webnovel

Chapter 18~ Treat

~Rafael~

Hari ini mom akan datang dan itu artinya besok aku akan menerima hasil raport. Selama menunggu pembagian raport kami mengadakan pertandingan antar kelas.

Saat ini kami sedang menunggu giliran untuk bertanding basket. Pertandingan hari ini adalah basket dan juga catur.

Basket putri dari kelas kami sudah tersingkir di perempat final kemarin. Mereka kalah saat melawan kakak kelas XI. Menurutku anak kelas perempuan kami cukup handal dalam olah raga kecuali Andrea tentunya. Sejak dari tadi dia duduk bersama Kyla dan hanya menjadi penonton saja.

Saat ini kami sedang menyaksikan pertandingan antara kelas X IPA 2 dengan X IPS 3, dan siapa pun yang menang diantara mereka akan bertanding melawan kelas kami X IPA 1. Kami sedang duduk di tangga yang ada di samping lapangan sekolah kami.

"Kalian nanti harus menang ya!" Kata Kyla bersemangat dan diikuti oleh anggukan kepala dari Andrea yang tak kalah bersemangatnya.

"Kamu kan gak sekelas sama kita. Sama aja kayak dukung lawan." Komentar Aldo.

"Kila emang bodo, Do!" Ledek Alex.

"Apaan sih. Aku semangatin protes! Ya udah, Drea kita pergi!" Gerutu Kyla beranjak pergi sambil menarik tangan Drea untuk pergi dari sini.

"Yah Kyla jahat! Jangan bawa temen aku pergi...." Keluh Tio sambil menarik tangan Andrea. Drea pun tertawa pelan melihat dirinya yang diperebutkan seperti itu.

"Hei! Nanti tangan aku putus." Seru Drea sambil tertawa sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman mereka.

"Rev hari ini mamah kamu datang dari Jerman kan?" Tanya Aldo tanpa mempedulikan Kyla dan Tio yang sedang berdebat.

"Mamah kamu datang dari Jerman Raf?" Tanya Drea bersemangat sambil duduk di sebelahku.

"Rencananya sih begitu. Namun aku tidak tahu jam berapa mamah datangnya." Jawabku sambil menatap muka Andrea.

"Wih.. Natalan sekeluarga nih." Seru Alex. Aku pun menjawabnya dengan anggukan dan juga senyum di wajahku.

"Aku penasaran sama mamahnya Revan." Seru Kyla yang tiba-tiba masuk perbincangan kita dan duduk kembali di tempatnya semula. Sementara Tio duduk di belakang Kyla sambil mengejeknya dari belakang. Aku dan Andrea yang melihat itu hanya bisa berpandangan sambil menahan tawa.

"Kalau kamu beruntung, kamu bisa melihat mamah aku besok." Kataku.

"Besok mamah kamu yang mengambil raport Rev?" Tanya Tio, dan aku hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Berarti kami dapat bertemu dan melihat orangtuamu Raf." Seru Drea senang.

"Sebegitu senangnya kamu bertemu dengan orangtuaku?" Tanyaku penasaran kepadanya.

"Aku sangat-sangat penasaran seperti apa rupa orangtua kalian. Aku sudah melihat mama Kyla dan papa Alex. Namun aku belum pernah bertemu dengan mama dan papa kamu, Tio dan juga Aldo." Tuturnya.

"Besok siapa yang mengambil raport kalian?" Tanyaku kepada teman-teman.

"Sepertinya mami yang akan mengambilnya." Jawab Tio.

"Aku tidak tahu apa papah bisa mengambil raport untukku." Kata Alex dengan muka yang terlihat kecewa.

"Aku yakin papahmu pasti akan menyempatkan diri untuk mengambilnya. Lagiankan kamu anak kesayangannya." Kata Kyla menghibur Alex, dia pun membalasnya dengan senyum manis walaupun aku masih dapat melihat sorot ketidakyakinan di matanya.

"Kakak yang akan mengambiil raportku." Seru Aldo.

"Benarkah? Orangtuamu kemana Do?" Tanya Drea.

"Mama sedang sibuk di rumah sakit dan papah sedang ada di luar kota untuk menghadiri seminar."

"Kalau kamu sendiri Dre?" Tanyaku.

"Kalau aku, sepertinya kedua orangtuaku akan datang. Mereka tidak mau melewatkan pembagian raportku." Katanya sambil tersenyum.

"Sepertinya kita akan melawan kelasmu Kyl." Seru Alex tiba-tiba. Secara otomatis kami serempak menengok ke arah lapangan. Benar saja selisih poin 34 dengan 38 , dengan sisa waktu tinggal 2 menit lagi.

"Walaupun seperti itu aku akan tetap mendukung kalian!" Seru Kyla.

"Kau ini bodoh atau apa." Ledek Alex.

"Aku ini tidak bodoh. Lagian aku akan lebih untung bila mendukung kalian. Kalau kalian menang, kalian harus mentraktirku!" Serunya sambil tertawa.

"Setuju!" Sahut Drea.

"Kita bisa bangkrut nih!" Seru Tio.

"Kau ini pelit sekali sih!" Gerutu Kyla.

"Aku tidak pelit, aku hanya menghemat uang." Katanya membela diri.

"Sudahlah. Sebaiknya kita bersiap sekarang." Sela Aldo sambil berdiri. Aku pun mengikutinya dan kita berjalan mendahului Alex dan Tio untuk berkumpul bersama teman-teman se-tim kami.

Setelah menunggu cukup lama untuk bersiap-siap, akhirnya kita memasuki lapangan berserta dengan kelas X IPS 3. Aku menduduki posisi center sementara Alex menjadi point guard dan Aldo sebagai ace. Tio duduk di bangku cadangan karena sebenarnya dia tidak mengikuti ekskul basket dan tidak terlalu jago dalam hal ini.

Pertandingan pun dimulai dan kami menempati posisi kami masing-masing. Karena ukuran tubuhku yang lebih tinggi dari pada yang lain aku di tempatkan sebagai center. Aku mulai berjalan ke bawah ring dan siap-siap berjaga di sana, semenara teman-temanku mulai maju dan menyerang.

Posisi center bisa dibilang sama dengan penjaga gawang dalam permainan sepak bola. Aku diharuskan untuk memblok setiap shooting yang dilontarkan oleh tim lawan. Selain itu aku juga dapat menjaga setiap lawan dalam pertarungan satu lawan satu. Basket memang olah raga yang paling kusukai sejak kecil dan aku cukup handal dalam melakukannya.

Quater pertama baru saja selesai dan kami diberikan waktu istirahat selama lima menit. Pertandingan di sini diperpendek menjadi dua quater, tidak seperti pertandingan resmi yang terdiri dari empat quater.

"Nih minumnya.." Seru Drea sambil memberikan air mineral kepadaku dan juga Aldo, sementara Kyla memberikan air mineral kepada Alex. Aku pun mengambilnya secara suka rela dan segela membukanya dan menegak habis isinya.

"Kalian tadi keren.." Puji Kyla.

"Pertandingan ini melelahkan sekali, ya?" Tanya Drea kepadaku. Aku pun mengaggukan kepalaku dan segera duduk di sebelahnya.

"Kau sangat berkeringat Raf.." Serunya sambil memberikan handuk kecil yang entah dia dapat dari mana.

"Kelasmu hebat Kyl.. Aku sangat kesulitan melawan ace mereka." Komentarku.

"Arkan memang hebat dalam olahraga. Dia juga menjadi ketua kelas kami." Sahut Kyla memuji Arkan ace tim basket mereka.

"Point kalian berbeda tipis dengan mereka. 14-17. Kalian harus waspada." Seru Tio.

"Tentu saja, lagian kitakan memiliki center yang hebat." Puji Aldo kepadaku. Peluit pun dibunyikan dan kita pun mulai melanjutkan pertandingan.

"Fighting!" Teriak Kyla dan Drea secara bersamaan kepada kami. Semangatku meningkat mengingat ada orang-orang yang mendukungku, terutama fakta bahwa dirinya mendukungku membuatku ingin mempersembahkan kemenangan ini kepadanya. Walaupun ini bukanlah pertandingan besar, namun tetap saja aku mau melakukan yang terbaik untuk dirinya.

Kami pun memenangkan pertandingan dengan score 43-44. Rekor yang bagus untuk kupersembahkan. Seluruh kelas memberi selamat kepada kami karena telah berhasil memenangkan juara satu. Sejujurnya lawan di sekolah ini tidak terlalu sulit karena murid-murid yang mengikuti ekskul basket hanyalah sedikit.

"Kerja bagus guys!" Seru Tio sambil menepuk bahu kami. Aku pun tersenyum bangga mendengar pujian Tio.

"Ya... Lawan yang cukup berat." Komentar Aldo.

"Kelasmu cukup tangguh juga Kil." Komentar Alex sambil duduk di sebelah Kyla dan menyandarkan dirinya di pungung Kyla. Sementara aku berdiri mengamati mereka.

"Kau berat dan berkeringat Lex.." Gerutu Kyla.

"Biarkan aku seperti ini. Aku lelah dan merasa nyaman."

"Dasar lemah!" Ejek Kyla.

"Modus itu, Kyl." Ledekku dan dibalas dengan tawa dari teman-temanku yang lain.

"Kalau iri bilang aja Rev jangan munafik kayak gitu." Kata Alex meledekku balik. Aku hanya tertawa menanggapinya karena sejujurnya aku memang sedikit iri dengan mereka. Walaupun hubungan mereka masih tidak jelas tapi mereka saling mengetahui perasaan masing-masing. Sementara aku dan Drea, aku tidak tahu bagaimana perasaanya kepadaku.

"Raf.. Dari tadi handphonemu terus berbunyi. Aku tidak berani untuk mengangkatnya." Sahut Drea sambil menyerahkan handphoneku.

"Thanks." Sahutku sambil mengambil handphoneku dari tangan kecilnya. Benar saja ada 10 miss call dari mamah. Aku pun menghela nafas kasar.

"Kenapa Raf?" Tanya Drea yang selama ini memperhatikanku sementara teman-teman yang lain sibuk mengobrol masing-masing.

"Sepertinya mom sudah sampai, dia terus menerus menelphoneku." Tuturku sambil mencoba menelphone kembali.

"Where are you?!" Teriak mamah dari seberang sana. Aku langsung menjauhkan handphoneku dari telinga karena suara mamah yang sangat keras tersebut. Andrea yang memperhatikan hal itu terkekeh pelan kepadaku, aku langsung tersenyum melihatnya yang tertawa seperti itu.

"Geezz...Mom! I'm still in school!" Gerutuku kepadanya. Lagi-lagi Drea hanya tertawa pelan melihatku.

"I'm sorry son... I forgot that your school is not the same like in Australia." Serunya sambil tertawa pelan. Aku hanya mendecakkan lidah kesal.

"Mamah udah ada di apatermen. Nanti selesai sekolah cepat pulang." Lanjutnya lagi.

"Iya-iya..." Seruku dan langsung memutuskan telphone secara sepihak.

"Mamamu pasti marah-marah ya.." Seru Andrea saat aku pun duduk di sampingnya.

"Mamah selalu begitu, dirinya kadang-kadang sangat cerewet." Seruku sambil terkekeh mengingat-ngingat mamah yang kadang-kadang cerewet kepadaku.

"Sepertinya semua mama di dunia ini pasti khawatir kepada anaknya.." Katanya, aku hanya menganggukan kepalaku sambil tertawa pelan.

"Kalian mau ikut?" Tanya Aldo kepada kami.

"Kemana?" Tanya kami secara bersamaan.

"Tentu saja traktiran!" Seru Kyla bahagia.

"Aku tidak ikut." Seruku secara langsung mengingat aku harus pulang cepat hari ini.

"Yah... Tidak seru!" Gerutu Tio.

"Tidak seru atau tidak ada yang akan bayar." Kata Alex jahil.

"Dua-duanya." Seru Tio jujur. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku melihat kelakuan mereka.

"Kenapa kau tidak bisa ikut?" Tanya Aldo.

"Mamahnya sudah sampai. Iya kan Raf?" Jawab Andrea mendahuluiku. Aku hanya tersenyum karena dia benar-benar memperhatikan percakapanku dengan mamah.

"Iya. Mamah sudah ada di apatermen. Dia akan mengamuk bila dia tahu aku bermain bersama kalian dan bukannya pulang." Seruku sambil menghela nafas kesal.

"Bagaimana kalau kita juga undang mamahnya?" Usul Kyla.

"Ide bagus!" Seru Tio senang.

"Memangnya mamahmu bisa datang?" Tanya Drea kepadaku.

"Entah tapi sepertinya dia bisa. Dia akan bersemangat jika aku memberitahukan hal ini kepadanya."

"Kalau begitu tunggu apa lagi hubungi dia sekarang." Seru Kyla tidak sabar.

"Iya..Iya..." Seruku sambil mengeluarkan handphoneku dan menelphone mamah dengan malasnya.

"Ada apa Rev?" Tanya mamah. Sepertinya dia sedang membereskan kopernya karena aku dapat mendengar suara berisik dari seberang sana.

"Teman-temanku akan makan bersama dan mereka mengajakku ikut." Kataku.

"Apakah mamah boleh ikut?" Kata mamah memutuskan perkataanku. See? Like I thought, she would excited about this.

"Mereka juga mengundang mamah." Seruku.

"Okay kirimkan alamat cafenya dan mamah akan ke sana tak lama lagi." Serunya dan langsung memutuskan telphone secara sepihak.

"Bagaimana?" Tanya Drea. Dia terlihat sedikit khawatir saat ini.

"Seperti yang kuduga dia langsung segera bergegas untuk ikut." Jawabku dan Drea menghela nafas lega dan menganggukan kepalanya.

"Kita akan makan di mana?" Tanyaku.

"Bagaimana dengan kafe tempat biasa tempat kita kumpul?" Usul Alex.

"Boleh saja. Tapi apa kalian tidak bosan?" Tanya Drea.

"Kalau kau ingin ke tempat lain boleh saja Drea." Seruku. Aku segera menyesal karena telah berkata itu kepadanya. Aku telah berkata seakan dia tidak menyukai ide Alex dan aku yakin itu pasti mengganggunya.

"Bukan!.... Bukan itu maksudku. Aku hanya..." Serunya putus-putus. Aku dapat merasakan kalau dirinya sedikit ketakutan sekarang. Dugaanku benar!

"Its okay... We aren't judge you." Bisikku kepadanya sambil menaruh tanganku di pundaknya dan mengelus tangannya. Aku harus hati-hati dalam memilih kata untuk Drea, jika tidak dia bisa salah paham seperti ini.

"Sorry." Dia berkata tanpa suara, aku hanya tersenyum kepadanya.

"So I think we should go to another place." Sahutku kepada yang lain dan mereka pun menyetujui omonganku.

Kami pun akhirnya pergi menuju salah satu kafe yang lumayan jauh dari sekolah, aku bahkan tidak tahu nama kafe ini apa. Setelah memberi alamat kafe ini melalui gps, kami langsung memesan makanan tanpa menunggu mamah.

"Kalian benar tidak mau menunggu mamahnya Rafa?" Tanya Andrea tidak yakin. Aku sedikit tersanjung karena dia peduli dengan mamah sementara aku sendiri tidak terlalu mempedulikannya karena aku benar-benar sudah lapar. Pertandingan basket tadi sangat menguras tenagaku.

"Drea benar. Tidak sopan jika memesan makanan duluan." Kata Aldo membela Drea.

"I'm alredy starving!" Gerutuku. Pada akhirnya kami pun memesan makanan duluan, tentu saja setelah aku meyakinkan mereka. Setelah menunggu cukup lama akhirnya makanan pun datang, namun mamah tetap saja belum datang.

"Mamahmu beneran akan datang kan Rev?" Tanya Kyla dan aku menjawabnya dengan mengedikan bahuku. Mulutku terlalu sibuk untuk berbicara sekarang.

"Revan! I'm looking for you and you eating here?! You are really a j*rk!" Seru mamah secara tiba-tiba dari belakangku. Aku memutarkan bola mataku begitu mendengar gerutuan mamah yang seperti itu dan tetap melanjutkan acara makanku tanpa berbalik untuk menyambut mamah. Sementara teman-temanku memandang ke arah mamah dengan pandangan heran dan juga mulut mereka yang terbuka lebar. Tanpa menunggu jawabanku mamah langsung duduk diantaraku dan juga Andrea.

"Geez mom! Can you seat in another place?" Tanyaku kesal.

"Look at you! You're more taller than before and your skin is darker." Komentar mamah tanpa menjawab pertanyaanku.

"Mom can you see that you're in the middle of my friends." Kataku secara sarkastik. Sementara Drea dan Alex tertawa pelan.

"Oh! Halo kalian." Seru mamah sambil tertawa pelan.

"Halo tante..." Sapa Kyla dan Tio bersama secara antusias.

"You guys is so cute.." Puji mamah kepada Tio dan juga Kyla. Aku hanya terkekeh pelan mendengarnya.

"Tante cantik dan keliatan masih muda. Kalau tadi tante tidak menyebut Revan anak, aku pasti akan mengira tante adalah kakak Revan." Goda Tio. Anak yang satu ini benar-benar tidak mempedulikan umur, selama dia cewek pasti akan digodanya.

"Kau terlalu berlebihan Yo!" Seruku kesal. Mamah dan yang lainnya hanya tertawa mendengar komentarku.

"So... Can you guys tell me your name?" Tanya mamah dengan nadanya yang dibuat-buat itu.

"Aku Tio!" Serunya.

"Alex." Seru Alex dengan nada malasnya.

"Saya Aldo." Seperti biasa Aldo selalu sopan.

"Kyla!" Seru Kyla bersemangat. Setelah Kyla berkenalan semua orang pun memandang Drea. Aku tersenyum melihatnya yang gugup seperti itu.

"A..Aku Andrea.." Serunya dengan gugup. Mamah yang melihat itu hanya tersenyum gemas.

"Oh My Gosh you are so cuteee..." Seru mamah sambil mencubit pipi Drea.

"Mom you make her scared!"Protesku sambil tertawa.

"Sorry dear...." Seru mamah kepada Drea sambil tersenyum manis. Andrea pun hanya menganggukan kepalanya sambil menangguk.

'Revan she's so cute you must date her!' Bisik mamah kepadaku. Aku hanya tertawa pelan mendengar ucapan mamah. Mamah memang benar-benar mengetahui tipeku.

'Of course I want to be her boyfriend but is hard to get her." Akuku, mamah pun terpekik senang akibat perkataanku. Geez.. Why my mom is not like another mom.

Kami pun melanjutkan aktifitas makan kami dan mamah pun memindahkan kursinya di sebelah Aldo sehingga aku bisa kembali duduk berdekatan dengannya. My mom is the best person but just for now!