webnovel

34. Sayembara

"Edward, stop it! Keira ketakutan," Hellena mencegat kakaknya saat hendak mengejar Keira yang berlari menghambur ke keramaian.

"Lo nggak usah ikut campur, Len!" Edward menepis tangannya. "Gue cuma mau nyelesain urusan gue sama Keira."

Hellena melenguh. "Okay. It's up to you. But I guess, you should think twice before touching Keira. You know who's her boyfriend."

Edward tersenyum kecut mendengar ucapan Hellena. "Lo udah diapain sama Zein sebenarnya? Tumben lo nyerah cepat banget," sindirnya. Namun Hellena tak menjawab, justru berbalik pergi. Tampaknya ia tersinggung dengan ucapan kakaknya. Wajahnya jelas sekali tidak senang.

"Ouch, shit!" Edward mengumpat kesal. Gara-gara Hellena, ia jadi kehilangan Keira. "Rafael, lo nggak lihat dia lari ke arah mana?" tanya Edward sambil menatap berkeliling.

"Dia lari ke arena pentas. Gue yakin dia di antara penonton," jawab Rafael. "Kenapa lo bisa lepasin Keira sih? Bukannya lo udah bawa dia ke markas ya?"

Edward membuang napas. "Yeah, I just couldn't do that."

Rafael tertawa. "Lo ditolak ya?" tebaknya. "Well, I know how it feels."

"Wow, Keira is really cool. How could she reject the best guys like you two?" Yamato tersenyum geli. "Maybe I also have to try something to get her."

"Keira nolak bukannya nggak suka gue ataupun Edward," ucap Rafael. Seperti biasa, gengsinya yang sangat tinggi harus dijaga. "Dia cuma cewek yang terlalu innocent. Dia sudah menyukai satu cowok, dan nggak bisa lagi lihat orang lain yang bahkan lebih baik dari pacarnya."

"I guess so," sahut Edward sambil mengangguk. "Ayo, cari Keira lagi!"

***

Keira berlari ke tengah keramaian siswa Global. Rupanya ada panggung besar yang sedang menampilkan musik jazz. Anak-anak elite dari sekolah itu sedang menonton mereka. Mereka tampak menikmati alunan musik yang ditampilkan. Tanpa pikir panjang ikut berkerumun di tengah-tengah para penonton. Ia berharap Edward tidak akan menemukannya dengan bersembunyi di sana.

"Hey, kenapa ada anak Pahlawan di sini?" Seorang anak Global yang menyadari corak seragam Keira berbeda bertanya.

"Sekolah kan ngundang SMA Pahlawan ke sini. Kali aja mereka udah pada datang," sahut temannya membuat Keira lega.

Anak tadi melihat Keira lagi. "Ngomong-ngomong dia lucu juga," pujinya lalu kembali menikmati musik yang disajikan.

"Attention, please!" Tiba-tiba Edward muncul di atas panggung tak berapa lama usai percakapan dua cowok itu. "Sorry to take over this place. But you guys mind to help me? I'm looking for my girl. I believe she's here around you all."

"What's that? What's going on?" Para murid Global berbisik-bisik penuh tanya melihat Edward mendadak maju ke panggung seperti itu.

"Oke. Siapa saja yang lihat cewek berseragam SMA Pahlawan, bawa ke gue sekarang juga!" seru Edward. "Well, dia cute. Rambutnya panjang. Pokoknya dia murid Pahlawan. But don't ever try to hurt her. Just bring her to me soon as possible. And you'll get whatever you want. Car? Money? I can give everything for you."

Mendengar sayembara dari Edward para penonton SMA Global langsung bereaksi. Hadiah bagi pemenang sayembara tentu sangat menggiurkan.

"Hey, ke mana dia? Tadi gue yakin cewek itu di sini. Dia pakai seragam Pahlawan!" seru anak yang tadi berada di sisi Keira.

"Pasti dia masih di sekitar sini. Ayo cari! Gue pengen mobil sport terbarunya Edward," sahut temannya.

Alhasil 80% penonton ramai mencari Keira daripada menikmati lanjutan acara. Mereka ingin mendapat hadiah dari Edward. Mereka boleh meminta apa saja jika berhasil menemukan cewek yang diincarnya.

Dari pinggir panggung Edward tersenyum puas. Ia yakin Keira akan segera ditemukan oleh salah satu atau dua atau bahkan berapa saja dari mereka. "You can't run away from me, Keira," gumamnya.

Hari semakin siang. Anehnya, para siswa Global belum juga ada yang menemukan Keira. Seluruh penjuru arena pentas sudah disisir. Tapi cewek yang mereka cari tidak juga ditemukan. Sebagian anak bahkan mulai menggeledah gedung sekolah. Bisa saja Keira melarikan diri dari arena pentas dan bersembunyi di salah satu ruang kelas Global.

"Oh, shit! They're coming!" Rafael berseru saat melihat Zein dan yang lain datang. Tak cuma mereka, rombongan murid Pahlawan berbagai tingkat juga mulai berdatangan. Mereka segera membanjiri kawasan SMA Global. Dengan seragam mereka, tentu saja para peserta sayembara Edward semakin kesulitan menemukan Keira.

"Edward, is she your destiny?" Seorang anak menyeret Shella ke depan Edward. "Cute, longhair, Pahlawan's uniform. She's like what you meant before, right?"

Edward memandang Shella. "Yeah, she's cute and pretty but she's not what I mean. Try again. Find her and bring for me!" perintahnya. Anak itu pun mendesah kecewa sambil membiarkan Shella pergi.

Dukkkkk!!!

"Heh, brengsek!" Tiba-tiba seseorang menghantam wajah Edward. "Di mana Keira?"

Edward yang terhuyung coba menahan keseimbangan tubuhnya. Ia mundur lantas menatap siapa yang telah menonjoknya. "Oh, come on Zein. Bisa nggak sih lo bicara baik-baik?" erang Edward sambil memegangi rahangnya.

"Di mana, Keira?" Zein tak menggubris omongannya. Ia justru maju dan mencengkeram kerah Edward dengan begitu garang. Bola matanya yang gelap sampai berkilat-kilat seakan hendak menyala.

"Relax, oke? Gue juga lagi nyari dia. Keira pergi," terang Edward segera. Keganasan Zein rupanya cukup membuat nyali Edward menurun. Zein benar-benar seperti monster kelaparan saat ini.

"Maksud lo apa Keira pergi?" Ryu menyeruak dan mendorong kasar dadanya. "Lo apain Keira?"

Edward tersenyum konyol. "Are you kidding me? Keira bahkan udah lari sebelum gue apa-apain. Lo nggak lihat? Kita semua lagi nyariin dia," ujarnya sok santai.

"Hai, Ryu!" Hellena tiba-tiba datang dari tengah kerumunan. "Gue tahu lo bakal ke sini. Seneng ketemu lo lagi."

Ryu meliriknya aneh. "Lo bukannya lebih seneng ketemu Zein dibanding gue? Kan dia destiny yang lo cari."

Hellena agak salah tingkah saat Zein meliriknya. "No, I was wrong," ia lalu terkekeh. "I think I like you more than him."

Jelas Ryu heran Hellena tak lagi menggoda Zein. Setahunya Hellena adalah cewek yang tak mudah menyerah dalam mengejar cowok. Sesuatu pasti telah terjadi hingga Hellena menyerah secepat ini.

"Jadi di mana Keira? Tadi dia nelpon pakai nomor lo, kan?" Zein bertanya dengan tampang biasa saja.

"Oh, uumhh... I don't know," jawab Hellena tanpa mau menatapnya. "Tadi Keira cuma minta tolong sama gue waktu dikejar Edward. Habis itu dia lari, and everyone are looking for her now."

"Kenapa lo ngejar-ngejar Keira? Kalau dia nggak mau sama lo ya udah jangan maksa!" Milli membentak Edward dengan jengkelnya.

"Gue cuma mau nyelesain urusan sama dia. Gue mau... well, minta maaf terus nganterin dia balik ke sekolahnya. Tapi Keira malah lari."

"Keira nggak mungkin lari kalau lo nggak ngapa-ngapain dia," celetuk Ryu sinis.

"Yeah, I just tried to kiss her but...."

Duuukkk!

Zein kembali mendaratkan tinjunya ke muka Edward karena pengakuan itu.

"You're Jerk, Zein! Gue paling benci kekerasan," gerutu Edward sambil memegangi pipinya yang membiru. "I'm doubt Keira will be fine with you. You're like a monster and Keira looks like an angel. I'm much better to be with her than you."

"Terserah! Sekali lo nyentuh Keira berarti sepuluh kali lo bakal dapat salam dari gue!" ancam Zein sambil memamerkan kepalan tinjunya.

"Edward, mungkin Keira udah keluar dari lingkungan sekolah. Semua anak udah nyerah nyariin dia. Mereka bilang mau nerusin nonton acara. Bintang tamu utama udah mau tampil lagipula," terang Rafael yang semenjak mengawasi orang-orang yang turut serta dalam sayembara.

Edward membuang napas lelah. Ia melihat arena pentas telah kembali dipenuhi anak-anak. Bahkan kali ini lebih ramai karena sudah kedatangan anak-anak SMA Pahlawan. "Yamato mana?" tanya Edward kemudian.

Rafael menggeleng, tapi pertanyaan Edward segera terjawab saat melihat Yamato datang.

"Hi, guys!" sapa anak bermata sipit itu. "Have you found Keira?" Ia bertanya sambil melihat muka-muka asing di depannya.

Rafael justru menatapnya curiga. "It's like you, someone who found her," tudingnya tanpa basa-basi. "Lo sembunyiin Keira di mana?"

"Me? You're just kidding, right?" Yamato malah tertawa. Namun saat sadar semua mata memandangnya, Yamato langsung memasang muka seriusnya. "Come on, I did nothing."

"Zein, kalau lo mau bunuh orang berarti anak Jepang ini adalah sosok yang lo cari," tunjuk Edward setelah mengamati gerak-gerik Yamato.

"Oh, please. Don't kill me!" Cowok bermuka khas Asia Timur itu meringis mendapat sorotan mematikan dari Zein. "This is not serious, right?"

"Di mana Keira?" tanya Zein sambil melototinya.

"Okay, I'm sorry. But she's fine. Gue cuma nolongin Keira dari anak-anak yang memburu dia. Pengumuman Edward bikin Keira dalam bahaya tadi," jelas Yamato akhirnya.

"Lalu di mana Keira sekarang?" Ryu menyela dengan tak sabar.

"Verizone! Verizone! Verizone!"

Seruan para penonton membuat mereka sebentar mengalihkan perhatian ke panggung. Rupanya bintang tamu utama acara perayaan Global Corps adalah Verizone. Tak mengherankan mengingat para personilnya juga tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Global.

"Chaaadddd!"

"Kyle...!"

"David...! David...!"

"Paul...!"

Teriakan cewek-cewek SMA Global dan penonton lain menggema, meriuhkan suasana arena.

"Hey, di mana Keira, Yamato?" seru Edward membuat sekelompok anak tadi kembali fokus pada permasalahan yang tengah dibahas.

"Ehm, oke. Keira..." Yamato tak cepat menjawab. Ia justru tertawa.

"Brengsek! Di mana Keira?" Zein akhirnya menarik kerah Yamato saking tak sabar dan penasarannya.

"Okay, I'm sorry. I'm sorry.... But can't you just relax, man? Keira is okay. Look there!" Yamato melepaskan diri dari Zein lalu mengacungkan telunjuknya ke arah panggung. "She's right there!"

Anak-anak itu pun mengarahkan pandangan ke panggung lagi, di mana para personil Verizone sedang bersiap tampil.

"Are you kidding us?" seru Edward marah. "Itu cuma Verizone. Do you really wanna go to the hell, dude?"

Sementara Yamato nyengir pada Edward, Zein, Ryu, Milli, Alvin serta Oki justru tengah terpana dengan pemandangan di atas panggung. Memang benar di sana adalah Verizone. Empat personil bulenya yang kece sudah siap pentas. Namun lihatlah, seorang cewek berpenampilan rocker juga ada di antara mereka.

Cewek cantik. Berkostum merah hitam dengan rok kotak-kotak pendek dan berenda-renda. Rambutnya yang panjang sedikit dikucir dengan pita merah gelap. Dandanannya seram ala penyanyi rock tapi tetap terlihat manis dengan segala atributnya. Cewek itu juga mengenakan gitar. Sekilas ia terlihat feminim tapi kesannya memanglah sangar.

Anak-anak dari SMA Pahlawan segera mengenali cewek rocker itu sebagai Keira. Si penggebrak suasana dalam pentas seni semester lalu. Mereka tentu kaget Keira bisa tampil di acara Anniversary Global Corps. Terlebih bersama Verizone, sang bintang tamu utama.

"KEEEIIIRAAAA!" Tak tahan lagi, Milli segera berteriak memanggilnya dengan suara lantang. Semua penonton sampai menoleh ke arah Milli. Bahkan para personil Verizone juga. Tapi cewek itu tak peduli. Ia justru melambai-lambaikan tangan pada Keira sambil tersenyum lega.

"What's this?" Edward dan Rafael tampak kebingungan melihat kejadian itu. Begitu pula Hellena.

Dari atas panggung Keira membalas lambaian Milli dengan riang. "Zein!" Ia lalu spontan menyebut nama itu waktu melihat sosoknya berdiri di sebelah Milli. "Ups!" buru-buru Keira menjauh dari mikropon tapi terlambat, semua anak Pahlawan sudah menertawakannya.

Wajah Keira tampak merah menahan malu. Sementara yang dipanggil hanya menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Yamato, lo bisa jelasin sesuatu?" Edward meliriknya di saat kehebohan berlangsung. "Tell me who's that rocky girl!"

"Ooh, can't you see? That girl is your lovely destiny, Ed," Yamato nyengir lagi. "She's so cool. I really like her."

"I can't believe it," Edward mendecak tak percaya.

"This is crazy," gumam Rafael pula. Agaknya ia masih sulit mempercayai kenyataan yang ada. "Gue tadi ketemu dia di back stage. Tapi mana gue tahu kalau itu Keira?"

"Hey, guys!" Chad kemudian berseru dari atas panggung. "Are you ready to rock?" teriaknya menggelegar.

"YEEAAAAHHHH!" sahut semua penonton semangat.

"Are you sure?"

"YEEEAAAAAAAHHHH!"

"So, let's play guys!"