webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
56 Chs

42. Yogyakarta

"Hanya terlihat jalan setapak padahal nyatanya begitu luas, hanya saja jalan tersebut tertutup sembilu dan kias." -Anatasyia Viona Hammid

.

.

03.45 a.m.

Para gadis sampai di tanah Jawa Tengah, walau dengan wajah bengep dan mata sayu karena baru bangun. Tadi malam mereka menikmati perjalanan dengan bergadang sampai jam 02.00 a.m alasannya mereka ingin menciptakan momen berkumpul bersama padahal pada saat itu di antara mereka sudah sangat mengantuk tapi mereka tahan-tahan. Sampai pada akhirnya tertidur sendiri-sendiri.

Mereka turun di pemberhentian stasiun Yogyakarta, sebelum melanjutkan perjalanan menuju hotel, mereka lebih dulu beristirahat di sebuah rumah makan. Viona dan Nada mengeluh lapar jadi harus mengisi tenaga terlebih dahulu. Yang lain hanya menurut dan mengikuti langkah kaki Nada yang tertuju pada satu rumah makan dengan ukuran lumayan besar dengan tulisan 'Nasi gudeg' mungkin itu adalah menu utamanya.

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com