" boss, kayaknya gue kenal deh sama Aurora" ungkap Ariel yang duduk paling pojok. kemudian cowok itu mendekatkan diri dengan dion. Ariel menceritakan yang ia tahu tentang Aurora kepada Dion.
Dion tampak minat dengan antusiasme Ariel.
" kita se-SMP. kayaknya Lo memang harus hati hati sama Aurora. bukan cuma jago karate, mulutnya juga pedes co*k, mengandung pisau, mengiris hati,ntar" ucap Ariel yang terdengar seperti tengah meragukan kekuatan dan kekuasaan seorang Dion.
" ngomong apa sih" ketus cowok itu.
"dulu, waktu SMP. dia pernah berantem sama anak geng kayak kita. tapi, dulu tampang nya kayak cowok, gue sempet kira dia itu memang cowok soalnya rambutnya pendek. terus, berkelahi nya jago puol!" kata Ariel dengan di acungkannya jempol.
"hah, bisa gitu?" Dion tampak mengulas lebih dalam karena mulai penasaran, entah benar atau tidak, dengarkan saja.
"iya boss, gue juga sempat berantem ma dia. habis di ngatain di banting pula sampe pala gue berdarah dan gue dibawa kerumah sakit. itu terakhir kali nya gue berurusan sama dia. gara gara itu juga Aurora di skors dari sekolah dan hilang kabar... lebih berandal dari pada kita" ungkap Ariel seragam mencemooh Aurora.
"gawat dong tuh cewek. psikopat n*jir" kening Dion berkerut membayangkan segala bentuk kekacauan yang pernah di buat Aurora, mungkin, di masalalunya.
"bahaya kalau berurusan sama dia. terakhir, pas mau lulus SMP, beberapa bukan sebelumnya, gue ketemu sama seseorang yang mirip sama Aurora eh tapi rambutnya panjang dan coklat. dia nanya ke gue nama 'Auw' dan dia kasih foto nya Aurora ke gue. karena itu, gue jadi penasaran sama Aurora dan semua tentang dia"
"gue jadi penasaran sama tuh cewek" gumam Dion.
Ariel memang pernah satu SMP dengan Aurora. dulunya dia pernah bermasalah dengan Aurora yang masih ganas ganasnya. cewek aneh yang gak boleh di ganggu, sedikit aja dia berubah jadi monster. Ariel akhirnya mengenali cewek kuncir kuda itu, meski sebelum nya dia tampak memikirkan kembali dia Aurora atau bukan. faktornya... karena perbedaan penampilan saat SMP dan sempat menghilang sebelum ujian kelulusan. terlihat sekali bukan perbedaan nya, cewek berambut pendek dan selalu memakai celana setiap hari, kelakuan seperti anak laki laki dan kuat seperti laki laki. sekarang, Aurora terlihat lebih cantik dengan rambut panjang se ketiak, yang selalu di kuncir. lengan baju yang selalu di lipat dan sudah memakai rok layaknya cara berpakaian siswi sekolah menengah.
***
untuk menyenangkan hati sahabat nya, Aurora mengajak ketiga sahabatnya jalan jalan di sekitar kota. Aurora sengaja tidak mengajak Nana karena pasti kehadiran anak itu membuat ketiga sahabatnya tidak nyaman. ketiga sahabatnya telah berkumpul di depan gang rumah Aurora sepulang sekolah. dengan gaya pakaian stylish yang keren di tubuh mereka. ketiganya membawa kendaraan bermotor masing masing, malas untuk masuk kerumah mereka lebih memilih menunggu di depan gang lebih tepatnya di pangkalan ojek.
"Na kalau mama cari gue bilang aja gue kesekolah" Aurora menitipkan pesan pada sepupu dekatnya itu. Nana mengernyit.
"Ngapain kesekolah sore begini?" Aurora menepuk pundak nya dengan senyum kecut.
"Udah bilang aja gitu, bye Nana" Aurora lekas pergi meninggalkan Nana yang masih duduk bersandar di tempat tidur Aurora. Nana sedang menemani Aurora di kamarnya sepulang sekolah sekalian ingin belajar bersama.
Aurora berbohong. Ia akan pergi jalan jalan dengan sahabat nya yang sudah janjian bakal ketemu di depan gang.
"Rora!" Pekik zeli melambai tangan dari kejauhan begitu melihat Aurora berjalan kearah mereka. Diikuti ,Deby dan vhe melihat kearah Aurora.
"Ra cepetan..!" Seru vhe berteriak.
"Sabar Napa, ini udah cepat" gerutu Aurora dengan wajah malas.
Begitu Aurora sampai di parkiran, ia langsung memakai helm yang digantung di spion motor matic nya vhe.
"Diizinin gak tadi??" Vhe melontar pertanyaan dengan menyipitkan matanya kepada Aurora.
"Aman.. tadi gue nitip pesan ke Nana kalau nyokap nanyain bilang aja gue kesekolah" Aurora menyimbolkan jemarinya menjadi ok.
Keempat temannya mengangguk dengan senyum diwajah mereka.
"Kalau gitu gas Ken nih ya!" Deby menyalakan mesin Scoopy nya lalu mengambil ancang ancang seperti akan balapan.
"Motor lu mana Ra??" Zeli mendelik.
"Di pake nyokap" zeli mengangguk lantas segera memakai helm dan ikut menyalakan mesin motornya.
Vhe mempersilahkan motornya untuk di pegang kendali oleh Aurora lalu ia dibonceng nya.
"Oit.. kemana dulu?" Zeli yang baru saja menarik gas langsung mengerem. Ia memperbaiki helmnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya.
"Kita ke mini market dulu di depan" imbuh Aurora. ketiga nya setuju.
keempat nya menyusuri hiruk pikuk kota yang penuh dengan polusi. saat kendaraan mereka berbelok arah dan keluar jalur utama, mereka dapat menghirup udara segar yang terbentang di atmosfer. pemandangan indah sebuah pedesaan yang asri. dikelilingi kebun teh dan pohon kelapa.
"ke jembatan cinta yuk" ajak zeli berteriak dari atas motornya yang terus melaju. mereka semua menuju ke jembatan cinta yang lagi viral di sosmed. banyak dari kalangan remaja yang kesana untuk berpacaran sampai hanya foto foto.
"bagus banget!" puji vhe turun dari motor saat motor telah berhenti. diikuti Deby, zeli dan Aurora, mereka menaiki jembatan cinta yang berwarna merah hati. cantik. mereka tidak sendirian, banyak pengunjung yang cantik cantik dan ganteng ganteng.
dibawah jembatan terdapat sungai yang jernih. bisa dilihat ikan beraneka ragam hidup dibawah sana, dengan pemandangan yang cantik dan sederhana keempat gadis itu mengabadikan momen dengan ber swafoto.
" guys, kemana lagi nih? mumpung masih cerah.." merasa sudah cukup lama berada di jembatan cinta, keempat nya kembali melaju diatas motor menuju dermaga di pelabuhan. disana mereka dapat berlari dan berteriak sekencang-kencangnya melepas penat yang tertampung dalam hati. tidak ada yang melarang, toh tempatnya luas dan sepi.
"aaaaaa auuuooooo" teriak Deby seperti monyet. dia melompat lompat kecil kesana kemari melepas pikiran yang memenuhi otak. vhe foto foto dan zeli sibuk makan jajanan yang mereka beli di mini market tadi.
"jarang jarang kita begini kan?" ujar Aurora berdiri di samping zeli yang sedang berpose saat akan di foto oleh vhe.
"heem, makanya Lo jangan dirumah Mulu. sekali sekali kita luangkan waktu untuk healing" balas zeli tanpa menatapnya dan terus makan sambil berpose selanjutnya.
saat mereka jalan jalan mereka telah melupakan segala yang terjadi karena mereka benar benar fun sekarang.
Aurora terduduk di anakan tangga dekat dermaga, termenung memikirkan hal lain disaat ketiganya sibuk ber foto. bayang bayang seseorang muncul di hadapannya sambil berlari dan saling mengejar. anak itu adalah Aurora saat masih kecil, satu anak perempuan lagi yang terlihat mirip dengannya mengejarnya lalu tertawa terbahak-bahak. beberapa jam hari menjelang sore, ibu nya Aurora menelepon dan menyuruh Aurora untuk pulang katanya ada hal penting yang mau dibicarakan. Aurora harus pulang dengan vhe, karena dia menebeng di motor nya. vhe mengizinkan Aurora memakai motornya dulu karena nanti dia dijemput pakai mobil oleh papahnya. di tengah jalan Aurora di palak preman, dia sedang terburu-buru karena hari sudah mau gelap. yang lain telah pulang tinggalah Aurora sendirian di tengah tengah para preman yang menatapnya menggiurkan.
Aurora di paksa turun dari motornya di sebuah gang kecil yang ia lewati sebagai jalan pintas menuju rumahnya. disana ia berkelahi dengan para preman bertubuh besar.
"sialan..." maki mereka ketika melihat Aurora dengan tampang tak takut sedikitpun menghadapi mereka. saat sengitnya berkelahi lebih tepatnya di keroyok, Aurora kalah dan hampir pingsan saat Di hajar oleh preman preman itu. untunglah Dion lewat karena gang itu adalah gang rumahnya.
"woi..!!!" saat Dion mendekat para preman itu menjauh dan kabur segera dengan kendaraan mereka dan saling membonceng. Dion menolong Aurora yang sudah hampir pingsan.
" Aurora??"
"Weh.. Aurora bangun woi! " Dion mendekati tubuh Aurora yang tergeletak di tanah. merasa Aurora benar benar terluka, Dion mau tidak mau membawa Aurora dengan motor vhe kerumahnya yang lumayan dekat. Aurora menginap semalam disana karena tak kunjung bangun.
"Dion, bagaimana bisa kamu membawa seseorang kerumah malam malam begini" tegur sang mama melihat kearah Aurora yang terbaring tak sadarkan diri.
" tadi aku ketemu dia dijalan mah, dia di keroyok preman. dia bukan orang lain kok mah aku kenal dia" ujar Dion saat mamahnya menaruh lengan di pundaknya. Dion dan sang mama mengobati lukanya dan mama menatapnya penuh kasihan. ponsel Aurora berdering disaku sweater nya.
" mamahnya telepon.." Dion memeriksa dan nama mama tertera di layar. Dion tak mengangkat karena mungkin terlalu lancang.
sampai pagi Aurora terbangun mendapati dirinya tertidur di kamar bernuansa tengkorak dimana kamar itu adalah kamar nya Dion. dia terkejut dengan luka luka bogem di tubuhnya. meski begitu ia tidak lupa meminta maaf dan berterima kasih.
"semalam gue tidur disini?? bareng cowok ini??" terkejut, tapi tak bisa berbuat apa apa selain terima kenyataan.
"sialan nih cowok, tapi terimakasih deh" Aurora bangkit dan keluar dari kamar itu meninggalkan Dion yang tertidur di samping Aurora dan Aurora tidak membangunkan nya melainkan langsung kabur. saat keluar Aurora bertemu Mama nya Dion dan langsung berpamitan, mama Dion meminta no ponsel Aurora sebelum pergi.
"nak sudah bangun?" tegur mamah nya Dion ketika melihat Aurora berjalan keluar dari kamar puteranya.
"eh... tan- Tante??"
"hmm, kalau belum sehat jangan dulu bangun, pasti tubuh kamu masih sakit sakit kan?"
"eng-nggak Tante, makasih banyak udah rawat Aurora dan ngobatin luka lukanya Aurora ya Tante... tapi Aurora udah sehat kok. gak bisa ngerepotin Tante sama anak Tante lagi" ucap Aurora sopan.
"gak apa apa, Tante tulus ngerawat kamu kok.. sayang banget kamu harus pergi secepat ini. tapi gak apa apa deh. semoga cepat sembuh ya" ucap mamahnya Dion tersenyum ramah.
"ah iya Tante sekali kali terima kasih banyak ya Tante, terima kasih juga buat anak tente karena udah bantuin Aurora--
"kamu tahu dari mana, Dion yang bantu dan bawa kamu kesini?" ucap mamahnya Dion mengernyit heran.
"emm... bukan ya Tante? oh salah. terus siapa dong Tante?"
"memang benar Dion yang tolongin kamu dan bawa kamu kesini, berarti kamu sadar dong kamu di gendong Dion semalam" tanya mamah nya Dion dengan tatapan merayu.
"eh.." Aurora salah tingkah, menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"ya sudah, Tante boleh minta nomer hape kamu kan?... Karena kamu adalah cewek pertama yang dibawa Dion kerumah, kamu akan Tante anggap sebagai calon pacarnya Dion, yah" sekali lagi Aurora salah tingkah dengan terkejut. wahh gak bahaya nih?
" sering sering kesini ya, Aurora. Tante kesepian, Dion sepulang sekolah biasanya gak balik kerumah" rengek mamahnya Dion memegang lengan Aurora.
" ehh.. iya Tante,"
saat Dion bangun Aurora sudah tidak ada. Dion marah sendiri karena berpikir Aurora tidak punya rasa terimakasih, tapi biarlah mungkin Aurora sedang terburu buru.
Mama bilang ke Dion kalau Aurora sudah sadar dan harus pergi cepat. katanya Aurora akan kembali untuk mama karena mama ingin dia kembali lagi.
Dion bersiap kesekolah masih terus memikirkan Aurora dengan luka luka di tubuhnya. kasihan juga.
Aurora di rumah bertemu ibunya yang khawatir karena leher dan pipinya memar meski telah dibalut perban. Aurora mandi lalu mulai bicara serius dengan mama soal kemarin. Mama berkata bahwa anak buahnya menemukan titik terakhir keberadaan Alina sebelumnya. dan titik itu berada di pelabuhan Pelni. sepertinya seseorang bernama Alina telah kabur lewat sana. setelah mencari tahu anak buah mereka berkata Alina pergi bersama seseorang ke kota X beberapa bulan yang lalu. Aurora akhirnya tahu dan bersemangat untuk mencari keberadaan Alina selanjutnya. dia begitu merindukan sosok wanita itu.
sebaiknya Aurora tidak usah kesekolah dulu kata mama.
saat di sekolah Dion sengaja mencari tahu tentang Aurora. ternyata benar dugaannya Aurora tidak datang kesekolah.
berdasarkan info dari anak gengnya yang juga mendapat info dari Nana, Aurora ini punya masalah dengan beberapa orang besar sebelumnya sejak umur 11 tahun. masalah seperti pengejaran Aurora untuk di curi ginjalnya dan dijual. Aurora sempat kabur dulu dan bertemu seseorang anak laki-laki yang membantunya kabur. tetapi keduanya tertangkap dan hendak di bunuh. untunglah mamanya Aurora menemukan mereka dengan membawa polisi. Dion berkerut saat teringat mama nya Aurora sempat menelpon semalam via WhatsApp profilnya memang mirip seseorang di masalalunya.