webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
56 Chs

5. Layang Pagi

'Serat aka layang dalam bahasa jawa ; artinya surat'

Layang biasanya dalam bentuk tertulis juga bisa berarti buku yang berisi cerita dan sebagainya, dalam makna lain layang memiliki arti surat

.

.

Hari ini perdana untuk maba karena sudah mulai aktif perkuliahan, pagi ini D3 Farmasi tingkat 1 sudah bersiap memasuki ruang laboratorium farmasetika dasar lebih mudahnya lab resep. Sedikit penjelasannya nih, laboratorium farmasetika dasar digunakan untuk membuat sediaan obat racikan atas permintaan resep dokter dalam bentuk puyer, bedak tabur, kapsul, larutan, salep, krim, suspensi, emulsi, eliksir, dan lotion.

Dan kini bala-bala Haechan sudah siap di depan lab dengan jas putih dan masker yang mereka kenakan.

"Selamat pagi neng yeri dan mba mochi hehe," ucap Hyunjin cengengesan.

"Memble tiap hari gitu-gitu mulu, bosen gue liatnya." Ucap Suhyun lalu duduk di bangku.

"Pagi men temen," seru Nada, padahal dia masih berjalan di lorong yang banyak mahasiswa dari prodi lain.

"Bukan temen gue," ucap Viona memalingkan pandangannya.

"Vi ada yang mau gue omongin, tapi nggak disini," ucap Jaemin yang sekarang duduk di sebelah Viona.

"Apanih maen rahasia-rahasiaan dari bala echan," sahut Hyunjin.

"Wah iya nih, mau apa lo jaem." Sahut Yeri.

"Privacy okey," sahut Jaemin.

"Sok sekali anda, yaudah nanti setelah ngelab ke perpus dah," ucap Viona.

Mereka memasuki ruang laboratorium resep, saat memasuki ruangan itu tercium bau obat-obatan yang bercampur khas sangat mirip sekali dengan bau di rumah sakit. Dosen membagi kelompok menjadi 5 dari 25 mahasiswa kelompok A itu, kelompok pertama beranggotakan Yeri, Hyunjin, Jihoon, Bomin, dan Yuqi. Kelompok kedua beranggotakan Viona, Nada, Jaemin, Sanha, dan Han fix banget ini mah kelompok rusuh. Kelompok ketiga yang mejanya dekat dengan meja dosen alias depan sendiri beranggotakan Haechan, Felix, Hyunjoon, Nakyung, dan Shuhua. Kelompok keempat beranggotakan Suhyun, Sunwoo, Seungmin, Chaeyeon, dan Yeji. Sedangkan kelompok terakhir yang mejanya belakang sendiri dekat dengan wastafel beranggotakan Dino, Rocky, Haknyeon, Hyewon, dan Chaewon.

Untuk pertemuan pertama mereka hanya responsi saja seperti pengenalan alat, obat, jurnal, dan kontrak perkuliahan. Tidak sampai setengah jam mereka pun keluar lab dengan salam yang dipimpin ketua kelompok A yaitu Seungmin.

"Vi yok," ajak Jaemin.

"Dih ngebet banget dah yang punya privacy," ketus Haechan.

"Lo semua tunggu dibawah, jangan ada yang ninggalin ke warung bu retno dulu," ucap Viona.

"Iya iya dah, kita tunggu dihalaman belakang," sahut Felix. Viona mengangkat tangannya membentuk OK, lalu segera diseret Jaemin untuk jalan duluan.

"Ihh slow aja kali, ngapa dah lu tumben bisa ngomong serius," ucap Viona sambil menaiki anak tangga menuju lantai 4 adipadma.

"Nih," Jaemin menyerahkan sebuah kotak coklat.

"Ulangtahun gue masih lama," ucap Viona menatap heran Jaemin.

"Dari jeno," sahut Jaemin.

"Anandra jeno?" Tanya Viona lalu menerima kotak coklat itu.

"Bukan, jeno sepupu gue," seketika kepala Jaemin mendapat geplakan.

"Ngapain ngasih ginian,"

"Suka kali sama lo," sahut Jaemin sambil membuka pintu perpustakaan. Viona hanya diam meletakkan tasnya di loker perpustakaan, dia tidak menanggapi ucapan Jaemin.

Mereka berdua sekarang duduk di sofa dilantai dua perpustakaan.

"Bentar heh, maksudnya apa?" Tanya Viona, dia masih tidak mengerti mengapa laki-laki fakultas FKG itu memberinya kotak kado.

"Bawel, buka aja dih gue juga kepo," ujar Jaemin.

Viona membuka kotak yang diberikan Jaemin dari Jeno, di dalamnya terdapat sebuah surat dan buku sastra yang berjudul 'Malam, dengan sebuah tanda. Karya : Tulus Widjanarko'. Tiba-tiba Jaemin menyerobot surat yang ada di atas buku.

"Heh jangan dibaca ihh, nanti ada privasinya gimana jaem," ucap Viona sambil menarik tangan Jaemin.

"Dibaca bareng aja ih, kan jeno sepupu gue," sahut Jaemin.

"Hubungannya apa dodol, siniin nggak jaem," akhirnya surat itu bisa direbut dari tangan Jaemin lalu Viona segera memasukkannya di saku celana.

"Kenapa lo?" Tanya Viona saat melihat raut muka laki-laki itu berubah serius.

"Vi lo sahabat salsa dari sma kan," ujar Jaemin.

"Widih nama panggilan khusus nih," ledek Viona sambil menahan tawanya.

"Diem dulu gue lagi serius,"

"Iya iya mangga atuh aa' jaemin,"

"Hmm.....gimana ya, gue bingung tapi ini rahasia kita berdua ya, awas aja lu bocor digrup echan, secret okey"

"Iya iya ih cepet napa, gue laper terngiang-ngiang warung bu retno," ketus Viona.

"Sejujurnya gue tuh udah tau kalo lo bakal suka sama bakpao, tapi gue ragu kalo lo cuma main-main jaem kan inceran lo banyak ya nggak yakin dong gue," lanjutnya.

"Jujur amat sama temen sendiri, gue itu pengen memperluas peluang doang bukannya main-main, lebih tepatnya sih mencari yang benar-benar bisa dipercaya,"

"Idihh gegayaan amat dah bahasa lu, ya kita liat aja sampe mana usaha lu, gue nggak bakal bantu lebih sih soalnya nada orangnya lumayan susah dimengerti, kalo menurut gue nih lu jangan berlebihan sampe spam chat segala nanti si gembul jadi nggak suka, lu mending jadi diri sendiri tapi nggak usah modus juga." Ucap panjang lebar Viona.

Jaemin yang mendengar penuturan dari Viona hanya manggut-manggut paham, setelah itu mereka keluar perpustakaan untuk berkumpul bersama teman-temannya.

"Lama amat duo belut, cacing di perut gue udah disco nih," seru Hyunjin saat melihat Jaemin dan Viona berjalan ke arahnya, belum juga sampe udah nyerocos tuh mulut.

"Ngomongin apasih sampe harus gitu ke perpus," ucap Nada.

"Cieee kepo," ledek Jaemin.

"Suka suka dong emangnya nggak boleh huh,"

"Udah ah laper gue nih, ayok cuss." Lerai Yeri, mereka pun meninggalkan halaman belakang kampus.

Kedelapan mahasiswa fakultas farmasi itu sampai di warung langganan para mahasiswa mahasiswi kampus, yaitu warung bu Retno yang ada di sebuah gang dekat kampus.

"Bu pesen nasi ayam gepreknya lima, nasi telur geprek dua, nasi ceker pedas satu, minumnya es jeruk enam sama soda gembira dua." Ucap Suhyun.

"Duduk dimana neng," sahut bu Retno.

"Di luar bu, hareudang pisan ieu habis ngelab bu,"

"Tadi pagi mas jungwoo juga kesini neng,"

"Sendiri bu?"

"Bareng temennya, mas kun, mas winwin sama mas jaehyun." Ujar bu Retno.

"Oh temen nongkrong, ya udah bu saya tunggu di luar ya,"

"Siap neng," Suhyun pun berjalan menuju teman-temannya.

Tiba-tiba datang tiga buah motor Ninja yang dikendarai oleh lima orang laki-laki.

"Mark..." Seru Yeri ketika melihat salah satu cowo yang di bonceng Lucas.

"Lu mau makan apa tawur sih," ucap Viona pada Yangyang.

"Widihhh pada ngumpul nggak bilang-bilang nih," ujar Yangyang tidak mengindahkan ucapan Viona.

"Nggak usah di bilangin buktinya lo juga kesini yang," sahut Felix.

"Yuhuuu guys, nih kenalin temen gue sekelas kalo mereka berdua dari kg," ucap Lucas lalu tiga orang disebelahnya memperkenalkan diri.

"Oh seprodi sama jeno, lah jeno kok nggak ikut," sahut Jaemin.

"Jeno lagi wawancara keanggotaan bem, kenalin gue renjun," ucap cowo berwajah lugu, lugu luarnya tapi nggak tau deh kalo dalemnya.

"Gue januardani woojin septiansyah, dipanggil woojin boleh, ujin boleh, januar boleh, asal jangan syah kan belum lulus hehe." Cerocos Woojin.

"Nambah lagi spesies kek lucas haechan," sungut Yeri.

"Kalo ini mark temen sma gue," lanjut Yeri memperkenalkan temannya yang bernama Mark, yang kini duduk disebelah Yeri.

"Nice to meet you guys," ucap Mark.

"Wih bilingual yak," sahut Nada, Mark hanya manggut sambil menggaruk tengkuknya.

"Gabung sini aja weh," ucap Hyunjin, lalu dianggukan oleh lima pemuda itu.

Bu Retno dibantu pelayannya datang membawa pesanan mereka. Sembilan cowo dan empat cewe itu menyantap makanan yang mereka pesan, tidak ada perbincangan selagi mereka makan.

Nada dan Viona selesai makan duluan dan menuju kasir untuk membayar makanan mereka, tidak sengaja mata Viona menangkap seseorang yang tidak asing.

"Bang arsa," seru Viona, laki-laki yang merasa dirinya dipanggil pun menengok.

"Lah ana, bukannya tadi lab resep," ucap Doyoung.

"Responsi doang bang,"

"Gue nggak disapa nih," ucap Taeyong.

"Situ lagi, nggak ada temen lain apa bang tiap hari sama bang tae mulu nggak bosen," sahut Viona.

"Lah situ sama bakpao mulu emang nggak bosen," timpal Taeyong.

"Gue nggak ikut-ikutan loh bang-__-" sahut Nada.

"Kok berdua doang biasanya juga sekumpulan kayak mau tawur," ucap Doyoung.

"Noh diluar, bentar dah sejak kapan ada disitu perasaan gue tadi nggak liat kalian masuk dah,"

"Emang kalian berdua tadi masuk ke dalem, orang tadi cuma temen lo yang kulitnya putih pipinya kek nada yang pesen,"

"Oh iya deng si suhyun doang hehe, ya udah bang gue mau pulang dulu." Ujar Viona setelah membayar makanannya.

"Bilangin bunda kalo abang pulang malem soalnya ada rapat sama bem fkg," ujar Doyoung dan hanya dianggukkan Viona.

Viona dan Nada pun berjalan keluar warung, setelah pamit ke temen-temen cowonya, keempat cewe itu pun pulang. Tapi kali ini Nada ikut pulang ke rumah Viona sedangkan Yeri dan Suhyun balik ke kosan.

Mereka berdua sampai didepan pintu rumah keluarga Hammid. Jisung segera menuju pintu saat terdengar suara ketokan.

"Assalamu'alaikum ahsan." Salam Nada.

"Loh kak nada tumben main kerumah." Sahut Jisung.

"Kalo salam tuh dijawab dulu bocil," sungut Viona lalu menerobos masuk.

"Waalaikumsalam kak, dah kan."

"Pengen nginep, udah lama gue nggak nginep dirumah lu san," sahut Nada.

"Eh ada nada ya, kok lama nggak main kerumah sih, kemarin juga cuma sebentar." Ucap bunda Sooyoung.

"Oh iya tan, terakhir nginep hampir tujuh bulan yang lalu ya,"

"Iya ih kemana aja kamu,"

"Kemarin sebelum pkkmb liburan kerumah nenek tan, jadi jarang pulang kerumah hehe,"

"Bun, abang katanya pulang malem soalnya mau ada rapat bem tadi ketemu di warung bu retno," ujar Viona.

"Kak nad kok nggak ngajak chenle sih, kan mau ahsan ajak duel PS," ucap Jisung.

"Boro-boro pulang dek, tadi aja habis ngelab langsung kesini," sahut Viona.

"Iya san hehe," timpal Nada.

"Ya udah bun, ana mau ke kamar dulu mau mandi biar seger."

"Iya sana bunda bikinin nasi goreng dulu kalo gitu."

Nada dan Viona menaiki anak tangga. Setelah di dalam kamar, Viona melepaskan jas putihnya dan menaruhnya ke ranjang baju kotor yang ada di sebelah kamar mandinya.

Viona teringat surat yang diberikan Jaemin waktu di perpustakaan dan dia pun mengurungkan ke kamar mandi karena penasaran dengan isi surat itu. Selembaran surat yang berwarna coklat muda dengan tulisan tinta hitam tertera nama sang pengirim Anandra Jeno Ardiansyah.

"Surat apa tuh?" Tanya Nada berjalan mendekati Viona yang tengah duduk dikursi belajarnya.

"Dari anandra jeno ardiansyah 'Diorama malam'," lanjutnya membaca tulisan yang tertera pada awalan surat.

"Tadi dikasih jaemin katanya dari sepupunya, gue juga nggak ngerti kenapa dia tiba-tiba ngasih surat sama buku sastra," sahut Viona lalu merentangkan surat berwarna coklat muda itu dan membacanya.

Dari : Anandra Jeno Ardiansyah (^^)

Diorama Malam

Malam menerpa tatkala pagi menyapa

Bintang gemerlap tatkala bulan mengiringi

Jangan salahkan waktu jika kita tak sengaja menyapa

Tapi berterima kasihlah pada waktu karena kita dipertemukan oleh pagi

"Wihh gue suka nih cerita klasik roman." Ujar Nada setelah ikut nimbrung membaca isi surat dari Jeno.