webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
430 Chs

Bab 27 Bertemu Raka di Cafe

Disaat Bela sedang terlelap tidur di kamar. Tiba-tiba handponenya berbunyi. Alhasil Bela langsung bangun.

"Siapa sih yang nelpon malam-malam begini."batin Bela sambil melihat handponennya.

"Bi Devi nelpon."Bela langsung terperanjat dan bangun.

"Ya bi ada apa."Bela langsung cepat-cepat mengangkatnya.

"Eh Bel, bibimu ini sakit. Kamu kesini ya. Bawa dia pulang."ucap seseorang yang suaranya tidak dikenali Bela. Ternyata yang sedang bicara dengannya bukannya Bibi Devi melainkan orang lain. Dan Bela tidak tahu itu siapa.

"Apa? Sekarang? Ya ya aku akan kesana."

Bela tidak ada pilihan lagi. Padahal jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi. Dia tentu takut bila keluar malam-malam begini. Apalagi dia perempuan.

Tapi dia tidak ada pilihan lagi, dia harus pergi ke tempat kerja bibinya itu. Apalagi setelah mendengar kabar kalau bibinya sedang sakit, itu tentu membuatnya tidak tega bila membiarkannya.

"Rian, kakak pergi dulu."Bela berpamitan dengan Rian yang masih terlelap tidur itu.

Alhasil Bela langsung buru-buru bangun dan keluar dari rumahnya. Dia segera berangkat ke café tempat kerja bibinya itu. Dia berjalan kaki menuju café. Karena dia sekarang buru-buru jadi dia tidak bisa merubah penampilannya yang biasanya memakai kacamata hitam bundar. Tapi dia hanya memakai topi hitam saja bahkan sepeda juga tidak dia ambil karena saking paniknya.

"Bibi yang sabar ya. Aku akan segera kesana."batin Bela sambil berlari ditengah keheningan malam itu. Jujur dia takut sekali keluar malam-malam begitu. Ternyata selama perjalanan jalanan nampak sepi.

Setibanya di café, Bela langsung masuk. Seperti biasa penjaga café itu sudah hafal dengan Bela dan langsung mengizinkannya masuk tanpa meminta izin dulu. Bela segera masuk dan mencari bibinya itu.

Brughhh

Disaat Bela sedang terburu-buru itu dia tidak sengaja menabrak seseorangyang hendak keluar dari café itu. Dia benar-benar tidak bisa fokus jalannya. Pikirannya yang terus kepikiran sama bibinya membuatnya panik sekali .

"Maaf."Bela meminta maaf sambil duduk dilantai karena jatuh tadi.

"Sini aku bantu."tiba-tiba ada tangan menjulur kearah Bela seperti hendak membantunya berdiri.

"Nggak usah saya bisa berdiri sendiri."ucap Bela berusaha berdiri sendiri.

Bela berdiri sambil menunduk. Tapi disaat dirinya sedang berdiri itu dia tidak sengaja melihat sebentar kearah orang yang tadi habis ditabraknya dan hendak menolongnya juga tadi.

"Raka."Bela langsung menunduk karena kaget Raka ternyata berada di dalam café itu. Tidak hanya Raka saja yang dia lihat melainkan ada Satria dan Brian juga disana.

Bela tidak mau kalau Raka mengenalinya. Bisa hancur sekolahnya nanti kalau Raka mengetahuinya. Cepat-cepat Bela langsung pergi dari hadapan Raka sambil menunduk itu.

"Cantik sekali."batin Raka sambil melihat sekilas kearah Bela tadi saat menatapnya sebentar. Raka tidak tahu kalau wanita yang dianggapnya cantik itu adalah Bela yang selama ini sering berurusan dengannya di sekolah.

Memang Bela kalau tidak memakai kacamata dan ikat rambut terlihat cantik sekali. Hanya ketika bersekolah saja penampilan Bela dibuat sesederhana mungkin dan tidak terlihat cantik. Biar orang melihatnya juga biasa saja. Padahal dibalik itu semua terselip kecantikan yang luar biasa yang tidak diketahui teman-teman Bela di sekolahnya. Bahkan Raisa yang dianggap cantik sekali di kelas dan sekolah kalah dengan Bela. Mungkin di kelas bisa dibilang penampilan Bela sendiri yang terlihat culun dan kurang cantik.

"Kayaknya dia nggak mengenali aku deh."batin Bela sambil berlari dan membelah kerumunan banyak orang disana.

Bibi Devi bekerja di café itu hanya sebagai pelayan untuk menghantarkan pesanan tamu. Disana juga ada orang yang menyanyi untu mengibur tamu juga.

Bela terus menunduk dan masuk kedalam ruanga khusus bibi Devi. Dia tentu masih hafal dimana letak ruangan kamar bibi Devi itu.

"Bibi."Bela kaget melihat bibi Devi sudah terkulai lemas disana.

"Bel, ini bibimu sakit. Bawa pulang sana."ucap Mbak Agnes yang juga pelayan seperti Bibi Devi.

"Ya mbak. Saya akan bawa pulang bibi."

Bela langsung mengajak Bibi Devi pulang. Memang keadaan Bibi Devi masih setengah sadar jadi bisa diajak pulang sambil dituntun itu. Bela membawa Bibi Devi keluar tapi berhubung tempat café itu masih ramai dia terlihat bingung.

"Bel, kita lewat belakang aja."ucap Bibi Devi sambil menunjuk kearah ruangan yang jarang dilihat Bela. Maklum saja Bela hanya sebentar saja main kesana. Karena bibi Devi melarangnya lama-lama disana jadi tidak tahu letak-letak ruangan lain termasuk ada pintu keluar lain.

Ternyata setelah Bela menuntun pemintaan Bibi Devi itu, kini dia dikejutkan dengan suasana yang dia lihat itu. Ternyata dia sudah berada diparkiran. Dia baru tahu kalau café itu ada dua pintu selain pintu utama yang dia lewati tadi.

Bela berusaha kuat saat menuntun bibi Ayu. Jujur dia ragu bisa membawa bibi Devi sampai rumah sambil dituntun itu. Apalagi Bibi Devi kini sudah sempoyongan jalannya.

"Bibi yang kuat ya."ucap Bela sambil menuntun Bibi Devi berjalan.

"Bibi sudah nggak kuat ,Bel."Bibi Devi terlihat memejamkan matanya.

Cetttt

Disaat Bela sedang menuntun itu dan tenaganya juga sudah lumayan terkuras karena berat badan Bibi Devi jauh lebih berat dari Bela membuat Bela jadi capek sendiri. Tapi Bela tidak mau menyerah.

"Kalian kenapa?"tiba-tiba Bela dikejutkan dengan kemunculan Raka yang baru keluar dari dalam mobil warna hitam.

"Kak Raka."batin Bela kaget dan matanya melotot kearah Raka.

"Gadis ini kan yang tadi aku tabrak. Dia benar-benar cantik sekali."batin Raka sambil memandangi Bela. Raka masih tidak sadar kalau wanita yang sedang didepannya itu adalah Bela.

Wajar saja Raka tidak mengenali Bela karena sekarang berbeda dengan Bela saat ditemuinya di sekolahan. Dimana Bela yang sekarang terlihat cantik sekali dengan tampilan rambut terurai jatuh kebawah dan tampilan wajah tanpa make up itu menambah kecantikanya terpancar alami. Raka diam-diam suka melihat Bela yang itu. Tidak seperti ketika Bela memakai kacamata bundar dan rambut yang selalu diikat ketika sekolah.

"Ibumu ini kenapa?"Raka giliran fokus kearah bibi Devi yang sudah lemas dan semakin tidak berdaya. Bela jadi kurang keseimbangannya karena bibinya semakin lemas saja dan dia tidak bisa menyangganya lagi.

"Aduh bibi kenapa?"tiba-tiba bibi Devi langsung terjatuh. Beruntung Bela segera menangkapnya.

"Sudah ayo kita bawa ke rumah sakit."Raka langsung menggendong bibi Devi masuk kedalam mobilnya.

Bela terpaksa ikut dan membiarkan dirinya dan bibinya itu dibawa Raka ke rumah sakit sambil menaiki mobil mewah Raka. Selama perjalanan Bela tidak henti-hentinya mengkhawatirkan bibinya itu.

"Bibi yang kuat ya bi."Bela menangisi bibi Devi karena mencemaskan keadaan bibi Devi. Dia tidak peduli lagi sama Raka yang sedang membawanya ke rumah sakit itu.

"Baru kali ini gue lihat cewek secantik dia."batin Raka sambil menyoroti Bela dari kaca spion atasnya itu.

Diam-diam Raka menyoroti Bela yang terlihat cantik itu dari pantulan kaca spion di atasnya itu. Dia tidak menyangka kalau dia kani bertemu lagi sama cewek yang telah menabraknya tadi di cafe. Padahal tadi dia ingin berkenalan saat ditabrak dan sekarang malah ketemu lagi.

"Untung gue belum pulang sama Brian dan Satria tadi. Jadi gue bisa ketemu sama dia sekarang."batin Raka dalam hati.

"Tapi dia juga nggak kalah cantik sama Dona."batin Raka langsung sinis. Dia memiliki masa lalu dengan Dona.