webnovel

Atlanesia

Seorang gadis tiba-tiba muncul dari balik tembok Abra, dan mengaku dari klan Ados. ia menceritakan semua kejadian yang menimpa klan Ados yang tinggal di balik gemerlapnya tembok Abra. bagaimana klan Ados diperlakukan secara tak manusiawi, tak seperti kehidupan klan Ados di sisi lain yang hidup damai berdampingan dengan klan lain. Secara bersamaan profesor sahabat Adidev menemukan sesuatu dari dasar laut dalam, yang akan menuntun klan Arya memulai pemberontakan untuk menguak sebuah rahasia besar di Atlanesia, Akankah pemberontakan itu berhasil? bisakah klan Arya dan yang lainnya berhasil bersatu untuk menolong klan Ados yang juga berada di balik tembok klan Abra? Rahasia apa yang ingin diungkap klan Arya? Ikuti petualangan Adidev si klan Arya mengelilingi Atlanesia sekarang untuk menguak teka teki ini. Ayo kita masuk menuju Atlanesia.....

Meirisa_Diana · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
16 Chs

Menghadap Sang Ratu

Petaruhan Martabat Profesor.

Mereka sampai tak beberapa lama, Sang Ratu tengah berdiri di pelataran keraton bersama yang lainnya untuk menyambut kedatangan Wasishta dan kawan-kawannya secara langsungi, Profesor lebih dulu datang dan langsung menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat begitu turun dan menghadap sang ratu, dan dibalas dengan senyuman oleh sang ratu. Salah seorang biada keraton memberikan ikat kepala dengan lambang Atlanesia bercorak emas di bagian depannya untuk professor. Tak lama kemudian Wasishta datang dengan warak ngendog yang diberi nama *Radog* yang kini menjadi hewan peliharaannya, Wasishta langsung berlari kearah sang ratu, kemudian memeluk dan mencium tangan serta pipi sang ratu, mereka berdua melepas rindu layaknya ibu dan anak yang telah lama terpisah. Kepribadian Wasishta terlihat berbeda saat di keraton dimana ia terlihat seperti halnya anak perempuan yang masih kecil dan manja. Bara dan Adidev datang bersamaan, Bara langsung menemui sang ratu dengan memberi hormat, lalu seperti profesor Bara pun juga di berikan ikat kepala yang sama seperti professor oleh biada keraton. Berbeda dengan yang lain Adidev yang turun bersamaan dengan Bara justru sibuk melihat kuda setengah ikan yang menarik kereta kencana tunggangannya tadi, ia begitu takjub dengan hewan-hewan yang belum pernah ia lihat sebelumnya, makhluk ajaib yang tak pernah ia temui selama hidup di Atlanesia.

"Permisi sebentar ratu!" ucap professor tiba-tiba ketika melihat kelakuan Adidev, kemudian "PLAK!" pukulan mendarat tepat di belakang kepala Adidev dengan ikat kepala yang ia bawa

"Auh!" teriak Adidev kesakitan sekaligus kaget menerima pukulan itu.

"Apa kau tak diajari orang tuamu sopan santun, klan kita adalah klan *dahar dinudharsana* (artinya sangat terhormat *bahasa sansekerta*), bagaimana kau bisa melakukan hal fatal seperti ini di hadapan sang ratu?" bisik professor pada Adidev.

"Coba lihatlah Bara, bahkan seorang Abdi terlihat lebih bermartabat darimu sekarang!" imbuh profesor.

Klan Arya amat sangat menjunjung tinggi kesopanan, kehormatan klan Arya dapat terlihat dari sikap itu, semakin tinggi kedudukan mereka semakin terlihat sopan dan murah hatinya klan Arya, kharisma pemimpin juga bisa tampak dari tindakan tersebut, dimana ketika mereka memberikan contoh kepada kaln Arya lain bagaimana cara memperlakukan orang yang lebih tua di sekitar meskipun kedudukan mereka elit penguasa klan Arya ataupun masyarakat Arya biasa. Adidev langsung menyadari kesalahan fatalnya, kemudian ia segera pergi menghadap sang Ratu salah satu pelindung Atlanesia. Selain Ardanareswari, Ratu Laut juga merupakan pelindung Atlanesia yang terkuat. Adidev segera mencium tangan sang ratu, layaknya yang dilakukan oleh Wasishta tadi, ia kemudian segera membungkuk dan memperkenalkan dirinya, dan apa kedudukannya dalam klan.

"Maaf Ratu, saya melakukan kesalahan fatal, perkenalkan nama saya Adidev Aryasatya, putra dari Dipta Aryasatya yang merupakan pemimpin dari klan Arya!" ucap Adidev memperkenalkan diri.

"Aku sudah mengetahui siapa kau sebenarnya Adidev, Aku mengenalmu dimasa lalu dengan sangat baik, dan kau masih tetap sama seperti dulu!" Ucap Sang Ratu berwibawa.

"Mengenal saya? Masa Lalu? Memang aku siapa?" piker Adidev penuh pertanyaan baru.

"Kau akan tahu sendiri nanti!" ucap Sang Ratu seperti mengetahui apa yang ada dipikiran Adidev. Adidev hanya membalasnya dengan senyuman canggung.

Sang Ratu segera mengajak para tamu masuk kedalam, ternyata di dalam keraton sudah Ada Putri Laut Utara, Laut Timur, dan juga Laut Barat. Karena Hari ini mereka sengaja diundang oleh Sang Ratu untuk menyambut Adiknya Sang Ardanareswari yang pulang, untuk upacara karena akan mengemban tugasnya sebagai Ardanareswari. Namun Upacara kali ini di buat berbeda karena ia akan mengemban tugas yang berbeda dari biasanya. Seorang Ardanareswari akan melakukan upacara khusus untuk mempersiapkan tugasnya, dulu upacaranya tidaklah terlalu berat dan panjang, karena ia hanya sebagai pendamping, namun kali ini upacara akan dilakukan selama beberapa hari dengan cara yang berbeda. Wasishta yang melihat kakak-kakaknya sedang berkumpul langsung berlari dan memeluk mereka, lalu dari dalam ruangan belakang keraton pangeran gunung dari wilayah Barat, Timur, Utara dan Selatan Juga ikut datang. Wasishta terlihat gembira melihat saudaranya berkumpul. WAsishta langsung di bawa oleh kakak perempuannya masuk kedalam ruangan para wanita, sedangkan Adidev dan yang lainnya di persilahkan beristirahat di ruangan yang lainnya.

Di ruangan tempat Adidev dan lainnya beristirahat sangat luas, terdapat ruang makan, 3 tempat tidur yang luasnya sama, 3 kamar mandi, 3 kamar ganti untuk masing-masing orang, di atas meja makan sudah tersedia berbagai makanan dan buah-buahan segar, semua terlihat begitu menggiurkan, "Kruuuyuuukk….." terdengar suara dari perut Adidev tiba-tiba, profesor Abimata hanya bisa menutup wajahnya karena malu dengan kelakuan sahabat mudanya ini. "Kruyuk!" lagi terdengar suara dari dalam perut, tapi kali ini adalah suara perut profesor Abimata yang terdengar lebih keras dari Adidev. Wajah profesor lebih memerah lagi, karena salah satu pangeran yang berada di depannya sampai ikut menengok.

"Sepertinya memang Bara lebih bermartabat dari kita berdua!" ucap profesor dalam hati. Tanpa diketahui oleh profesor para pangeran mendengar kata hatinya hanya bisa menahan tawa agar tak menyinggung perasaan para tamunya.

"Silahkan, jangan sungkan-sungkan, kami tahu kalian belum makan hari ini. nikmati sepuasnya, ini khusus dimasak untuk kalian!" ucap sang ratu yang sedari tadi memandu para tamunya, bersama para putranya. Bara yang sebenarnya dari tadi menahan laparnya tanpa tedeng aling-aling langsung menyambar satu piring penuh nasi goreng lalu ayam panggang utuh. Adidev tak mau kalah, ia juga mengambil nasi goreng, lalu ayam goreng kalasan dan sambal terasi, cumi asam manis dan udang goreng tepung kesukaanya. Profesor yang melihatnya hanya bisa melongo dan sambil menggelengkan kepalanya.

"Ternyata benar diantara kami, hanya aku yang masih waras dan memiliki martabat!" ucap profesor lagi dalam hati. Kemudian ia ikut bergabung dan mengambil nasi putih bersama dengan para pangeran, dan mereka semua makan bersama.

Di ruangan lain Wasishta sedang mempersiapkan upacaranya, bunga-bunga sudah di ronce para biada keraton, pakaian terbaik juga sudah dipersiapkan, lalu mahkota dengan lambang Atlanesia yang di simpan selama rbuan tahun juga sudah di bersihkan, WAsishta di persilahkan untuk mandi terlebih dahulu oleh biada lalu beristirahat, agar esok saat upacaranya dimulai Wasishta terlihat bugar dan cerah kembali. WAsishta bersama saudaranya segera memasuki ruangan yang luas, disana para mbok mban sudah menunggu untuk memandikan Wasishta dan saudaranya. Ruangan itu sangat luas, di jaga oleh pengawal wanita pada bagian pintu dan ujung ruangan, lalu ditengah ruangan itu terdapat kolam yang luas dengan taburan bunga tujuh rupa, di tepi kolam terdapat pot-pot bunga yang melingkari kolam, lalu bagian tengah kolam terdapat air mancur kecil mengahadap keempat penjuru mata angin. Wasishta dan saudaranya dengan memakai kain, segera masuk kedalam kolam para mbok mban kemudian melakukan tugasnya, dengsasn hati-hati para mbok mban mengusab tubuh para putri bersaudara itu hingga terlihat bersih dan segar kembali.

Berbeda dengan keadaan di ruangan Wasishta, di ruangan Adidev saat itu sudah menyelesaikan makan bersama dengan sang ratu, mereka langsung membaringkan tubuh masing-masing di tempat tidur luas begitu para rombongan tamu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Bahkan Bara sampai tertidur pulas karena kekenyangan. Profesor Abimata memilih membaca buku-buku bawaanya di meja dekat tempat tidurnya, lalu Adidev memilih berolahraga kecil dengan berkeliling ruangan yang luas itu. dari luar ruangannya ia dapat melihat pemandangan luar keraton bahkan hingga ke gerbang dalam keraton, dimana par prajurit keraton tadi berlatih perang juga terlihat dari rungan Adidev. Profesor lalu mengikuti Adidev keluar ruangan karena terganggu oleh dengkuran keras Bara. Ia melihat pemandangan yang sama dengan Adidev, tak lama matanya kembali tertuju dengan buku miliknya.

"lebih baik kau luangkan waktumu untuk mempelajari buku Ardanareswari itu!" mungkin disini buku itu akan memperlihatkan padamu isi aslinya!" ucap profesor.

Adidev langsung teringat lagi dengan bukunya yang ia simpan di dalam tas miliknya.

"benar juga, mungkin kau akan memperlihatkan wujud aslimu padaku dirumahmu ini!" ucap Adidev setelah memegang buku tersebut, Ia kemudian segera pergi keluar ruangan kembali dan bergabung bersama Profesor Abimata membaca buku kuno itu, dan benar saja, semua tulisan yang awalnya hanya beerisi sejarah tentang Atlanesia dan para penghuninya berubah menjadi isi yang lain.

Semua mulai terbuka, buku tersebut seperti merekam semua yang terjadi di Atlanesia, Adidev membukanya satu demii satu, membacanya dengan sangat hati-hati agar semua taka da yang terlewat, ketika sedang asik membaca buku kuno itu dengan khusuknya tiba-tiba Pangeran Gunung wilayah Selatan datang sambil membawa sesuatu di tangannya, ia menghampiri Adidev.

"Ini adalah milikmu, titipan dari Ratu Laut, jangan kau buka sebelum waktunya, Wasishta yang akan memberitahumu, Kau juga harus menemui Patih Bajra, ia akan melatihmu, dan membimbingmu selama disini, dia akan mengajarimu aji jaya kewijayaan (ilmu perang)!" ucap sang pangeran, lalu beliau pergi meninggalkan Adidev yang masih penuh tanya dengan ucapan sang pangeran.

Adidev menengok kearah profesor, dan profesor hanya membalasnya dengan mengankat bahu karena ia sendiri juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Atlanesia sekarang ini,hingga membuat para pelindung harus menyuruh Adidev untuk melakukan perjalanan jauh dan mengikuti pelatihan juga bimbingan yang tak ia ketahui, bahkan sampai di harus belajar Aji jaya kawijayaan juga. padahal sepengetahuan profesor Atlanesia aman-aman saja, hingga para monster kemarin datang dan merusak semuanya. Tapi jika para pelindung sampai harus melakukan hal ini berarti memang sedang ada masalah yang tak pernah ia ketahui sebelumnya, sebenarnya ia ingin mengetahuinya, tapi demi gengsinya dan martabatnya akan sangat di pertaruhkan jika ia terlihat tak mengerti apapun tentang Atlanesia dihadapan Adidev bahkan Bara yang seorang kalan Abdi, agar terlihat berwibawa ia mencoba untuk mengerti dan mengikuti seluruh alur cerita dari Wasishta yang notabennya juga pelindung Atlanesia, setelah Wasishta menceritakan semua kepada profesor.

"Yang terpenting, lakukan ini demi menjaga keluarga dan martabatmu, dan demi menyelamatkan orang tuamu, mungkin ini salah satu latihanmu untuk dapat membebaskan orangtuamu!" ucap profesor bijak.

"Tunjukkan kekuatan kesatria klan Arya yang suci, aku akan mendukungmu dari sini, dan aku akan melihatmu yang tersiksa saat berlatih dengan puas dari sini! Hehehe….." ejek profesor yang begitu puas.

"Dasar pak tua kejam!" ucap Adidev singkat, lalu pergi mengikuti pangeran yang sedari tadi menunggunya di pelataran keraton bersama seseorang.

Profesor Abimata sebenarnya memang tak tahu apapun tentang keadaan Atlanesia selama ini, karena hidupnya didedikasikan untuk ilmu oengetahuan, buku, dan kesibukannya dengan peradapan kuno Atlanesia.

Hai kalian semua... jangan lupa beri komentar, dan dukungan untuk aku ya... semoga kalian suka dengan cerita kali ini. terimakasih.....

Meirisa_Dianacreators' thoughts