webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
430 Chs

Bab 21 Jualan Bertemu Raka

Pagi-pagi sekali, Bela sudah sibuk di dapur. Terlihat jam dinding masih menunjukkan pukul 1 pagi. Rian dan bibinya belum pulang dari cafe. Bela sibuk memasak makanan untuk dijualnya nanti.

Seperti biasa kalau hari minggu, dia akan berjualan makanan keliling. Makanya pagi-pagi sekali dia sudah bangun untuk memasak. Tadinya adiknya mau membantunya tapi dilarang oleh dia. Jadinya dia yang memasak sendirian di dapur. Dengan pelan-pelan dan hati-hati Bela memasaknya supaya bibinya tidak terganggu tidurnya.

"Kurang sebentar lagi sudah matang semua."tidak terasa semua masakan Bela yang terdiri dari capjay, tumis kangkung dan nasi bungkus sudah matang semua.

Dan sekarang sudah menunjukkan pukul 6 pagi, waktunya Bela untuk bersiap-siap keliling unuk jualan. Sudah menjadi rutinitasnya di hari minggu untuk jualan keliling sekitar rumahnya. Sekalipun kadang ada pekerjaan kelompok di hari minggu, tetap saja Bela akan berjualan. Dia selalu menyempatkan untuk jualan, itung-itung bisa menambah uang jajannya. Meskipun uang jajannya tidak dia gunakan di sekolah. Semua uangnya lebih diutamakan untuk ditabung.

Bela berangkat denagn penuh semangat sekali. Dia berharap kalau jualan barang dagangannya laris manis hari ini. Biar dia bisa mendapatkan uang banyak.

"Mending aku jualan disini. Kebetulan disini ramai sama orang jalan-jalan."Bela duduk di pinggir jalan sambil melihat lalu lalang banyak orang sedang lewat untuk olaharga.

"Bu, beli nasi bu?"Bela menawarkan barang dagangannya pada beberapa orang yang lewat. Tapi belum terlihat ada orang yang mau mampir untuk membeli barang dagangannya itu. Tapi dia tetap sabar menjalaninya.

Orang demi orang yang lewat di depannya selalu ditawari oleh Arini tapi belum ada satupun dari mereka yang mau membeli barang dagangan Bela. Sempat ada perasaan khawatir bila barang dagangannya itu tidak laku.

"Aduh gimana ini, belum ada satupun yang beli."raut muka Bela terlihat cemas sekali sekarang.

"Bu, beli nasi bungkus bu?"Bela melihat ada dua ibu-ibu sedang lewat didepannya yang terlihat habis jogging.

"Gimana dek?"salah satu ibu itu berhenti dan menoleh kearah Bela yang sedang duduk di pinggir jualan sambil memangku nampan yang diatasnya ditutupi kain kacu.

"Ini bu ada nasi bungkus sama capjay. Beli bu?"Bela langsung membuka kain kacu itu.

"Jeng, lihat nih jeng."ibu yang sudah berhenti itu menyuruh teman satunya untuk melihat barang dagangan Bela sebentar.

"Apa ini dek?"tanya ibu satunya lagi.

"Ini ada nasi bungkus, cap jay, tumis kangkung."jawab Bela sambil menunjukkan satu persatu barang dagangannya yang tidak terlalu banyak itu.

"Adek jualan ini?"tanya ibu itu sambil melihat Bela dengan penuh rasa iba. Dia merasa kagum dan kasihan juga melihat Bela

"Ya bu."jawab Bela dengan tersenyum

"Ini kamu yang masak sendiri?"

"Ya bu."jawab Bela dengan penuh senyum. Dia tahu kalau kedua orang ibu itu sedang menatapnya dengan kasihan.

"Dek, ini berapaan?"tanya ibu itu sambil menunjuk kearah tumis kangkung itu.

"Kalau tumis kangkung ini harganya 3000-an. Kalau nasi bungkusnya ini 4000. Kalau cap jay nya 3500."Bela menjelaskan satu persatu harganya.

"Ya sudah aku beli semuanya ini dek. Berapa?"ibu itu langsung mengeluarkan dompetnya yang ukurannya lumayan besar dan mewah sekali.

"Dibeli semua ini bu?"Bela memastikan lagi takutnya dia salah dengar.

"Ya dek. Total berapa itu?"merasa kasihan dan iba pada Bela, masih remaja amu berjualan seperti itu.

"Syukurlah."Bela merasa senang sekali.

Ditengah Bela membungkus semua barang dagangannya yang diborong ibu itu, terlihat ibu-ibu disana juga menanyai Bela. Bela juga menyempatkan untuk menjawab satu persatu dari pertanyaan yang dia dengar.

"Kamu jualan terus disini?"tanya ibu yang memborong itu sambil mengeluarkan selembar sertus ribu.

"Kadang bu. Kalau disini ramai, pasti saya jualan disini."jawab Bela.

"Berapa?"

"Totalnya 49 ribu bu."jawab Bela sambil memberikan plastik yang berukuran besar yang berisi semua barang daganganya itu.

"Ini dek."ibu itu langsung memberikan uang seratus ribu itu kepada Bela.

"Wahduh bu , nggak ada uang yang lebih kecil? Soalnya saya nggak ada kembaliannya kalau uangnya seratus ribu."kata Bela sambil mengembalikan lagi uang ibu itu.

"Udah itu buat kamu aja."kata ibu itu.

"Eh jangan bu. Ini terlalu banyak."

"Udah diterima aja. Buat tambah-tambah uang saku kamu."kata ibu itu dengan baik sekali.

"Eh bu… makasih ya bu."Bela mengucapkan terima kasih karena ibu itu sudah keburu pergi.

Bela merasa senang sekali. Tanpa disangka-sangka hari ini barang dagangannya itu habis tanpa sisa bahkan dia juga mendapatkan rezeki lebih. Dia tidak menduga sebelumnya akan bertemu dengan orang baik seperti itu tadi yang belum diajaknya berkenelan itu.

Setelah barang dagangannya habis, dia langsung pulang. Seperti biasa Bela langsung pulang kemudian hendak membersihkan rumah.

"Ehhhh."disaat Bela sedang fokus jalan pada tempatnya. Tiba-tiba ada sebuah mobil mewah warna hitam melintas disampingnya dan hampir menyerempetnya hampir saja tubuhnya terkenal mobil itu.

Bela langsung menarik nafasnya dalam-dalam karena kaget sekali. Dia juga melihat badannya yang kemungkinan terjadi apa-apa.

"Kamu."disaat Bela sedang mengecek badannya, tiba-tiba Raka dan beberapa temannya muncul dan berdiri didepan Bela.

"Kak…"seketika Bela langsung menjatuhkan nampannya yang digunakannya berjualan tadi. Bela benar-benar kaget melihat Raka sudah ada didepannya. Dia tidak tahu Raka muncul dari mana kok bisa tahu dirinya ada disana.

"Bro dia sedang apa itu?"tanya salah satu teman Raka yang bernama Brian.

"Kok baunya alkohol, sepertinya dia habis mabuk."batin Bela sambil mencium bau alkohol keluar dari mulut Brian.

"Bawa dia pergi bro."Raka menyuruh temannya yang bernama Satria untuk membawa Brian masuk kedalam mobil lagi karena masih terpengaruh minuman alkohol.

"Dia itu habis minum ya?"Bela fokus kerah Brian yang sudah digelandang masuk kedalam mobil warna hitam. Bela langsung fokus sama mobil warna hitam itu, bukankah itu mobil yang hampir menyeremptenya tadi.

Bela kini sedang berdiri sambil berhadapan dengan Raka. Bela yang sedari tadi mengamati mobil warna hitam itu membuatnya melamun.

"Hei."ucap Raka tepat didepan muka Bela yang sedari tadi mengamati mobilnya warna hitam itu.

"Eh."Bela langsung menutup hidungnya dan memundurkan badannya untuk menjauhi Raka.

"Ternyata dia bau alkohol juga."Bela juga mencium bau mulut Raka seperti Brian.

"Aku nggak mau berurusan sama dia. Mereka pasti tadi malam habis pesta minum-minuman."Bela panik dan ingin berlari dari Raka.

Bela tidak mau terjadi kenapa-napa bila berhadapan dengan Raka. Apalagi Raka sekarang sedang berada dibawah pengaruh alkohol. Tanpa pikir panjang, Bela langsung berlari meninggalkan Raka disana.

"Hei ini punyamu."teriak Raka yang masih berdiri itu.

Blea langsugn kembali lagi karena dia ingat nampannya jatuh dan belum diambilnya. Raka yang melihatnya langsung nyengir saja. Dia baru tahu wanita yang dimarahinya terus selama ini begitu lucu sekali. Baru kali ini dia melihat ada seorang cewek menghindarinya. Bukankah selama ini banyak kaum hawa yang mendekatinya karena kagum dengan ketamapanannya itu.

"Dassar."Raka nyengir kearah Bela yang sudah lari dengan kencangnya sambil membawa nampan warna pink itu.

"Dia tadi ngapain kok bawa itu,?"tanya Raka yang tidak tahu kalau Bela tadi habis jualan.