webnovel

Before a go

Kebebasan memang sifat alami Raden, tetapi demi menyenangkan hati orang tua ia mencoba menjadi anak yang penurut dan bisa dibanggakan. Masalah prestasi mungkin Raden kalah Dengan Radit kakaknya, tetapi Raden tak pernah putus asa ia tetap berusaha menjadi yang terbaik. Namun semua yang Raden lakukan selalu salah Radit tetap nomor satu, dikucilkan didalam rumah mewah sudah biasa bagi Raden. Berdiam diri dan tidak dianggap oleh orang tuanya itu sangat lumrah bagi Raden. Tetapi Tuhan maha adil saat tak seorang pun bisa menghiburnya dikala sedih, Dara hadir sebagai penerang Raden. Dara tak sempurna gadis itu sama seperti Raden, hidup dalam kesendirian dan terkucilkan. Namun Dara sangat berharga bagi Raden, Dara hidup Raden, Dara seperti cahaya senja bagi Raden sangat menghangatkan dan seperti senja Dara hanya sementara. Dara hilang dari hidup Raden. Keadaan tak seperti dulu, Raden Angkasa telah mati yang hidup saat ini hanya kebencian. Kebencian pada keluarganya sendiri. Raden hanya ingin Dara nya kembali, hanya itu. "Wajah lo mirip seperti dia, gue yakin ini elo Ra!"

Iciblue_ · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
16 Chs

Bab 6: Gadis Bawel

Happy Reading...

Suara gemericik air terdengar dari balik pintu kamar mandi. Waktu masih menunjukan pukuk 05:30 dini hari. Setelah 15 menit berlalu sosok pemuda dengan handuk putih yang melingkar di pinggang nya keluar dari dalam kamar mandi. Raden sengaja bangun lebih awal agar ia bisa menuntaskan keinginannya. Tak butuh waktu lama ia sudah siap dengan seragam tanpa atribut sekolah. Rambut hitam nya hanya di beri sedikit gell dan menyisirnya dengan jari. Begitu saja Raden sudah terlihat sangat menawan.

Ketukan sepatu menggema di dalam ruangan. Diana yang seperti biasa membantu pembantu nya untuk menyiapkan sarapan sedikit terkejut dengan kehadiran Raden.

"Raden sudah siap? Sini sarapan dulu mam__"

Raden tak mengindahkan ucapan Diana, pemuda itu melenggang pergi tanpa menatap Diana sedikit pun. Diana sedikit kecewa namun garis lengkung berhasil terbit karena Raden memutar tubuh nya dan menghampiri Diana.

"Sebagai tanda terimakasih karna mama uda mau nurutin apa mau gue, jadi gue ambil satu ni roti." Ucap nya sembari menyambar sehelai roti tanpa selai yang ada diatas piring kemudian melenggang pergi menuju pintu utama.

Kemarin malam Diana menemui Raden dan mengatakan bahwa siswa tersebut sudah dipindahkan disekolah yang sama seperti Raden. Tak sulit bagi Diana melakukan hal itu karena ia kenal baik dengan pemilik yayasan sekolah tersebut. Dengan pertimbangan yang matang akhir nya sekolah tersebut mengabulkan permintaan Diana.

****

Jauh dari pusat kota, sebuah rumah dengan gaya klasik. Rumah dengan ornamen serta beberapa figur seperti air mancur dan pot-pot bunga yang berbentuk unik menjadi hiasan pada halaman rumah tersebut. Ukuran rumah itu tak begitu besar namun terlihat sangat mewah dan unik. Ditambah sebuah pohon yang menjulang tinggi serta seutas tali yang diikat dengan ban berwarna jingga menjadi pelengkap rumah tersebut.

"Bu... Sepatu Echa mana yah?!" Teriak seorang gadis.

"Semalam Ibu cuci kamu pakai yang lama aja."

Senyap. Tak ada lagi keributan, seperti itu lah suasana rumah Echa jauh dari hiruk-pikuk suara kendaraan. Rumah Echa memang terletak jauh dari pusat kota namun tidak di plosok. Kompleks yang ditinggali Echa memang sedikit penghuni nya, mungkin hanya 15 kepala keluarga yang memilih tinggal di kompleks tersebut jadi wajar saja jika suasana nya terasa tenang dan damai.

"Cha sini sarapan dulu," Ujar Lyla.

"Echa bawa bekal aja ya. Takut ketinggalan bus nya Bu." Tolak nya secara halus.

Lyla mengangguk ia mengerti jarak rumah nya ke sekolah cukup jauh maka dari itu Lyla segera mengemas bekal untuk Echa.

Echa tampak sibuk dengan ponsel nya, ia masih sedikit bingung apa kah benar sekolah telah mengeluarkan nya.

"Bu gimana kalau Echa beneran pindah sekolah?" Rengek nya ia sudah memberitahu ibu nya bahwa sekolah mengirim nya pesan pemindahan sekolah untuk nya.

"Gak akan Echa. Ibu akan nuntut sekolah itu kalau sampai pihak sekolah melakukan itu pada putri Ibu."

"Bener yahh." Titah nya.

Lyla mengangguk disertai senyuman hangat, senyuman yang selalu Echa sukai.

Deru motor terdengar hingga dalam rumah. Degup jantung Echa semakin tidak beraturan ternyata benar iblis itu menjemputnya pagi sekali.

"Temen kamu tuh Cha." Ucap Lyla mengintip dari balik tirai jendela.

"Echa berangkat dulu Bu." Seru nya terburu-buru dan segera mencium punggung tangan Lyla.

Raden membuka helm fullface nya dan menatap pada seorang gadis yang berjalan dengan cukup cepat kearah nya.

"Mau apa sih lo?!" Sergah Echa.

"Mau jemput kamu lah," ketus Raden.

Nyebelin banget sih ni cowok, untung ganteng kalau enggak uda gue jadiin pecel lele batin Echa.

"Gak usa ngatain gue dalam hati, buru naik"

"Cenayan ya lo?" Celetuk Echa memandang Raden dengan mata menyipit.

"Uda naik!!"

"Og__"

"Gak ada penolakan dalam kamus gue. Lo naik atau terima akibatnya."

"Gue gak takut sama ancaman elo" Sahut Echa.

"Lo mau gue cium didepan nyokap elo" Ucap Raden dengan seringaian.

Echa memandang kearah rumah nya dan mendapati ibu nya sedang mengintip dari balik tirai. Mau tidak mau maka Echa harus menututi kemauan Raden.

Echa naik keatas motor Raden dengan perasaan kesal.

Sebelum Raden melajukan motor nya, ia melambaikan tangan kearah LyLa.

Sudah hampir pukul 7 pagi namun Raden dan Echa tak kunjung sampai disekolahnya Echa sudah kalang kabut. Ia paham betul jalan menuju sekolah nya, namun sekarang ia dibawa kemana?

"Woii sinting lo mau culik gue yah?!!" Teriak Echa karena suara nya diredam angin.

"Diem ngapa lu!"

Echa tetap lah Echa tak peduli ia dimana maka ia tetap memberontak jika ia merasa dalam bahaya.

"TOLONG!!GUE DICULIK WOII TOLONGGG!" Teriak nya dan berhasil mencuri perhatian pengendara jalan namun mereka nganggap bahwa gadis itu sedang main-main dengan pacarnya.

"WOII diem ngapa lu!" Kesal Raden.

"Turunin gue SETAN!!!"

Raden tak menjawab ia melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi agar Echa ketakutan. Dan benar saja Echa secara spontan melingkarkan kedua tangan nya pada pinggang Raden.

"Kenak kan lo," Gumam Raden.

Haii gaes👋👋 sampek sini masih minim pembaca tapi aku gak akan patah semangat kok. Aku nulis karna aku mau salurin isi kepala ku yg dipenuhi akan ke haluan 🤣🤣siapa yg suka nge halu semoga akan terwujud yah kehaluannya.

Bdw klw kalian uda baca sampek sini aku mau nanyak boleh? Harus jawab loh yah...aku mau nanyak ada yang kurang gak sih sama tulisan aku atau kalian mau nambahin apa gitu kek... Itu aja sih yg mau aku tanyai

Buat kalian yg uda baca tapi gak mau jawab, kalian gak takut ya sama karma🤣 enggak deng becanda...mau jawab atau enggak itu terserah kalian.

Oke cukup kombur nya. Aku pergi dulu tataa sampai jumpa lain waktu😘😘😘

Salam for Blue...

Aku suka biru😍