webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
56 Chs

9. Rumah Pondok

"Setiap detik sangatlah berharga karena waktu mengetahui banyak hal, termasuk peristiwa dan rahasia hati seseorang"

-Huang Renjun Alfareza

.

.

.

Setelah berfikir selama tiga hari, Viona memutuskan mengikuti ajakan Jeno. Pagi ini dia bersiap memakai baju casual simpel dan rambut terurai dengan dua buah hair clip di sebelah kanan. Gadis itu sangat menawan walau agak sedikit terlihat tomboy, tapi karena parasnya yang rupawan menjadikannya sedikit terlihat anggun dan menggemaskan sekaligus.

"Widihh mau kemana kak? Jarang-jarang hari minggu mau keluar biasanya juga ngebo," celetuk Jisung, saat Viona sampai di ruang tv.

"Hunting buku," jawab Viona singkat.

"Bentar kalo dilihat dari lagaknya sih mau ngedate, jarang banget feminim soalnya walaupun agak cool dikit," Jisung menyipitkan matanya, melihat detail penampilan Viona.

"Sok tau tuyul," Viona mencubit gemas pipi adik kesayangannya itu. "Abang mana?"

"Jogging,"

"Lah lu ngapain nggak ikut,"

"Nggak ah mager, lagian ahsan udah tinggi nggak perlu olahraga lagi," ucap anak laki-laki itu sambil menggerakkan tangannya diatas kepala kakaknya.

"Wahh ngajak berantem, sini luu bocilll," Jisung berlari menjauh.

Tok tok tok. "Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari arah pintu masuk.

Jisung yang tepat berlari dekat dengan pintu, dia pun membukanya. Menampakkan laki-laki tampan dengan jaket bomber dan jogger pants terlihat sangat santai.

"Nah kan ahsan bilang juga apa, ngedate sama bang jeno kan lu kak," seru Jisung.

"Ngadi-ngadi mulutnya, dibilangin mau hunting buku doang," Viona menjewer telinga Jisung, malu lah di depan cowo ganteng, omongan nggak disaring.

"Nih gue kasih uang, lu maen ke rumah chenle aja sono," lanjutnya dan beralih mengambil flat shoes. Jeno masih setia menunggu didepan pintu sambil memperhatikan perseteruan dua bersaudara, dia tertawa gemas melihat tingkah laku Viona yang kesal karena ulah Jisung.

"Makasih kak anaaa, ahsan nggak akan bilang-bilang bang arsa kok kalau kalian bakalan ngedate," Jisung berlari ke dalam rumah girang.

"Jangan lupa pintu dikunci bocil…" seru Viona.

"SIAP KAK….."

"Yuk jen," Jeno mengangguk. Mereka keluar dari pekarangan rumah, dan segera memasuki mobil Honda Brio berwarna merah yang terparkir mewah di depan rumah Hammid. Ya mobil Jeno lebih tepatnya.

Viona agak takjub melihatnya karena yang dia tau Jeno tidak pernah membawa mobilnya ke kampus maupun pergi nongkrong. Sekalipun Jaehyun, dia juga tidak pernah membawa mobil kalo sedang berkumpul bersama teman-temannya di rumah Viona.

Agaknya sedikit canggung Jeno memutarkan musik, sebuah lagu yang keluar pertama kali yaitu Lose yang dibawakan oleh singer bernama Niki mengalun syahdu di telinga.

I will never know if you love me

Or my company, but I don't mind

Cause I ain't tryna be the one

Gadis itu bergumam mengikuti alunan lagu, Jeno dengan wajah ramahnya tersenyum saat gadis itu menikmati perjalanan.

"Ini lagu favourite gue hehe," ujar Viona malu-malu.

"Gue juga suka, pembawaannya menenangkan makanya ada di playlist urutan pertama." Sahut Jeno. Viona mengangguk setuju, dia sering kali mendengarkan lagu itu sejak pertama kali Yeri merekomendasikan.

Sebenarnya dia juga menyukai penyanyi lagu berjudul Lose itu, karena penyanyi yang sekaligus berperan sebagai penulis lagu dan produser rekaman itu berasal dari Indonesia yang sukses berkarir di Amerika Serikat di usianya yang seumuran dengan Viona. Hebat bukan, seusia itu dia bisa membanggakan Indonesia, tak hanya itu dia juga multitalent tak salah kalau Viona sangat mengidolakannya. Sebelumnya Viona juga menyukai single yang berjudul Lowkey, Indigo, dan Vintage terdengar sangat mengesankan.

Lagu yang terdengar di speaker musik milik Jeno itu memasuki bagian refrain. Keduanya menyanyikan lagu itu bersama, sesekali Viona salah tingkah saat Jeno diam-diam meliriknya.

I don't need a reason

To keep on dreamin'

That we don't lose, yeah what's the use?

I don't need a reason

To keep on dreamin', oh

That we can win at anything at all

Perjalanan menuju sebuah rumah pondok yang sekaligus sebagai taman baca umum, tempatnya di daerah pegunungan yang memiliki suasana menenangkan dan sangat sejuk. Kini mereka mulai memasuki jalanan desa yang agak menjauh dari keramaian kota. Perjalanan ke rumah pondok itu memakan waktu yang agak cukup lama, sekitar dua jam dari rumah Viona. Tapi keduanya tidak merasa kelelahan sedikit pun karena benar-benar dalam suasana yang tenang.

Diperjalanan Viona terkagum-kagum melihat pemandangan yang indah dengan hamparan sawah terbentang luas layaknya pegunungan seperti yang biasa Viona melakukan pendakian, masih jauh dari polusi seperti di kota. Jeno membukakan jendela, seketika udara yang masih asri itu menyeruak di indra penciuman gadis itu.

"Lo sering kesini jen?" Viona beralih pada laki-laki disampingnya.

"Iya, kalo lagi sumpek gue sering kesini sama bang jaehyun," sahut Jeno.

"Lain kali ajak gue lagi kalo mau kesini ya," gadis itu menampakkan deretan giginya, tersenyum manis dengan mata sipitnya yang hampir menghilang karena suasana hatinya yang sangat senang.

"Iya, nggak salah gue ngajak lo vi haha,"

"Lo kan juga tau sendiri kalo gue anggota mapala," Viona menaik turunkan alisnya. Jeno yang gemas sendiri mengusak pelan rambut Viona.

"Ehee sorry gue gemes," ujar Jeno yang melihat raut muka Viona berubah tegang.

Viona segera memalingkan pandangannya kearah jendela lagi sebelum Jeno melihat pipi merah jambunya yang semakin memanas.

Jeno memberhentikan mobilnya di bawah pohon rindang, mereka sampai setelah melewati gapura dengan cagar alam disekelilingnya, semua masih alami. Bahkan terdengar gemericik air tak jauh dari tempat mereka parkir. Mereka turun dari mobil, dan disambut bunga hortensia disebut juga bunga bokor tertanam tak jauh dari tempat parkir itu tengah gugur.

Bunga berwarna putih yang dikenal sedikit beracun karena semua bagian tanamannya mengandung glikosida sianogenik yaitu senyawa hidrokarbon yang terikat dengan gugus CN dan gula, namun bunga ini juga memiliki manfaat seperti halnya akar dan daun tanaman ini bisa digunakan untuk pengobatan karena terdapat zat fitokimia alami yang bisa mencegah pembentukan batu ginjal, yaitu hydrangin.

Jeno dan Viona berjalan melewati jalan setapak taman, menuju ke sebuah pondok yang berada di tengah-tengah taman itu. Pondok klasik yang dikelilingi banyak tanaman, pondok itu masih terbuat dari kayu dan sebagai penguat bata, walaupun sudah terlihat sedikit tua tapi masih tetap kokoh dan memperlihatkan nuansa yang mewah. Pondok itu berdiri dibelakang tembok tanaman.

Jeno dan Viona berkeliling di dalam rumah pondok, buku-buku tertata rapi diseluruh ruangan. Sama halnya seperti perpustakaan namun yang menjadikan podok itu berbeda yaitu ruang baca terletak dilantai dua, tidak terdapat kursi maupun meja hanya seperti tempat bersantai minum teh. Terdapat beberapa spot untuk merelaksasikan diri, dan sebuah karpet besar untuk membaca.

Viona tertarik untuk duduk di kursi pijat sambil membawa buku yang dia dapat dilantai satu. Sebuah buku dengan kisah pilu jaman sejarah dahulu, sedangkan Jeno kini duduk dikarpet dengan sebuah bantal udara, laki-laki itu sedang membaca buku sastra karya Chairil Anwar sambil menikmati teh yang dia pesan sebelum menaiki lantai dua. Mereka memasuki dunianya masing-masing.

"Hoampp," Viona menegakkan tubuhnya sebelum ketiduran diatas kursi pijat yang nyaman.

"Eh jeno mana," gadis itu celingak-celinguk mencari sosok laki-laki yang sudah tidak ada diruang baca.

Gadis itu berjalan ke rak buku, mengembalikan bukunya yang sudah selesai dia baca seketika dalam satu setengah jam. Lalu mencari buku lain, buku tentang cerita fiksi remaja.

Jeno datang dari belakang, dia memandangi gadis di depannya yang sedang membelakanginya. Lalu dia mengambil ponsel di sakunya, satu buah foto berhasil diabadikan.

"Ekhemm," Viona membalikkan tubuhnya setelah mendengar seseorang berdeham di belakangnya.

"Udah lama disitu?" Tanyanya.

"Hmm sejak lo celingak-celinguk kebingungan nyari gue," sahut Jeno.

"Lo sengaja ya, ihhh kalo gue tersesat gimana jen, kan baru pertama kali kesini," gerutu Viona sambil memukul pelan lengan Jeno. "Ngeselin ya lo,"

"Dah yuk turun,"

"Ini boleh dipinjem nggak?" Viona menunjukkan sebuah buku novel di tangannya.

"Boleh, gue juga mau minjem buku, pake id card peminjaman gue aja sekalian kalo lo mau daftar id card juga bisa,"

"Serius bisa, mau dongggg biar sering kesini jugaaa, jujur ya gue suka banget tempat ini," ujar Viona excited matanya berbinar-binar.

"Iya bisa, yuk lah," Jeno dan Viona pun turun ke lantai satu, dan mengisi daftar di resepsionis pondok baca itu.

Sekarang mereka berada disebuah taman yang didepannya terdapat sungai kecil, air sungai itu bersih dan mengalir sangat tenang. Bahkan terlihat jelas biota di dalamnya. Viona melepas flat shoes meletakkan sling bag dan buku novel yang dia pinjam ditepi sungai, dia pun turun ke sungai dangkal itu.

"Bener bener anak alam ya lu vi haha," ujar Jeno melihat gadis itu senang bermain air.

"Sini lah maen air, seger tau jen." Viona memercikan air ke arah Jeno yang duduk ditepi sungai.

"Heeee kok lu gitu sih vi, basah nihhh…" Teriak Jeno sambil menutupi wajahnya.

Mereka kembali ke tempat parkir, setelah akhirnya Jeno ikut turun ke dalam sungai karena Viona terus-terusan memercikan air sampai jaketnya basah. Jeno meletakkan jaket dan buku yang dia pinjam bersama Viona kedalam mobil, Jeno berencana mengajak Viona makan terlebih dahulu sebelum pulang karena sudah larut, ya mereka menghabiskan hari libur seharian di area rumah pondok.

Sebenarnya Viona enggan pulang tapi tidak mungkin juga menginap, besok ada praktikum resep yang wajib diikuti. Lagian mana mungkin dia menginap dengan seorang laki-laki yang belum dia kenal penuh, walaupun ada banyak villa dan penginapan di daerah pegunungan yang tak jauh dari tempat mereka.

Viona berniat lain kali dia akan kesini lagi, menginap dengan sahabat-sahabatnya yang lain.

♥♥♥♥♥

Viona mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali melihat postingan instagramnya yang muncul di beranda. Jeno memposting dirinya yang tengah bingung mencari buku di pondok tadi.

"Asli ngeselin lu jen, gue malu anjirrr," gerutu Viona sambil menutupi wajahnya dengan bantal.

Line

"Mampus pasti bakpao ngerti kalo itu gue,"

Nada mbul🐽

Bales anjirrr (5)

Bala-bala echan comeback (14)

Keluarlah gembul (10)

No more boys (4)

Gabut gilak padahal hari minggu (13)

Abang sena

Dek lu kemana? (2)

Banyak pesan masuk karena sejak tadi pagi Viona mematikan paket datanya. Viona mengusak rambutnya frustasi. Bisa gila kalo sahabatnya tau. Padahal dia hanya pergi bersama laki-laki yang sahabatnya kenal tapi segitu frustasinya sampai-sampai takut ketahuan.

Sebenarnya tak apa kalo mereka tau, tapi Viona hanya takut kalo sahabatnya itu berpikiran yang tidak-tidak. Dia tidak ingin mengubah suasana menjadi canggung dan aneh.

Dia akhirnya membuka satu pesan dari Nada, karena sejak tadi dia diberondong spam setelah tau postingan baru Jeno.

Gadis itu membuka pesan dari sahabatnya, Nada marah-marah meminta penjelasan karena dia tau betul bahwa gadis yang ada di postingan Jeno itu adalah Viona, meskipun yang ada di dalam foto itu tengah menunduk. Nada sangat hafal dengan ciri-ciri Viona, tambut sebahu dan pakaian yang casual. Akhirnya Viona mengalah dan akan menceritakannya nanti kalo ada waktu.

"Huft… gue nggak usah nanggepin grup aja dah, dari pada makin frustasi," Viona melempar ponselnya ke atas bantal, dan meninggalkannya keluar kamar.

Seperti biasa diruang playstation ada Jisung dan Doyoung, sedangkan bunda Sooyoung sedang memasak di dapur. Hari ini ayah Changwook pulang, ayah mengambil cuti dua hari. Viona duduk di sebelah ayahnya, gadis itu sedang bermanja karena merindukan ayahnya.

"Dek gue tadi liat postingan jeno, itu elu ya?" Ujar Doyoung.

"Anak ayah udah berani pacaran ya sekarang," ujar Changwook sambil mengelus lembut anak perempuannya yang kini tidur dipangkuannya.

"Sok tau abang mah, nggak kok yah," sahut Viona sambil memainkan jari kukunya yang sudah agak panjang.

"Bisa dandan juga lu dek," Doyoung duduk di samping Viona.

"Dandan dari mananya, orang cuma pake kaos terus celana jeans doang, emang alaminya udah tomboy si kakak," Viona melempar bantal yang ada di ruang tamu ke arah Jisung, tapi Jisung bisa menghindar, menjulurkan lidahnya dan mengejek Viona yang kini tengah menahan marahnya. Padahal tadi pagi udah disogok sama uang masih aja itu mulut gatel julid.

"Gue tuh nggak usah dandan udah cantik alami tau,"

"Iya mi iya," celetuk Doyoung, gadis itu mencubit lengan abangnya.

"Ayah ngantuk, mau tidur dulu ya capek punggung." Ujar Changwook sambil meletakkan kepala anak perempuannya ke bantal yang dia buat meluruskan punggungnya.

Viona usil meletakkan kakinya di atas pangkuan Doyoung, seketika Doyoung melempar kakinya ke lantai.

"Akhhh…" Viona menggaduh kesakitan karena lututnya terpentok meja. "Jahanam!!"

Jisung berlari ke arah perseteruan kakak dan abangnya, dia mendusel ke lengan Viona. Jisung tuh kalo udah kek gini dia pasti mau minta sesuatu, soalnya gayanya mohon-mohon sambil mengembungkan pipi, pokoknya manja banget ini bocah kalo sama Viona.

"Kakkkk…."

"Hmm,"

"Kak anaa,"

"Kumat dah kumat, iam out." Ujar Doyoung meninggalkan ruang keluarga, karena dia juga hafal dengan tingkah adik bontotnya makanya dia nggak mau ikut campur, bisa-bisa uangnya ludes kalo Jisung minta yang macem-macem.

"Kakk ihhh, notice dong jangan sok-sokan cuek," gerutu Jisung yang melihat kakaknya fokus dengan siaran tv di depannya.

"Ada apa adek laknatkuuuu," Viona menatap Jisung yang masih setia memainkan lengannya.

"Jahat!!" Pekik Jisung sambil memanyunkan bibirnya.

"Lagi pms ya lu, apaan cepet bilang dah gak usah ngalem gitu,"

"Besok quality time yuk, pengen jalan-jalan," kalo liat Jisung segemes ini siapa juga yang mau nolak.

"Kamu tuh kebiasaan kalo minta sesuatu mesti kayak bocah,"

"Emang bocah yeee,"

"Kak temenin ya, ahsan mau curhat," ujar Jisung sambil berbisik. Viona yang agak terkejut mengerjapkan matanya.

"Sssttt ahsan malu, besok pokoknya temenin jalan ya ya," akhirnya Viona mengangguk, entah adiknya itu ingin curhat apa tapi sepertinya adiknya itu sedang jatuh cinta kalau dilihat beberapa hari ini Jisung asik berbalas pesan sambil tersenyum, seperti orang yang lagi kasmaran.

Viona yang gemas sendiri mencubit pipi Jisung, lalu dia beralih ke kepala mengelus-elus lembut adik kesayangannya. Pantas saja Jisung sangat menyayangi Viona layaknya seperti bundanya, ya Jisung dikenal dekat sekali dengan kakaknya melebihi kedekatannya dengan Sooyoung. Karena dulu saat Jisung masih kecil, mereka sering sekali di tinggal kerja dan di rumah hanya ada Doyoung dan Viona, kadang Viona harus mengurus semua keperluan Jisung sampai-sampai kalau Jisung tidak bisa tidur, dia merengek agar ditemani Viona.

Jisung bahkan lebih terbuka dengan Viona di bandingkan keluarganya yang lain, kalo kata Jisung, Viona itu second mother untuknya. Viona selalu ada kalo Jisung butuh, walaupun Jisung agak menyebalkan tapi sejujurnya dia sangat menyayangi kakak perempuannya itu.

"Hmm iya dek, tapi malem ya soalnya besok jadwalnya full," ujar Viona selembut mungkin, kalo lagi gini mereka tuh anyem diliatnya.

"Sayangggg kak anaaa," Jisung memeluk tubuh kakaknya, walaupun anak laki-laki itu sudah SMA tapi kelakuannya masih kekanakan kalau sama keluarganya, lain kalau dengan teman-temannya dia akan berlagak sok cool dan sok keren.

"Sono tidur lu," ucap Viona mendorong kepala Jisung agar menjauhi tubuhnya.

"Temenin hehe…"

"MANJA KALI KAU, TIDUR SENDIRI!!!" Teriak Viona sampai-sampai Jisung mendelik dan menutupi wajahnya dengan bantal. Viona bangkit dari kursi dan meninggalkan Jisung yang tengah merengek.

♥♥♥♥♥

Paginya Viona bergegas untuk pergi ke kampus, tapi dia heran ada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu membelakangi Viona yang kini tengah berjalan ke arah dapur.

"Kak ada temenmu nih," ujar ayah.

Laki-laki itu menoleh, dia tersenyum ceria ke arah Viona.

"Lah jeno, ngapain?" Viona mendekati Jeno dan ayahnya di ruang tamu.

"Berangkat bareng yuk, lo ada praktikum farmasetika kan samping lab dentist," sahut Jeno, gadis itu hanya mengangguk pelan. Tanpa berbasa-basi lagi mereka berpamitan dengan ayah dan bunda.

Mereka berangkat dengan mengendarai motor, Jeno agak sedikit malu kalo memakai mobilnya ke kampus. Dia tidak seperti kebanyakan anak-anak orang kaya yang dengan bangganya mengendarai mobil, good looking doang mah nggak ada apa-apanya.

Karena jarak rumah Viona tidak jauh dari kampus, mereka pun sampai di parkiran bawah kampus. Viona yang agaknya masih terheran-heran dengan perilaku Jeno, dia pun mencegah Jeno.

"Kok lu tumben," ujar gadis itu.

"Tumben apanya?" Tanya Jeno sambil mengernyitkan dahinya.

"Ini kenapa kok lu ngajak gue berangkat bareng,"

"Emang salah ya,"

"Ya enggak sih, ya udah lah…" Viona berjalan terlebih dahulu meninggalkan Jeno yang masih bingung.

Mereka sampai di lantai tiga graha, tempat laboratorium farmasetika dasar dan laboratorium dentist berada hanya berjarak tiga laboratorium, lab resep ada diujung lorong sedangkan lab dentist dekat dengan pertigaan lorong. Jadi untuk sampai di lab resep harus melewati lab dentist terlebih dahulu.

Di depan lab dentist sudah ada Renjun dan Woojin yang keduannya sama-sama memegang buku, sepertinya mereka sedang belajar untuk postest. Renjun yang sadar akan kehadiran Viona dan Jeno segera mendongak, dia tersenyum ramah ke arah Viona.

"Widihhh kok datengnya barengan," seru Woojin.

"Gue kesana dulu ya soalnya mau masuk," ujar Viona tidak mengindahkan ucapan Woojin, sebenarnya dia juga bingung kenapa Jeno tiba-tiba memberinya tumpangan.

"Tumben lo jen, biasanya kalo di deketin cewe aja langsung pindah tempat, lo suka vio ya," ucap Renjun mengintrogasi.

"Jangan-jangan cewe di postingan lo kemaren viona," celetuk Woojin.

"Julid sia, dah gue mau belajar," Jeno meninggalkan Renjun dan Woojin yang masih kebingungan dengan tingkahnya, karena Jeno itu tipe laki-laki yang susah banget di deketin malah dia dengan tampang ketusnya mengusir cewe-cewe yang kadang mengganggunya saat sedang membaca di kelas.

Jeno sangat populer di prodinya, tak hanya itu dia juga banyak di kenal kakak tingkat. Sering sekali ketika mereka bertiga berjalan bersama banyak diantara cewe-cewe yang berseru dan memanggilnya. Tapi Jeno sama sekali tidak menggubris maupun tersenyum, beda lagi kalo Woojin, dia mah langsung tebar pesona.

Dan hari ini sungguh di luar dugaan, Jeno datang bersama Viona. Ya walaupun mereka satu group tapi tetap saja di rasa aneh. Lain lagi dengan Renjun, dia agak terkejut melihat kedekatan mereka. Akhir-akhir ini Renjun merasa pikirannya agak kelewatan, entah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Renjun menatap gadis dengan rambut sebahu itu sedang memakai jas lab, seketika Renjun tersenyum saat sang gadis terlihat tertawa bersama teman-temannya.