webnovel

Pertemuan Kedua

Rexford Mackenzie bukan hanya ranjang yang berderit maka dijuluki lelaki penggoda, tapi juga berapa banyak wanita yang pernah ada di pelukannya. Tapi, siapa sangka jika Rex dulu gendut dan jelek, tukang makan.

Pada akhirnya Rex menyadari jika wanita hanya menyukai dua hal di dunia ini, uang dan gairah. Devil prince julukan dari para wanita yang pernah menghangatkan ranjangnya. Memiliki tangan hangat namun hati yang dingin.

Cinta pertama Rex seperti kutukan membenci juga menyayangi secara bersamaan. Seorang model cantik yang kini telah memiliki keluarga, Rex masih belum bisa berpaling dari wanita itu hingga saat ini menjadikan dia laki-laki yang tidak ingin memiliki keluarga juga tidak percaya yang namanya cinta.

Lalu bagaimana Rex tahu jika ia jatuh cinta, Rex akan mengabaikan jika hatinya bergetar.

Rex pernah menjadi budak cinta yang ternyata hanya dianggap teman baik oleh wanita itu, Rex patah dan tidak ingin kembali mengenal apa itu rasa yang orang lain katakan, itu cinta.

Mata biru itu sedang ada di sebuah klub malam mencari mangsa favorit tentu saja tidak sembarangan wanita yang dipilih, bukan wanita murahan yang bisa didapatkan dengan mudah wanita itu harus memiliki segi yang menonjol yang pantas menemani malamnya.

"Room!" kata Javier, dengan dentuman musik.

"Okay!" tangan Rex terangkat. Ia masih bersama seorang wanita yang diincar malam ini, sekali puji lagi Rex yakin wanita bergaun merah itu akan berbalik memujanya.

Sesaat Rex diam, wanita di sampingnya merasa kehilangan hasrat yang telah dipancing lewat sentuhan-sentuhan kecil pada kulitnya. "Apa yang kau pikirkan? Sampai melupakan aku yang masih ada." Wanita itu masih dalam rangkulan Rex.

"Nothing." Rex menempelkan bibir gelas dingin itu pada paha wanitanya.

"Dingin, Mr. Rex." 

Rex tersenyum simpul. Wanita itu mulai menggoda dari suaranya, bahkan hanya gelas yang Rex sentuhkan telah mampu membuat wanita itu merengek manja.  

"Kau ingin sesuatu yang lebih?" bisikan itu Rex lakukan agar wanita itu merasakan hawa panas napasnya dengan sedikit kecupan tipis menggoda. 

Wanita itu balas berbisik. "Kau menggodaku? Kita lihat siapa yang lebih dulu menyerah?" netra wanita itu berkabut, sangat mudah bagi Rex mengetahui, wanita sangat suka dicumbu merasa diinginkan.

"Kita masuk, di sini terlalu berisik, aku ingin yang lebih nyaman." Rex melingkarkan tangan di pinggul wanita bergaun merah itu, pinggulnya bak gitar Spanyol tapi jelas itu kepintaran dokter. Rex hanya tersenyum miring untuknya tidaklah masalah, memperindah tubuh wanita dengan bantuan apapun yang penting ia wanita asli bukan ciptaan dokter.

Ada Javier di dalam ruangan itu dengan dua orang wanita yang sedang memulai pemanasan. 

Di luar club Biyan dan Yona ada. "Kau siap?" tanya Yona

Biyan ragu-ragu lantas mengangguk. 

"Tenang saja kita hanya menemani mereka minum, biar aku yang minum. Kau harus tetap waras agar bisa membawaku pulang." Yona tertawa terbahak. Besok hari libur, keduanya akan menghabiskan malam menemani para lelaki yang bosan pada istrinya di rumah. Bukan menemani tidur hanya menemani minum, kecuali ada perubahan Yona akan memikirkan jika tawaran bagus.

Biya sendiri sudah mengatakan pada Yona ia tidak mau sampai ada acara menginap di hotel apa lagi pesta seks. 

"Ayo, menyanyi bersama kami." Biyan diajak berdiri dengan canggung ia mengikuti lantas bergerak seadanya.

Yona sendiri sangat menikmati menemani lelaki lain bernyanyi juga menari terkadang menerima gelas berisi alkohol, Yona sudah terbiasa hidup seperti itu, menurutnya bahkan jauh lebih baik dibanding ia kelaparan seperti dulu saat kecil. 

Yona dibesarkan di panti asuhan, jika panti sedang banyak donatur mereka terasa bernafas lega, namun jika donatur tidak juga datang mereka harus menahan lapar.

Sama seperti Biyan, Yona sudah menjalankan semua pekerjaan bahkan pada saat ia masih kecil, tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang. Beranjak remaja kecantikan Yona sering mengundang anak laki-laki. Dari sana Yona mulai meminta uang jajan yang paling besar minta dibelikan tas atau sepatu. 

Waktu terus berjalan Yona remaja yang dipaksa dewasa sebelum waktunya mulai menjajah pada pria dewasa. Pertama kali mendapatkan uang hanya untuk menemani jalan-jalan Yona sampai tidak berkedip. 

Seiring waktu gadis remaja itu semakin berani, berpegangan bahkan berciuman. Jika lelaki itu menyentuh bagian pada tubuh Yona maka ia akan meminta uang lebih banyak. Yona bisa membeli ponsel, juga bisa meringankan ibu panti sampai saat ini ia masih membantu panti.

Yona mungkin dipandang wanita nakal, tetapi kenakalan nya tidak pernah mengajak orang lain, hanya pada Biyan ia mengajak itupun tidak memaksa karena keduanya hampi berada di nasib yang sama.

Lelaki yang ditemani menyanyi mulai mabuk dan mulai memegang seenaknya pada tubuh Biyan. Yona yang membela. "Maaf, Tuan. Perjanjian kami hanya menemani bernyanyi, tidak untuk memegang area sensitif."

"Wanita jalang! Kau berani melawanku?! Buka bajumu aku tiduri kalian di sini biar disaksikan semua orang!" Semuanya tertawa.

"Kalau begitu bayar aku lebih, akan aku puaskan apa maumu! Tidak, tidak untuk apa lagi karena jam kami sudah selesai aku permisi." Yona menarik Biyan hendak keluar. Kepalanya sudah berat 

Salah satu lelaki yang mabuk tadi menarik rambutnya. Yona mengaduh kesakitan, mencoba melawan sampai pintu dan ia terjatuh bersama Biyan.

Rex dan javier baru saja keluar dari ruangannya, melihat keributan itu. "Wwooo! Tenang kawan malulah pada jenis kelamin." Ujar javier jenaka menahan tangan lelaki itu yang hendak memukul Yona.

Rex awalnya tidak peduli tapi melihat wajah Biyan ia mengingat sesuatu.

"Tidak usah ikut campur, mereka  jalang yang kami sewa."

"Bohong, aku hanya menemnai mereka bernyanyi, tapi mereka mencoba melecehkan kami," sangkal Yona.

"Lihat! Naona ini sudah mengatakan, kalian yang tidak memiliki uang malah ingin lebih." Javier  menepuk dada lelaki itu berulang kali. "Lain kali sediakan uang lebih banyak jika ingin ditemani wanita-wanita secantik mereka," puji Javier. Dia paling tidak suka ada yang merendahkan profesi orang lain, sekalipun wanita penghibur. Jika tidak ada mereka Javier tidak akan merasakan surga dunia.

Berbeda dengan Javier, Rex malah terus melihat Biyan terutama mata bulat jernihnya juga bibir tipis yang malam itu begitu lembut juga perlahan membelai bibirnya.

Biyan heran sendiri melihat paman tinggi dihadapannya melihatnya seperti itu, Biyan mengalihkan tatapannya. Rex malah sebaliknya terkunci oleh wanita muda itu ada apa ini?

Keributan bisa diselesaikan Yona mengucapkan terima kasih pada Javier. "Terima kasih, Tuan." Lantas Yona berlalu menarik pergelangan tangan Biyan, sesaat Biyan masih melihat Rex. Biyan kembali berjalan cepat meninggalkan tatapan lelaki dewasa yang tidak dikenal.

Yona terus marah-marah sambil berjalan menuju mobilnya. "Harusnya aku tidak menerima tawaran tadi karena mereka mabuk. Bii, kau harus tahu bedanya orang kaya mabuk dengan orang yang sok kaya seperti mereka tadi. Orang kaya mabuk akan terlihat tenang."