webnovel

9. Rock Show

Hari Minggu rumah Keira sudah full musik sedari pagi. Libur-libur seperti ini adalah hari yang selalu ia tunggu. Beres-beres rumah bareng Papanya sambil menyetel lagu-lagu favorit adalah hal yang disukai oleh Keira.

Keira baru saja selesai menyiram bunga di halaman saat mobil kakaknya datang.

"Mas Fadil!" Keira menyambut kedatangan kakak laki-lakinya dengan suka cita. "Kok sendirian?" ucapnya saat melihat Fadil tak bersama sang istri.

"Yah, biasa. Minggu-minggu pun dia sibuk dengan kerjaan," jawab Fadil pasrah.

Keira tak bisa komentar apa-apa. Istri Fadil adalah seorang pengacara. Dia selalu sibuk. Tak peduli jika pun dia dan Fadil masih terhitung pengantin baru.

"Dek, hari ini nggak ada acara, kan?" tanya Fadil saat mereka sudah berada di dalam.

"Nggak ada. Mau nyanyi bareng, Mas? Ayoo!" Keira langsung menyambutnya dengan semangat.

"Nggak. Aku punya acara yang jauh lebih keren hari ini," ucap Fadil misterius.

"Acara apa?" Keira tentu jadi penasaran dibuatnya.

"Kamu tahu nggak? Hari ini kan puncak festival rock show yang diadain radio Kawula Fm."

"Hah?" Keira melebarkan mata mendengar perkataan Fadil. "Festival Rock Show antar pelajar dan mahasiswa se-Ibu Kota itu, Mas?" Ia berseru.

"Yo'i."

"Aaaaakk, Keira pengen banget pergi ke sana! Dengar-dengar hari terakhir banyak banget bintang tamunya. Sumpah gila. Pasti keren banget!" seru Keira sambil melompat-lompat.

"Tapi, Mas Fadil, Mama bisa masukin aku ke penjara kalau tahu aku pergi ke acara kayak gitu." Ia langsung putus asa saat teringat Mamanya.

"Tenang aja. Kita bakal pergi berdua kok," bisik Fadil lalu mengajak tos adiknya.

"Serius, Mas? Asiiik. Yeaayyy!" Keira pun melonjak gembira.

Fadil senang melihat reaksi adiknya. Meskipun dia dan Keira terpaut hampir 10 tahun tapi mereka sangatlah kompak. Dari kecil Keira sudah sering diajak Fadil ke mana-mana. Jadi tidak heran jika pengaruh Fadil sangat besar terhadap kehidupan Keira, termasuk kegemaran musiknya.

***

"Kalian mau ke mana?" tanya Mama saat melihat kedua anaknya telah berdandan. "Sudah jam 3 sore. Keira mau diajak ke mana? Ingat, Dil. Biarpun masih muda, kamu itu sudah berkeluarga."

"Aku cuma mau ngajak Keira jalan-jalan kok, Ma. Kasihan dia, anak muda kok minggu-minggu di rumah aja," jawab Fadil. Ia tampak malas mendapat teguran dari ibunya.

"Jalan-jalan? Pakai kaos seperti itu?" Mama menatap Keira curiga.

Keira memakai kaos pendek hitam ketat bergambar tengkorak. Ia juga memakai celana jin panjang semu perak dengan sepatu kets senada. Tak lupa Keira memasang kalung perak sepanjang dada berliontin skull mengkilat favoritnya.

"Fadil, jangan ajari Keira melebihi batasnya. Selama ini dia sudah cukup bikin pusing kepala Mama."

"Iya, Maa. Tenang aja. Masa aku mau ngajarin jelek adik sendiri? Keira pasti aku jaga," ujar Fadil yang tahu benar watak Mamanya. Dari dulu Mama memang tidak suka musik-musik rock seleranya. Padahal cuma musik saja, Fadil juga bukan rocker liar apalagi anak punk di luar sana.

"Pa, kita nonton festival band di taman kota dulu, ya?" Ijin Keira saat Papanya keluar dari kamar mandi.

"Oh ya. Tapi hati-hati, lho. Fadil, jaga Keira baik-baik!" pesan Papanya.

"Siiip, Pa," sahut Fadil cepat.

"Nonton apa? Festival band? Fadil, kamu bilang tadi cuma mau jalan-jalan?" Mama pun langsung bertanya mendengar hal itu.

"Kei, jangan ikuti kebiasaan kakak kamu bisa, kan? Kamu itu cewek. Fadil, harus berapa kali Mama bilang sama kamu sih? Jangan ajari Keira macam-macam!" ceramah Mama segera.

"Kali ini aja, Ma!" Dua kakak beradik itu langsung berlari keluar rumah sebelum diomeli lebih parah.

"Kei! Fadil!" teriak Mama sampai kemomosan.

"Sudahlah, Ma. Biarin aja mereka. Papa yakin mereka akan baik-baik aja." Papa coba menenangkan istrinya.

"Fadil itu kurang ajar, Pa. Masa adik ceweknya dia pengaruhi dia habis-habisan begitu? Mau jadi apa Keira nanti?" Mama tampak sangat kesal sekali.

"Itu kan cuma hobi. Yakin aja sama mereka." Papa sampai geleng-geleng kepala melihat kekhawatiran istrinya.

Sementara itu di perjalanan menuju festival, Keira dan Fadil memutar lagu favorit mereka. Sejenak mereka lupakan ceramahan Mama di rumah. Mereka ingin bersenang-senang sore ini. Sepanjang jalan di mobil mereka bernyanyi bak sedang konser bersama.

Sambil menyanyi Keira memakai wig merah yang sudah ia persiapkan di tas. Tak lupa ia membawa pensil mata yang ia ambil dari kamar Mama. Ditambahkan pula eyeshadow gelap agar muka tampak sangar.

"Gimana, Mas, Kei udah keren belum?" Keira menampakkan mukanya ke arah Fadil beberapa saat kemudian.

"Woooo, cakep, Dek! Nyaingin Hayley Williams!" seru Fadil sembari tersenyum lebar. Adiknya memang manis. Didandani rock seram pun ia malah tampak seperti boneka. "Wignya keren. Pas banget sama muka kamu. Nggak bakal ada yang nyangka kalau itu rambut palsu," komentar Fadil saat melihat rambut merah Keira. Ia sendiri sudah berpenampilan ala anak band sedari rumah. Dengan umurnya yang masih 26 tahun, tidak tampak sekali kalau Fadil sudah menikah.

Usai memarkirkan mobil, keduanya membeli tiket di depan untuk masuk ke area festival rock show.

"Rame banget, Mas!" kata Keira sambil memandang berkeliling. Banyak sekali anak-anak band yang datang. Cowok-cewek berkostum emo tampak berlalu lalang. Orang-orang gaya rocker membawa gitar, stik drum, pokoknya sangat ramai sekali. Keira sampai berpikir ia sedang bermimpi. Dengan penampilan ala rockernya sekarang, ia tak perlu takut dilihat banyak orang. Di sini adalah tempatnya mengekspresikan gaya sesuai keinginan. Bahkan banyak sekali anak-anak cosplay emo yang datang.

"Dek, ayo ke sana! Bintang tamunya mau tampil!" seru Fadil lalu menggandeng adiknya. Di keramaian seperti ini, tidak boleh ia sampai terpisah dengan Keira.

"Hey, yang ada di sana!

Yang ada di sini!

Semua ikut bernyanyi

Hey, yang ada di sini!

Jangan bikin keki!

Bikin suasana happy..."

Bintang tamunya entah benar-benar Kotak atau bukan. Tapi muka vokalisnya mirip Tantri. Yang main bass juga cewek. Keira tidak bisa bisa memastikan itu Chua atau bukan. Yang jelas para pengunjung ikut bernyanyi dan melompat-lompat mengikuti alunan keras mereka.

Di beberapa panggung kecil juga tampak band-band rock anak sekolah sedang tampil. Di bagian ujung arena ada panggung untuk band khusus anak kuliahan. Keira sampai bingung akan menonton yang mana. Semuanya tampak menarik.

"Kei, nggak pengen foto sama anak-anak cosplay?" tanya Fadil saat mereka melewati stand remaja cosplay emo. Penampilan mereka sangat unik dan cantik. Tak beda jauh dari Keira.

"Gimana, ya?" Keira menggaruk tengkuknya.

"Ini kesempatan langka lho kamu bisa datang ke acara kayak gini. Ayo, biar Mas fotoin kamu. Lumayan bisa buat pajangan kamar." Fadil mengambil ponsel dari tangan Keira.

Keira pun segera sadar. Bisa jadi ini adalah pengalaman pertama sekaligus terakhir baginya. "Oke deh, Mas. Kita ambil foto sebanyak-banyaknya hari ini."

Fadil cuma tertawa menanggapinya. Ia mulai mengambil gambar Keira saat di tengah keramaian penonton festival. Ia juga mengajak beberapa anak anggota cosplay untuk foto bersama adiknya. Fadil sempat ikut foto juga saat salah satu dari mereka menawarkan diri untuk memotretnya.

"Gila. Keren banget, Mas!" Keira tampak senang sekali.

"Dek, kamu tunggu di sini dulu ya? Sama anak-anak cosplay aja. Jangan ke mana-mana. Oke?" Tiba-tiba Fadil menepuk bahunya.

"Mas Fadil mau ke mana?" tanya Keira.

"Ada telpon dari Mia. Aku nyari tempat yang tenang sedikit. Cuma sebentar, kok," ujarnya. "Tolong titip adik gue," kata Fadil pada anak-anak cosplay di sana. Ia lalu pergi sambil memegangi ponsel.

"Hey, lo masih sekolah, kan?" tanya salah satu cewek yang berdandan ala Avril Lavigne di video clip What The Hell.

"Iya, gue kelas 11," jawab Keira.

"Oh, ya? Sama dong. Omong-omong gue dari SMA Global. Lo dari sekolah mana?" Ia langsung menyalami Keira.

"SMA Pahlawan." Keira balas menjabatnya dan tersenyum. Senang sekali rasanya punya kenalan cewek sebangsa dan setanah air.

"Kita ambil foto sama anak-anak cosplay, yuk?" Serombongan anak-anak remaja tiba-tiba berhenti di depan mereka.

"Hai, boleh foto bareng kalian?" Salah satu dari mereka coba meminta ijin.

"Tentu saja. Sini!" Anak SMA Global tadi langsung menerima permintaan mereka.

Keira langsung mundur saat anak-anak itu memandangnya, lantas memojok sambil menunggu Fadil kembali. Ia melihat ke arah panggung utama saat band bintang tamu berikutnya muncul. Ternyata band yang isinya bule semua. Entah nama bandnya apa. Yang jelas mereka mulai membawakan lagu Muse yang berjudul Hysteria.

Penonton riuh ikut menyanyikan lagu itu. Karena terpesona oleh penampilan mereka, tanpa sadar Keira berjalan ke tengah-tengah arena, di mana cewek-cowok sedang melompat-lompat ikut bernyanyi bersama band itu.

"Cause I want it now

I want it now...

Give me your heart and your soul...

And I'm breaking out

I'm breaking out ..

Last chance to lose control... "

Keira ikut bernyanyi pada bagian reff, bersatu padu dengan para penonton lain. Sangat syahdu dan menyenangkan. Dengan dentuman bass yang sangat kencang, rasanya menyesal jika tidak ikut bernyanyi dan berlompatan.

"Are you ready to rock?" Si vokalis bule itu mengarahkan mic ke penonton usai merampungkan lagu pertama.

"Yeeaaaahhh!" Semuanya bersorak. Tak terkecuali Keira.

"Would you sing with me?" Ia menanyai penonton lagi.

"Yeesss!" Semua bersorak-sorai.

"Do you want me to sing whose song?"

"Greenday!"

"Simple Plan!"

"Good Charlotte!"

"Avenged Sevenfold!"

"I'm sure you know this song," cowok itu tersenyum pada semua orang sebelum menyebutkan sebuah judul lagu milik Paramore. Semua menyambut meriah seruannya. Apalagi begitu intro lagu terdengar. Petikan gitar di awal yang sangat enak didengar itu. Semua pun bersiap mengikuti lagunya.

Mendadak Keira terdorong beberapa cowok dari belakang saat mereka ingin maju mendekati panggung.

"Hey!" Keira hampir terjatuh dalam keramaian. Ia menubruk orang lain di depannya. "Sori. Sori." Ia meminta maaf. Sekali lagi ia tertubruk orang-orang. Keira benar-benar berada di tengah keramaian. Semua orang mulai kembali asik berjingkrakan.

Gawat. Keira mulai merasa berdebar-debar. Ia baru sadar. Dirinya sudah tertelan di dalam ramainya festival. Dia tidak tahu tepatnya berada di mana, yang jelas Keira terpisah dari Fadil. Keira mulai ketakutan. Ia mencari-cari ponselnya di saku.

"Ya ampun!" Keira terbelalak. Ponselnya masih di tangan Fadil sejak foto-foto tadi. Bahaya. Keira merasa dirinya benar-benar dalam masalah besar. Terdampar di ratusan manusia yang sama sekali tidak ia kenal. Keira menasehati dirinya sendiri agar tidak lekas panik.

Sembari memikirkan cara untuk keluar Keira bergerak maju. Ia menjejalkan diri di keramaian penonton yang melompat-lompat sedang bernyanyi. Ia memutuskan untuk mencapai ujung panggung. Ia berencana mendekat maju lalu bergerak menyisir ke pinggir hingga menemukan jalan keluar dari arena panggung utama.

Setelah bekerja keras melawan ratusan nyawa, akhirnya Keira berhasil ke tempat tujuan. Kini ia berada di samping tangga menuju atas panggung. Tapi tempat ini juga ternyata tak kalah bejubelannya.

"Aduh!" Lengan Keira tersikut cewek-cewek yang sedang berteriak-teriak menyebut nama personil band itu.

"Kyle, you're so cool!"

"Chad, you're sexy!"

"I love you, Chad!"

"Paul! David! We love you!"

Keira pusing mendengar teriakan mereka. Entah kenapa tiba-tiba ia berinisiatif menaiki tangga. Sepertinya berada di tempat itu lebih aman. Kebetulan tak ada yang jaga.

Kini Keira memandang lautan manusia di depannya. Mereka sedang asik berjingkrak bersama. Lalu panggung-panggung lain tampak begitu kecil dari tempatnya berdiri sekarang. Bahkan, stand tempat anak cosplay tadi pun terlihat jauh sekali. Bagaimana cara Keira bisa kembali ke sana? Lautan penonton ini justru tambah penuh saja. Fadil pasti sedang kebingungan mencarinya. Gawat. Keira ingin menangis rasanya.

"Hey, bisa minggir dari tangga?" seru seseorang dari atas panggung mengejutkannya.

Keira menggeser langkah, lalu melihat orang itu.

"Zein?" Ia berseru tak percaya. Keira mengerjap-ngerjapkan mata.

Ya. Tidak salah. Cowok yang baru turun dari panggung membawa kabel-kabel itu memang dia. Zein, teman sekelasnya.

"Ya, lo manggil gue?" Zein memandangnya heran.

"Alhamdulillah. Terima kasih..." Keira lega sekali bisa bertemu orang yang ia kenal di situasi genting seperti ini.

"Lo ngapain dari panggung begini? Lo bukan anggota band bule ini, kan?" tanya Keira kemudian.

"Eh? Ya bukan lah. Gue cuma bantu panitia acara, ngecek soundsystem sama mastiin semua peralatannya tetap oke," jelas Zein sambil terus menatap Keira.

"Ooh, bantu panitia acara?" Keira cukup terkejut mendengarnya.

"Tapi ngomong-ngomong, lo siapa ya? Apa kita pernah kenal? Sori, kayaknya gue lupa." Zein menggaruk-garuk kepalanya.

Keira bengong tak percaya. Serius? Zein tidak tahu ini dirinya?

"Zein, ini gue..." Keira langsung sadar dengan penampilan rockernya. Zein cuma pernah melihat sekilas di foto. Tidak dalam bentuk aslinya. Pantas saja kalau dia tidak mengenalinya.

Baru mau mengaku kalau dia adalah Keira, mendadak jepretan kamera mengenai dirinya.

Ariel

"Wah, Bos! Lagi kenalan sama cewek cakep, ya? Kok nggak bilang-bilang?" Alvin muncul bersama Oki. Rupanya dia yang sedang menjepret mereka. Dua anak itu juga membawa gulungan kabel.

"Hai, kamu anak cosplay?" Alvin menjepret kameranya ke Keira sekali lagi. "Cakep banget," ujarnya sambil melingkarkan kabel ke pundak sementara satu tangannya memegang kamera.

Keira menelan ludah. Ada Alvin dan Oki pula. Bagaimana ini? Haruskah ia mengaku pada Zein dan gengnya siapa dia? Keira jadi ragu. Mungkin untuk Zein tidak apa-apa, tapi untuk cowok ember seperti Alvin, apa itu tidak berbahaya?

Keira dilanda dilema. Apa rambut wig dan riasan ala rockernya ini benar-benar membuat dirinya berbeda? Ia bertanya-tanya. Bagaimana mungkin mereka bertiga sampai tak mengenali dirinya? Memang itu kabar bagus, tapi kalau membiarkan mereka pergi begitu saja, Keira tidak tahu sampai kapan ia harus menanti Fadil menemukannya.

"Lo siapa, ya?" Sekali lagi Zein menatapnya curiga.

"Gue..." Keira menahan napasnya.