembelajaran. Lalu kepala sekolah mengacungkan jempol di depan laptop Mosa.
Mosa terkejut saat menengok ke sampingnya bahwa ada kepala sekolah. Seketika Mosa berdiri.
"Maaf, Pak. Saya tidak melihat Bapak," ucap Mosa sembari mengangguk.
"Tidak apa-apa, berarti Bu Mosa ini sangat fokus. Saya juga melihat media pembelajaran Bu Mosa cukup baik. Mungkin bisa dipresentasikan waktu kita rapat bersama untuk pengembangan diri guru," usul kepala sekolah.
"Tapi saya cuma iseng saja, Pak. Saya tidak percaya diri jika harus dijadikan contoh pada guru lain. Karena guru di sini lebih hebat dari saya," elak Mosa.
Tidak Bu Mosa. Saya sudah melihat melihat media yang Bu Mosa buat tadi. Saya apresiasi dengan menjadikan media pembelajaran Bu Mosa sebagai contoh pada rapat kita minggu ini," jelas kepala sekolah.
"Baiklah kalau begitu. Nanti akan saya revisi dan akan saya konsultasikan ke Bapak agar saya merasa percaya diri untuk mempresentasikannya," sahut Mosa.
"Tidak perlu Bu Mosa. Itu saja sudah cukup. Mungkin bisa diselesaikan saja tanpa perlu konsultasi. Bahkan saya juga belajar dari Bu Mosa untuk membuat media pembelajaran yang baik dan bisa dijadikan contoh untuk guru lain. Mungkin karena ini murid-murid betah jika diajar oleh Bu Mosa," puji Kepala Sekolah.
"Tidak, Pak. Saya tidak merasa seperti itu. Saya hanya terus belajar saja agar bisa menjadi lebih baik," sahut Mosa merendah.
Kepala sekolah kemudian meninggalkan ruang guru. Raisa menghampiri Mosa.
"Wah, kamu ini hebat. Bisa dipuji sama kepala sekolah. Kamu memang ahli membuat media pembelajaran Mosa. Sepertinya kamu memang patut dijadikan contoh oleh guru lain," puji Raisa.
"Aku nih masih banyak belajar saja. Mungkin sekarang kelihatan tapi guru lain yang belum kelihatan justru banyak yang memendam keahlian itu," tutur Mosa.
"Halah. Orang hebat itu memang sukanya merendah. Ya sudah intinya kamu segera selesaikan media pembelajaran sebelum rapat mingguan dimulai," saran Raisa.
Mosa terkejut dirinya harus menjadi contoh sebagai pemberi contoh media pembelajaran. Memang biasanya dalam rapat mingguan selalu ada inovasi terbaru untuk kemajuan guru dan sekolah. Di sekolah Mosa mengajar memang terkenal sekolah unggulan. Dari guru yang inovatif serta siswa yang kooperatif. Hal ini memang perlu dilakukan agar menghasilkan lulusan yang unggul. Mengingat guru sangat berperan penting dalam kemajuan siswa dan sekolah.
Kepala sekolah memang biasanya selalu memantau perkembangan guru pada saat rapat mingguan. Kinerja yang dianggap kurang menghasilkan karya akan dibimbing agar terus membuat karya terbaru. Bisa melalui media pembelajaran atau perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran di sekolah Mosa mengajar selalu dievaluasi setiap minggu minggunya. Untuk mengetahui trayek keberhasilan dalam membuat dan menyelaraskan perangkat pembelajaran yang dibuat. Sehingga selalu ada revisi jika memang diperlukan. Terlebih pada guru-guru senior. Karena pada umumnya guru senior maupun baru masih kurang dalam penerapan pengajaran dan sering keluar dari rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Agar tidak sia-sia membuatnya, kepala sekolah meminta agar para guru bisa menerapkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Karena mengingat pentingnya korelasi antara rencana pembelajaran dan aplikasi di dalam kelas.
Esok harinya adalah rapat mingguan di gelar. Sesuai rencana awal Mosa sudah bersiap untuk mempresentasikan hasil miliknya.
Mosa menjelaskan secara teliti untuk media yang ia buat. Semua peserta rapat menyimak dengan baik apa yang Mosa sampaikan.
Setelah selesai semua peserta rapat memberikan tepuk tangan kepada Mosa. Ada beberapa guru yang menanyakan bagaimana Mosa bisa membuat media pembelajaran yang cukup menarik. Mengingat pelajaran yang ia ajar adalah biologi. Menggunakan media eksplisit membuat belajar menjadi lebih menyenangkan.
Di saat banyak yang mengapresiasi hasil kerja Mosa, ada satu guru yang tidak menyukainya. Ia adalah Bu Lana. Bu Lana memang guru senior di sana. Ia sudah cukup lama mengajar di sekolah tersebut.
Bu Lana merasa apa yang disampaikan Mosa itu tidak bisa diaplikasikan pada semua mata pelajaran.
Hal itu lumrah, mengingat Bu Lana memang jarang membuat media pembelajaran. Metode pembelajaran yang Bu Lana pakai biasanya hanya ceramah dan pemberian tugas. Sehingga membuat siswa menjadi jenuh, tetapi karena ia adalah guru senior ia tidak merasa harus mengikuti guru-guru baru. Ia merasa jauh lebih berpengalaman daripada juniornya.
Setelah rapat selesai, Bu Lana menghampiri Mosa. "Bu Mosa sepertinya sangat senang karena kepala sekolah memberikan apresiasi kepada Anda," sindirnya.
"Mohon maaf sebelumnya Bu Lana. Saya tidak merasa bahwa saya sedang mendapatkan apresiasi, saya hanya melakukan pekerjaan yang sudah diberikan kepada saya," sahut Mosa.
"Saya dengar kamu sudah bercerai. Baru satu bulan menikah sudah bercerai. Jangan-jangan Anda mau mendekati kepala sekolah," tuduh Bu Lana.