Siang itu di sebuah rumah yang cukup asri, seorang gadis yang berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis terlihat sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang mengenakan kaos hitam di padu dengan jeans warna serupa. Dia berjalan menuju kerumah gadis yang sedang asyik duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawasi depan rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum.
Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang pemuda yang kelihatan rapi, harum dan segar siang itu.
"Hideki-kun...." sapanya dengan nada panggilan khas yang mesra ke padaku.
"Ah, Rika-san" balasku pendek.
"Sudah lama yah nunggunya," lanjutku lagi.
Antara aku dengannya memang sudah sering terlihat mesra, terutama semenjak aku mulai pacaran dengannya sebulan yang lalu. Hubungan kami masih berlanjut, dan kami terus berkomunikasi baik itu melalui panggilan ataupun dengan pesan lewat e-mail. Terlebih semenjak kejadian di malam itu, dan kami mulai terbiasa dengan memanggil nama masing-masing bukan marga (Pangilan nama hanya berlaku pada orang yang sudah kenal dekat).
Seperti biasanya, siang itu keadaan di rumahnya nampak sedang sepi, karena ia hanya tinggal dengan ayah dan pembantunya dan ayahnya juga baru pulang saat malam.
Kami jarang bertemu, karena kami berada di sekolah yang berbeda, dimana ia di sekolahkan di sekolah khusus wanita dan kami hanya bisa bertemu saat hari libur. Jadwal sekolah kami sangat padat. Dan dengan masih menyimpan rasa rindu karena selama seminggu tidak bertemu dengannya akupun memeluk gadis pujaanku itu dengan mesra, sambil membisikan kata.
"Aku kangen banget sama kamu," bisikku di telinga nya sambil mencumbu daun telinganya.
"Aku juga kangen sama kamu..." jawabnya pelan.
Kemudian kami terlibat perbincangan sesaat, dan selanjutnya aku memegang bahunya dari belakang lalu mendorongnya dan mengajaknya masuk ke dalam ruang tamu. Di sofa kami duduk sangat dekat sekali, sampai-sampai kami bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, saat kami bertatapan wajah.
"Rika-tan, kamu cantik sekali siang ini sayang...." kataku lembut.
Sambil tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian ku lanjutkan untuk menarik tubuhnya lebih rapat. Ia tidak menjawab ku hanya tersipu dengan raut wajahnya yang manis, yang di ekspresikan dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua pipinya; dan tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang terbuka sedikit; dan bentuknya yang ranum, dengan ia memejamkan kedua matanya.
Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan yang membuat nya mendesah sesaat setelahnya. Di balik punggungnya jemari tanganku dengan lembut masuk ke dalam kaos warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang punggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra hitamnya yang berukuran E cup itu.
Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang begitu kenyal dan menggairahkan itu. Dan tak lama setelah itu, jariku sudah memutar putingnya yang sudah mulai keras, yang nampaknya ia mulai menikmati dan sudah terangsang dengan diiringi desahannya yang sensual.
"Ohh.. Hideki-kun sayang.." desahnya lembut.
Sambil memutar putingnya, bibirku tidak lepas dari bibirnya dan lidahku masuk lebih dalam serta sesekali mulutku menghisap lidahnya yang keluar masuk. Selanjutnya dengan gerakan pelan aku membuka kaos putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan berakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia bergetar dan mendesah kembali.
"Ohh...., Hideki-kun.... Enak sekali."
Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya; dan memegang kedua pipinya kembali sambil membisikkan kata.
"Sayang... Payudara kamu sungguh indah bentuknya," bisikku lirih di telinganya.
Ia hanya menunjukkan senyumannya yang manis dan kembali memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajaknya berjalan ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Kamar yang ia miliki sangat indah; layaknya kamar seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar dan wangi bunga-bunga indah yang ada ditaman depan kamarnya, aku menghirupnya saat memasukinya.
Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexynya dan meletakkannya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Ia masih mengenakan celana jeansnya, kecuali bagian atasnya yang sudah terbuka saat kami sedang asyik di ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuhnya kembali, dan aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan lembut.
Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya; dan berpindah sesaat ketika lidahku mencapai belakang telinganya; yang membuat tubuhnya kembali bergetar pelan. Desahan dan getaran tubuhnya menandakan kalau ia sudah sangat terangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam sementara bibirku mencumbui setiap titik sensitif yang ada di tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengarah kebawah menuju celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting celananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam berwarna hitam yang sexy.
Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan seketika tanganku dengan lembut memegang bongkahan pantatnya yang padat dan berisi. Aku mengelus kedua pantatnya itu pelan dan sesekali jariku menyelip di antara tepian celana dalamnya yang membuat bibirnya kembali bergetar dan mendesah lirih.
"Oh.. Hideki-kun...." desahnya lirih.
Bibirku yang sejak tadi bermain di atas, kemudian berpindah setelah aku merasakan cukup untuk merangsangnya di bagian itu. Lidahku menjulur lembut ketika mencapai permukaan kulit perutnya yang berakhir di pusarnya; dan bermain sejenak yang mengakibatkan tubuhnya bergetar hebat ke arah depan.
"Ssshh.." desisnya lirih.
Kemudian secara pelan aku mulai menurunkan celana dalamnya, dan aku membiarkan tergantung di lututnya yang sexy. Kembali aku melanjutkan cumbuan yang mengarah ke tepian pangkal pahanya dengan lembut dan sesekali aku mendengar ia mendesah lagi. Aku mulai mencium aroma khas, setelah lidahku mencapai vaginanya yang berbulu hitam yang mulai tumbuh dengan lebat, namun cukup terawat yang terlihat olehku sekilas dari bentuk bulu vaginanya yang menyerupai garis segitiga.
Dan tak lama kemudian lidahku sudah menjilati bibir luar vaginanya dengan memutar ujung lidahku lembut. Lalu aku lanjutkan dengan menjulurkannya lebih ke dalam lagi untuk mencapai bibir dalamnya yang sudah sangat basah oleh cairan kenikmatan yang di keluarkan dari lubang vaginanya. Tubuhnya bergetar perlahan bersamaan dengan tersentuhnya benjolan kecil di atas vagina miliknya oleh ujung lidahku.
"Akh..... Hideki-kun..." jeritnya tertahan.
"Aku tidak kuat Hideki-kun.." tambahnya lirih.
Dan aku lanjutkan dengan menghentikan tindakanku sesaat. Aku menurunkan tubuhnya dari atas meja, kemudian aku berdiri tepat di hadapanya yang sudah berjongkok sambil menatap penisku yang sudah berdiri tegang.
Dengan gerakan lincah, bibirnya langsung mencium kepala penisku dan mengulumnya dengan lembut; dengan memutar lidahnya di dalam mulutnya yang mungil dan memijat kepala penisku yang mengkilat. Tubuhku bergetar hebat ketika menerima semua gerakan erotisnya, mulai dari jemari tangannya yang lembut mengelus batang penisku serta bibir dan lidahnya yang lincah menelusuri buah zakarku.
"Akhh... Sayang" desahku pelan.
Rambutnya yang hitam panjang ku remas sebagai ekpresi dari kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat ia menjelajahi organ sensitifku, aku memegang bahunya serta memintanya berdiri; lalu kembali aku mendudukkan pantatnya yang padat berisi di tepian meja; sementara salah satu kaki jenjangnya menjuntai ke lantai.
Dengan gerakan lembut, aku mengangkat paha kirinya dan bertumpu pada lenganku, dan di saat selanjutnya tangan kiriku memegang batang penisku yang sudah sangat tegang sekali; menahan rangsangan yang menggelora dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya yang sudah basah oleh cairan vaginanya. Pada saat bersamaan, ujung telunjukku juga mengelus belahan antara anus dan bibir bawah vaginanya.
"Oh.. Hideki-kun... Sayang.... Aku tak tahan" jeritnya lirih.
Aku masih belum merespon atas jeritannya, dan sebaliknya, aku menundukkan kepala ku untuk kembali menjilati kedua payudaranya secara bergantian; dan berakhir di puting payudaranya yang sebelah kiri. Gerakanku membuatnya bergetar dan semakin keras desahannya terdengar.
"Ohh.. Hideki-kun.... Sekarang yah" pintanya lirih, dengan mata yang sayup dan penuh nafsu.
Secara perlahan aku mengarahkan batang penisku tepat di belahan vaginanya dan mendorongnya dengan lembut.
"Slepp.." irama yang di timbulkan ketika penisku sudah masuk di bibir vaginanya.
Kembali bibirnya mengeluarkan desahan sexynya.
"Akhh... Mmm.." gumamnya lirih.
Setengah dari batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, yang aku gabungkan dengan gerakan bibirku mengulum bibirnya; serta memutar ujung lidahnya dengan lembut. Untuk menambah kenikmatan untuknya, aku mulai memajukan sedikit demi sedikit sisa batang penisku ke rongga vaginanya yang paling dalam; dan terkadang mengesekkan ujung penisku dengan klitorisnya. Mulutnya bergumam pelan karena mulutku juga masih menahan bibirnya.
"Mmm.. Mmm" gumamnya.
Sambil menahan nikmat, tangannya menyentuh buah zakarku dan memijitnya lembut yang membuat tubuhku ikut mengelinjang menahan kenikmatan yang sama. Pinggulku membuat gerakan maju mundur untuk kesekian kalinya dan sepertinya ia akan mendapatkan orgasme pertamanya ditandai dengan gerakan tangannya yang memegang erat bahuku dan menggigit bibir bawahnya pelan.
"Akh.... Hideki-kun.." jeritnya bergetar.
Bersamaan dengan aliran hangat yang kurasakan di dalam, rongga vaginanya menjepit erat batang penisku. Tangannya menggengam erat bahuku serta mencengkramnya lebih erat lagi dan kakinya naik terlipat menahan pantat ku. Tak lama berselang; ia kemudian tersenyum manis dan mengecup bibirku kembali sambil mengucapkan kata.
"Makasih ya... Sayang" katanya mesra.
Aku membalasnya dengan memberikan senyum dan mengatakan.
"Aku bahagia, kalau sayang ku bisa menikmati semua ini", kataku membalasnya.
Hanya beberapa saat setelah ia mendapatkan orgasmenya, aku membalikkan tubuhnya membelakangiku dengan kedua tanganya berpegang pada pingiran meja. Dan dengan pelan kutarik pinggangnya sambil memintanya menunduk, maka nampaklah di depanku pantatnya yang sexy dengan belahan vaginanya yang menggairahkan.
Perlahan aku memajukan tubuhku sambil memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya, sementara kaki kananku mengeser kaki kanannya untuk membuka pahanya sedikit melebar. Dengan gerakan mantap, penisku masuk sedikit demi sedikit membelah vaginanya yang lembut.
"Slepp.." masuklah setengah batang penisku ke dalam rongga vaginanya.
"Sss.." ia mendesah saat penisku masuk.
Tanganku perlahan meremas payudaranya dari belakang; mulai dari yang sebelah kiri dan dilanjutkan dengan yang sebelah kanan secara bergantian. Sementara pinggulku memulai gerakan maju mundur untuk kembali memasukkan vaginanya lebih dalam.
Posisi ini menimbulkan sensasi tersendiri; dimana seluruh batang penisku dapat masuk ke dalam vaginanya. Sementara, kedua tanganku dengan bebas menjelajahi seluruh organ sensitifnya mulai dari kedua buah payudara dan putingnya dan belahan anus dan bagian tubuh lainnya.
"Oh... Hideki-kun...." desahnya.
Ketika ujung jemariku menyentuh lubang anusnya, denga aku sambil berkonsentrasi memaju mundurkan penisku. Dan setelah cukup beberapa saat; aku menggerakan pinggulku memompa belahan vaginanya. Dengan gerakan lembut aku menarik wajahnya mendekat, masih dalam posisi membelakangiku, aku mencium bibirnya dan meremas kedua payudaranya dengan lembut.
"Sayang aku mau keluar nih," bisiku lirih.
"Ohh... Sayang aku juga mau" sahutnya pelan.
Aku mempercepat gerakanku memompa vaginanya dari belakang tanpa melepas ciumanku di bibirnya dan remasan ku di kedua payudaranya. Pada saat terakhir aku mencengkeram kedua pinggulnya erat dan memajukan penisku lebih dalam. Lalu dengan cepat aku keluarkan, segera aku menyuruhnya untuk berlutut dan membuka mulutnya.
"Crott.. Ohh.. Sayang," jeritku.
Menyemburlah spermaku yang cukup banyak ke dalam rongga mulutnya dan beberapa tetes meleleh keluar mengalir dari mulutnya. Aku memintanya untuk menelan sperma ku itu, setelah membujuk dan meyakinkannya; dengan enggan ia menelannya. Lalu memintanya menjilati penisku sampai bersih.Dan setelah bersih; ia sudah tidak menjilatinya lagi, aku mendiamkan penisku dan setelah beberapa saat, penisku mengecil dengan sendirinya.
Aku sadar, jika aku mengeluarkan di dalam vaginanya; ada kemungkinan ia akan hamil. Dan tentunya itu juga akan berbahaya buat ku. Itulah sebabnya aku memilih mengeluarkannya di luar.
Setelah puas, kami pun berbaring tidur di ranjang sambil berpelukan. Aku mencium keningnya dan mengucapkan terimakasih kepadanya. Tanpa membalas ku, ia memelukku dengan erat. Dan aku pun beristirahat disana selama beberapa saat, lalu memakai pakaian dan pergi dari rumahnya.