Hari-hari sekolah mulai terasa berat bagi Suzy. Ia mendapati banyak tugas sekolah dan ia memerlukan laptop ataupun komputer untuk membuat berbagai macam makalah maupun essay. Jangankan laptop atau komputer, hp smartphone saja ia di belikan oleh Jihyun yang baik hati.
Sehabis gurunya pergi, ia berfikir untuk mengambil cuti di restaurant dan menghabiskan waktu di warnet. Ia tidak kefikiran bahwa sekolah yang maju membutuhkan teknologi yang maju pula. Mungkin bulan besok ketika mendapatkan gajinya, ia bisa mulai membeli laptop dengan cara menyicil untuk dirinya sendiri. Suzy tidak pernah meminta ini itu kepada Eommanya karena ia tidak ingin Eommanya kesusahan karena sebetulnya Suzy memiliki adik yang sekolah dikampung halamannya di Busan yang tinggal bersama Halmoeni bernama Lee Yoo Jin.
Suzy selesai menelfon bosnya. Ia tidak sadar Jimin mendengarkan obrolannya itu secara diam-diam karena kebetulan memang tempat duduk mereka berdampingan.
Suzy merapihkan barangnya dengan segera. Namun Jimin tetap berada disampingnya. Ia tidak menggubris keberadaan Jimin.
"Lee Suzy... bisakah kita bicara sebentar?", bisiknya karena ia tahu pasti perempuan galak itu masih marah dengannya.
"waeyo?", tanya Suzy singkat.
"kita inikan sering satu rumah", Suzy memelototi Jimin yang langsung merendahkan suaranya, "bagaimana kalau aku meminjamkanmu laptopku? jadi kau tidak perlu mengajukan cuti", ujar Jimin dengan ekspresi yang berusaha terlihat tulus.
"tidak perlu tetapi gomawo. aku akan menghabiskan waktu di warnet untuk satu minggu ini".
"mengapa begitu?", Jimin bingung kenapa Suzy dengan mudahnya menolak.
"karena aku tahu bahwa kau akan meminta imbalan kepadaku", Suzy berdiri, "aku tidak mau berurusan denganmu. Aku pamit", Ia beranjak dari kelas itu dengan hampir berlari.
Suzy bergidik ngeri ketika mengingat ekspresi Jimin tadi. Ia melihat semburat ketulusan tapi ia tahu bahwa Jimin bersikap demikian karena memiliki sesuatu yang ia inginkan.
Suzy menengadah ke langit. Cuaca begitu bagus. Tetapi semenjak bersekolah disini ia tidak memiliki perasaan yang bagus untuk apapun.
Si Young juga beberapa hari ini tidak masuk karena ia bilang sedang berobat. Suzy berharap teman satu-satunya itu baik-baik saja. Ia melanjutkan lagi berjalan sembari mengatur perasaannya.
Langkah terhenti ketika ia mengingat sesuatu mengenai sekolah mewah ini. Kenapa ia harus bersusah payah untuk pergi ke warnet dan menghabiskan uang? kalau sekolah ini memiliki laboratorium komputer. Hanya saja ia belum menemukan dimana itu.
Ia segera membuka maps sekolah dihandphonenya dan mengetik lab komputer. Direction pun muncul, dengan riang Suzy mengikuti arahan dari maps sekolah.
Ia sampai disebuah ruangan yang besar dengan beberapa rak buku mengelilingi ruangan itu. Didepan matanya terdapat banyak sekali laptop berjejer rapih. Sekolah ini tidak memakai komputer melainkan Laptop yang amat bagus.
Ia hanya harus mengisi daftar hadir dan mendapatkan kartu untuk menemukan laptop yang bisa ia pakai beserta internetnya.
"whoaaa.... ini sangat bermanfaat", ujarnya sendiri sangat takjub. Disekolah lamanya hanya memiliki 10 komputer dengan loading yang lama apabila dipakai untuk bermain internet. Sehingga siswa siswi hanya memakai untuk prakter pelajaran komputer.
"anyeong Lee Suzy".
Suzy mencari sumber suara dan menemukan V tepat berada dibelakangnya sedang tersenyum.
"anyeong V. Sedang apa kau disini?", tanya Suzy heran dengan keberadaan V disini bukan di bangtan flowers room.
"aku hanya bosan dan bermain game tapi sssshhhh jangan beritahu siapapun apalagi pak tua didepan sana", V menunjuk penjaga komputer didepan.
Suzy tersenyum, ia paham betul kalau tidak ada yang berani mengomel bangtan flowes disekolah ini, "call!".
Suzy melanjutkan urusannya dan membuka buku catatannya. V berpindah duduk disamping Suzy, mencari tahu apa yang dilakukan perempuan ini.
"wow... kau memang sangat rajin", puji V ketika melihat catatan Suzy sangat rapih dan juga bagus, "Lagi pula deadline tugas kita pun masih lama dan kau sudah mulai mengerjakannya".
"karena aku harus cepat menyelesaikan agar tidak terlalu lama mengambil cuti direstaurant", jawab Suzy seadanya.
"jadi kau berniat pulang malam disini?", tanya V dan ia merasa sedikit cemas.
Suzy mengangguk, "iya untuk seminggu ini", jawabnya, "aku bersyukur sekali sekolah ini memiliki segala macam fasilitas gratis", Ia sangat senang bisa mengerjakan tanpa menggukana uangnya.
V mengusap kepala Suzy, ia memiliki perasaan yang baik ketika Suzy sangat bersyukur seperti itu. Karena sudah lama ia tidak melihat perempuan seperti Suzy disini.
Suzy terkejut dan tersenyum kaku karena usapan tangan V ke kepalanya. Ia bisa merasakan tangan lelaki itu sangatlah lembut dan juga harum.
V menarik tangannya dan tersenyum, ia melanjutkan gamenya ditempatnya yang semula. Suzy menghela nafas dan memulai melakukan pekerjaannya.
Jimin sudah menunggu Suzy pulang hampir 2 jam dikursi halaman depan rumahnya. Ia tiba-tiba merasa khawatir kepada Suzy yang belum pulang padahal sudah malam seperti ini.
Jimin masih mengenakan baju perginya karena tadi ia kembali melakukan pemotretan solo untuk sebuah majalah. Ia belum menghapus make upnya dan juga tidak memakai mantel. Bahkan ia merasa tidak kedinginan. Matanya terus menatap gerbang masuk.
Suzy berjalan memasuki halaman rumah Madam Jane. Rumah ini memiliki jarak yang lebih dekat dari sekolah sehingga ia dan Eomma sudah setuju agar Suzy pulang kerumah ini dan akan gantian menginap ketika weekend.
Suzy memicingkan matanya melihat sesosok yang ia tidak harapkan sedang mondar-mandir seperti menunggu kedatangan seseorang. Ia melanjutkan langkahnya.
Jimin melihat sosok yang ia tunggu-tunggu, "apa harus pulang semalam ini?", tanya Jimin tanpa menyapa.
Suzy menghentikan langkahnya dan terkejut mendengar Jimin, "ada apa sih? kenapa kau selalu ikut campur?".
"karena ... karena kau belum merapihkan kamar tidurku, belum menyiapkan makan malamku, belum menemukan game basketku, belum .... masih banyak pekerjaan yang belum kau lakukan hari ini. kau masih ingat hubungan kita dirumah inikan?".
Suzy mengangguk, "iya maaf Tuan Jimin. Aku akan melanjutkan pekerjaanku".
Jimin tersenyum dan merasakan kemenangan, "baiklah. ku tunggu kau dikamar", mereka berdua saling pandang dengan pandangan kaku, "maksudku ku tunggu kau. ya pokoknya begitulah. Aku duluan", Jimin bergegas meninggalkan Suzy.
"ada apa sih dengan kepala gulali itu? sebentar-sebentar dia baik, nanti dia galak, nanti dia sok imut. ah sudahlah ... bisa gila aku memikirkannya", Suzy mengoceh sembari menuju ruangannya.
Setelah ia sudah mandi dan juga rapih, ia pun beranjak untuk ke kamar Jimin. Saat dia mengetuk pintu dan sampai dikamar, Tuan Muda itu sedang asyik berkaca dengan menggonta-ganti pakaiannya, Ia melempar baju-baju atau celana yang tidak jadi ia gunakan kemanapun sehingga kamar ini terlihat seperti gudang penyimpanan baju.
"akhirnya kau datang juga Lee Suzy", ucap Jimin kembali melempar setelan kemeja hitam dan celananya ke sembaranh tempat.
"apa kau ingin pergi Tuan Muda?", tanya Suzy sembari berusaha mengatur nafasnya.
Jimin mengangguk dan ia duduk disofa hitamnya yang sangat nyaman, Ia mengangkat kakinya kemeja dan merentangkan tangannya, "tidak hari ini. Tapi aku harus mencoba semuanya untuk tau yang mana yang cocok. Tapi aku harus membeli yang baru karena semuanya sudah terlihat usang".
Suzy menengok ke arah baju-baju itu berantakan dan ia tidak menemukan satu bajupun yang sudha usang. Ia hanya menghela nafas dan memulai memungutinya satu per satu.
"oh ya, besok sehabis kau ke warnet, kau harus menemaniku belanja baju baru itu. aku butuh seseorang yang menolongku".
Suzy sedang berusaha mengangkat baju-baju itu dengan kedua tangannya, ia menaruh semua baju itu dikarpet Jimin, "apa? kaukan memiliki stylist dan designer. Untuk apa kau belanja dan mengajakku ikut bersamamu?".
Jimin berdecak, "wah wah sekarang kau sangat tidak patuh terhadap Tuan Mudamu ya", ujar Jimin dengan wajahnya yang sangat menantang Suzy.
Suzy merasa salah, "baiklah. tapi aku akan pulanh seperti jam tadi. tidak masalah?".
"its okay. Mereka akan tetap memberikan service terbaik sekalipun tengah malam karena kedatanganku", kata Jimin dengan sombongnya.
Suzy melanjutkan pekerjaannya membuat Jimin tersenyum bangga akan dirinya sendiri. Kenapa dari awal ia tidak melakukan hal-hal yang bisa dia lakukan? haha.
Butuh waktu satu jam merapihkan kamar Jimin. Bahkan Jimin sudah tertidur dengan manis dikasurnya. Suzy keluar dari kamar Jimin. Ketika ia sedang didapur untuk minum, ia bertemu dengan Ahjumma yang menjadi assisten dirumah ini juga.
"apa yang kau lakukan disini Suzy? mengapa kau terlihat lelah?", tanyanya dengan rasa perhatian.
"aku membereskan kamar Tuan Jimin yang sangat berantakan Ahjumma".
"apa? belum lama sejak aku membereskan dengan sangat amat rapih sebelum kau pulang", ujar Ahjumma terkejut, "aku yang membereskan kamarnya".
apa? kau memang kepala gulali menyebalkan PARK JIMIN!!!!, kesal Suzy didalam hati
***
Akhirnya Si Young sudah kembali sehat. Ia menghampiri Suzy dikelasnya namun kelas itu kosong. Ia mencari-cari Suzy namun tidak dapat menemukannya dikantin, perpustakaan, maupun lab komputer.
Ia mengurungkan niatnya menemukan Suzy dan ia pun pergi menuju ruang ekskul musik dimana ia akan memulai untuk bergabung.
Si Young menghentikan langkahnya untuk masuk kedalam ruangan itu karena ia mendengarkan lagu alunan yang sudah sangat menjadi ciri khas Suga yang sangat tidak ingin diganggu ketika berlatih piano. Namun ia sadar bahwa ruangan itu tidak tertutup sepertinya biasanya. Dengan hati-hati Si Young menengok kedalam ruangan itu. Matanya yang tajam langsung menangkap sosok perempuan yang sangat tidak asing sedang duduk disamping Suga dan menikmati alunan musik itu.
Si Young sangat terkejut. Ia tidak percaya, Suga mau duduk disamping Lee Suzy? Mengapa perhatian Bangtan Flowers jatuh untuk Suzy?
Ia merasa sangat marah dan berlari dengan cepat.
***
Lee Suzy sedang menunggu Toppoki yang Si Young sedang pesan. Toppoki dikantin sekolah ini sangatlah juara.
"aaaaa!!!"
Lee Suzy terperanjat mendengar suara teriakan Si Young. Ia langsung menghampiri Si Young yang sudah jatuh tersungkur dihadapan Park Jimin dan ia terhenti karena melihat baju lelaki itu tersiram Toppoki yang merah dan masih panas. Bangtan yang lain hanya terkejut dan terpaku akan apa yang ada didepan mata mereka.
Si Young mencoba untuk mencari kain lap dan menyeka saus itu namun Jimin mendorongnya hingga terjatuh lagi dan melempar kain lap kearahnya. Lee Suzy mendidih melihat hal itu.
"HEEIIII!!!! APA KAU SUDAH GILA?", teriak Lee Suzy sangat menggelegar, kini ia tidak peduli apapun yang akan dikatakan padanya.
"aku? atau temanmu si stalker gila ini yang sudah tidak waras. Ia sengaja menumpahkan semua ini kepadaku", rahang Jimin mengeras dengan tatapan tajam menusuk Si Young yang sekarang menangis.
Si Young berlutut, "sungguh aku tidak sengaja. Maafkan aku Jimin, aku sangat menyesal", isak tangisnya pecah.
"apa kau ini, jelas-jelas kau sudah melihatku datang kearah sini dan kau tetap lari ke arahku. INI YANG KAU SEBUT TEMAN LEE SUZY?".
Suzy sudah tidak tahan dengan kelakuan Jimin, Ia menarik tangan Jimin dan melakukan bantingan judo, membuat Jimin terlentang, ia terkejut sekaligus sakit. Lee Suzy tidak melakukan yang membuatnya cidera tapi bagi Suzy, dia pantas dipermalukan atas sifatnya yang sangat tidak memiliki toleransi.
Jimin terkejut dan begitu juga dengan semua orang dikantin. Lee Suzy menarik Si Young dan pergi meninggalkan Jimin yang berusaha berdiri dibantu dengan RM. Ia memang tidak merasa begitu sakit namun Jimin sangat merasa begitu sedih serta malu.
Bangtan Flowers sangat tidak percaya bahwa Suzy tidak mempercayai kebenaran itu.