webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
430 Chs

Bab 16 Robek karena Tidak Sengaja

Bela hari ini merasa penasaran sekali sama siapa yang telah mengerjain dirinya sehingga terkunci di dalam kamar mandi sendirian. Dia yakin ada orang yang usil dan tidak suka sama dirinya selama ini makanya dirinya kemarin dikunci di dalam kamar mandi. Jelas-jelas dia ada di kamar mandi itu tapi malah dengan sengajanya dikunci dari luar.

"Aku kesal sama dia. awas saja kalau aku bisa menemukan pelakunya."selama berjalan memasuki area sekalohnya dia terus merasa dongkol. Kejadiannya kemarin tentu masih diingatnya.

"Oh ya, aku kembalikan hoodienya dia kapan ya? Masak aku ke kelas dia. Aku takut kalau dia ngerjain aku kayak dulu lagi."Bela teringat dengan hoodie milik Raka yang telah dipinjamkan kepadanya kemarin oleh Raka. Kebetulan hoodie itu sudah dibawanya bahkan sudah dicuci bersih dan kini ada di dalam tasnya.

Arini di dalam kelas bingung hendak mengembalikan hoodi itu gimana. Dia sendiri saja takut bila bertemu dengan Raka. Sejak dari tadi dia bingung memikirkkan itu. Kalau dia tahu akan begini, sudah pasti dia akan menolak bantuan Raka kemarin. Agar tidak usah pusing-pusing memikirkan bagaimana cara mengembalikannya.

Tidak terasa, jam sekolah sudah tiba. Bela nampak bingung ketika keluar dari kelasnya. Langkah kakinya bingung mau langsung pulang atau pergi ke kelas Raka untuk mengembalikan hoodie itu. Tapi dia juga takut sendiri.

"Kamu kenapa Bel?"tanya Puteri yang tiba-tiba menghampirinya dari samping. Bela langsung kaget.

"Nggak papa kok."Bela tidak mau bercerita kalau dirinya telah dipinjami hoodie oleh Raka dan sekarang tengah bingung bagaimana cara mengembalikannya. Dia takut kalau Puteri berpikrian yang tidak-tidak padanya. Apalagi Puteri mengagumi Raka selama ini.

"Kok kamu kayaknya sedang bingung gitu? Sedang mikirin apa sih?"Puteri melihat raut muka Bela sebentar.

"Mana ada sih? Kamu itu ya aneh."Bela menyangkalnya.

"Ya sudah kalau begitu. Aku kira kamu sedang kebingungan. Kalau kamu ada masalah cerita aja sama ku. Aku siap bantuin kamu kok."ucap Puteri kepada Bela yang terlihat sudah akrab sekali sama Bela.

"Ya."

Disaat Bela dan Puteri sedang berjalan, tiba-tiba Bela tidak sengaja melihat dari kejauhan ada Raka sama segerombolan teman laki-laki Raka sedang duduk di salah satu tempat yang akan dilalui Bela. Bela langsung terlihat panik sekali.

"Eh Put, aku harus kembali sebentar. Ada barang aku yang tertinggal. Aku mau ambil dulu."Bela mencari alasan agar bisa menghindar dari Raka.

"Aku antar ayo."Puteri ingin mengantarkan Bela.

"Nggak usah. Kamu duluan saja."Bela cepat-cepat kembali lagi.

Akhirnya Bela kini bisa berafas lega karena berhasil menghindari Raka. Dia tidak bisa membayangkan bila bertemu sama Raka disana. Dirinya pasti akan dibuat malu oleh Raka dihadapan semua teman-temannya.

Bela terpaksa mengambil jalan lain untuk bisa keluar dari sekolahnya itu. Memang ada dua jalan yang bisa digunakan untuk keluar dari sekolah, tapi jalan yang biasanya dilalui Bela hari ini tidak bisa dilaluinya karena ada Raka dan segerombolan teman Raka. Jadinya Bela menggunakan jalan yang satunya lagi meskipun jaraknya lebih jauh dan memutar.

"Nanti deh aku kembaliin pas lagi sepi aja. Pokoknya pas dia sendirian. Aku takut nanti dia mempermalukan aku dihadapan orang banyak."batin Bela sambil berjalan.

Bela merasa capek sekali kareha harus memutuar jalan pulang dengan waktu cukup lama dan jauh. Seharusnya kini dia sudah menuggu di depan sekolah seperti biasa tapi kini dia masih berjalan.

"Aku harap Raka sudah pulang."batin Bela yang sedang mengintip dari balik batang pohon sambil melihat kearah gerbang yang biasa digunakannya untuk menunggu Rian dan dilalui beberapa kendaraan siswa.

Bela terpaksa menunggu ditempat yang agak jauh dari biasanya. Tapi itu letaknya masih didepan sekolahnya, biar Rian nggak kesusahan mencarinya nanti.

"Kak, kok disini."setelah menunggu beberapa menit, ternyata Rian datang juga.

Memang jam pulang Bela dan Rian bebeda. Tapi perbedaannya tidak terlalu jauh. Lebih cepat Rian dulu. Tapi Rian begitu sabar menunggu jam kakaknya pulang untuk menjemput Bela. Jadi Rian harus menunggu dulu sembari kakaknya sudah pulang.

"Ayo dek, langsung pulang saja."ucap Bela langsung mengambil alih sepeda itu. Dia takut kalau Raka tiba-tiba muncul dan menciduknya.

"Ada apa kak, kok kakak kayak ketakutan begitu?"tanya Rian langsung turun dan melihat ekpresi Bela yang tengah mencemaskan sesuatu.

"Nggak ada apa-apa kok. Udah ayo kita pulang."Bela langsung mengayuh sepedanya untuk meninggalkan sekolahnya. Rian jadi bingung sendiri dengan sikap kakaknya yang tidak seperti biasanya.

Bela mengayuh sepeda itu dengan sekencang mungkin. Dia berharap Raka tidak mengetahuinya. Dia tidak bisa membayangkan bila harus bertemu dengan laki-laki dingin itu.

Setibanya di rumah, Bela langsung masuk dan meletakkan tasnya di almari. Begitupula dengan Rian.

"Dek, kamu mau makan apa?"tanya Bela setelah mengganti seragamnya.

"Terserah kak."jawab Rian.

"Ya sudah kakak ke dapur dulu mau masak."Bela langsung pergi ke dapur untuk memasak.

Setibanya di dapur, Bela langsung memasak menu makanan yang setidaknya itu bisa menggajal perut mereka. Disamping itu juga pas dengan bahan-bahan yang ada di dapurnya saat ini. Kebetulan kemarin dia sudah berbelanja dan stok sayurnya di kulkas masih ada meskipun layu.

Disaat Bela sedang memasak, tiba-tiba hawa dingin mulai merasuki tubuhnya. Bahkan saking dinginnya, tulang-tulanngnya mulai terasa linu. Untungnya dia sedang memasak sambil menghidupkan api kompor jadi tidak terlalu kedininginan sekarang.

"Sudah."Bela memindahkan semua masakannya di lantai. Memang di rumahnya tidak ada meja makan jadi kalau makan ya di lantai sambil lesehan.

"Kak, hoodie kakak buat aku nggak kedininginan sekarang."tiba-tiba Rian muncul sambil mengenakan hoodie milik Raka yang sudah disimpan Bela di dalam almari.

"Kok kamu pakai itu dek?"tanya Bela yang langsung kaget.

"Habisnya keren sih kak. Sejak kapan kakak punya hoodie kayak begin. Bagus banget."Rian terlihat suka sekali sama hoodi Raka itu.

"Dek lepas aja. Itu bukan milik kakak."Bela langung menghampiri Rian untuk melepaskan hoodi milik Raka itu.

"Kakak. Ini baguslah kak. Aku pinjam dulu deh."Rian terlihat tidak ingin melepaskanya. Dia kira itu milik kakaknya.

"Dek lepas. Ini bukan milik kamu."Bela memaksa Rian untuk melepaskannya.

"Bentar deh kak. Aku pinjam dulu."Rian terus mempertahankannya.

Bela berusaha melepaskan hoodie Raka itu dari badan Rian. Tapi ditengah usahanya itu tiba-tiba Rian oleng dan jatuh. Hingga tidak sengaja hoodie Raka menancap di salah satu paku di dinding rumah. Alhsail hoodi itu langsung robek.

Srekkk

"Adekkk."Bela berteriak karena hoodie Raka terlihat robek.

"Aduhh."Rian kaget dan tidak bermaksud merobek hoodi itu.

"Adekkk robek kan."teriak Bela.

Tanpa disadari mereka berdua, telah membuat kegaduhan di rumah hingga membuat Bi Devi bangun dari tidurnya. Padahal Bi Devi masih tertidur pulas di kamar. Karena teriakan Bela itu, Bi Devi jadi bangun.

"Kalian ini kenapa pada ribut."Bi Devi keluar dan langsung memarahi mereka berdua. Bahkan mereka berdua sampai dipukuli.

"Maafin kita bi."Bela meminta maaf pada Bi Devi. Dia tidak sengaja telah membangunkan Bi Devi.

"Kamu juga Bel, sebagai kakak kok malah ngggak mau ngalah."Bi Devi terus memukuli Bela sampai Bela merintih kesakitan.

"Kamu juga rian. Kalau sudah dilarang jangan melawan terus. Itu bukan punya kamu kan."Bi devi juga memukuli Rian.

Mereka berdua terlihat diam saja saat dimarahi. Karena mereka sadar kalau mereka salah.