webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · Khoa huyễn
Không đủ số lượng người đọc
56 Chs

21. Confession

"Sedikit luang untuk berbicara empat mata, diantara ruang diskusi" -Arsasena Doyoung Hammid

.

.

"Dek." Panggil Doyoung, Viona baru saja dipindahkan ke kamar rawat inap dan kini dia sedang disuapi nasi pulen sama abangnya. Dia sebenarnya nggak suka nasi yang terlalu lembek, ya dari pada malah dikasih makan bubur mendingan kan nasi pulen.

Viona menatap abangnya itu, "Hmm??" Gumamnya pelan, dia sangat hati-hati saat mengunyah karena masih terlalu sakit dan kaku.

"Huftt...siap-siap deh gue kena semprong ayah sama bunda." Dengus Doyoung. Viona meringis kecil mendengar keluhan abangnya.

"Ma-af bang, ana ta-di lengah," ujar Viona pelan.

Doyoung mengusap pelan pucuk kepala sang adik, laki-laki itu terlihat sangat khawatir dengan keadaan adik perempuannya. Dulu waktu Viona mau ikut ukm taekwondo saja Doyoung sempat melarang dan menyuruh untuk mengikuti himpunan, dia takut kalo terjadi sesuatu yang membahayakan adik kesayangannya dan benar saja kini terjadilah Viona dengan tulang lehernya yang cidera.

"Kak." Panggil Jisung yang baru saja keluar dari kamar mandi, tadi dia ke rumah sakit naik grab setelah mendapat kabar dari abangnya waktu selesai sekolah.

Viona menengok, "Loh sejak kapan?" Tanyanya namun dengan suara pelan seperti bisikan.

"Hmm tadi habis pulang langsung kesini," sahut anak itu, kini dia duduk di sofa sambil meraih ponselnya yang sedang di cas.

"Bunda sama ayah mungkin sampai tengah malem, tadi pas di UGD abang langsung ngabarin." Ujar Doyoung.

Viona mengangguk, "Bang."

"Hmm??"

"Ta-kut,"

"Ha?" Doyoung mengernyit heran.

"Takut kalo nggak dibolehin lagi," Viona menyebikkan bibirnya, sudah jelas kalo ayahnya nanti bakalan melarang dia untuk melanjutkan ukm.

Bagaimanapun juga ayah Viona sangat tegas melarang kalau anak-anaknya sampai terluka meskipun apapun yang mereka minta bakalan diturutin tapi kalau sampai ngelukain diri sendiri ayahnya bakalan ngelarang.

Doyoung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung juga harus nanggepin gimana kalo udah gini.

"Ya-ya gimana lagi dek, abang juga bingung mau bilang apa." Viona memasang wajah sedih, Doyoung yang kalut hanya bisa mengelus-elus pipi adiknya.

"Ishh abang mah nggak mau belain adek." Gerutu Viona.

"Makanya hati-hati." Jisung dari tadi hanya fokus ngegame pun ikut nimbrung.

Viona mendengus kesal, "Bukan kesalahan gue juga, lawan gue aja yang nggak becus akhh..." Pekik Viona saat dirasa lehernya menegang karena dia agak menekankan ucapannya.

"Ckk masih aja ngegas," Doyoung menepuk dahi Viona gemas.

Doyoung beranjak dari kursi dan beralih ke sofa, dia ingin mabar bersama Jisung.

"Join san," ujar Doyoung.

Jisung mengangguk, "Bentar bang dikit lagi."

"Ishh sama aja." Dengus Viona lalu memejamkan matanya daripada harus dengerin abang dan adiknya yang bentar lagi bakalan rame sendiri.

Viona membuka matanya saat dirasa ada yang mengetuk pintu ruangan kamar inapnya, setelah Doyoung menyuruhnya masuk seseorang dari balik pintu itu membuka pintu.

'Jeno.' Batin Viona. Jeno memasuki ruang inap Viona dan segera tersenyum saat matanya bertatapan dengan sang gadis.

"Bang jen mabar yok," ajak Jisung setelah tau siapa orang yang memasuki ruangan.

"Okee bentar." Jeno berjalan menuju ranjang Viona. Doyoung hanya diam saja dia lebih memilih fokus dengan ponsel yang sudah dia miringkan.

Jeno berdiri disisi ranjang, senyuman masih belum pudar dari wajahnya membuat Viona salah tingkah.

"Duduk jen," ujar Viona pelan, Jeno pun duduk di kursi sisi ranjang.

"Gimana, masih sakit ya?" Tanya laki-laki itu.

"Ya lumayan hehe." Ringis sang gadis.

"Haduh hati-hati lah vi,"

"Kayaknya gue bakalan berhenti deh jen, ayah nggak mungkin ngizinin setelah ini." Viona menatap nanar ke arah Jeno.

Jeno yang kasihan melihatnya hanya menepuk pelan pundak sang gadis, "Ya nggak papa berhenti kan bisa ambil ukm yang lain, turuti aja apa kata orang tua ya."

Viona tidak menjawab dan hanya menatap dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ihh nggak usah cengeng nanti kalo sembuh gue ajak jalan deh." Lanjut Jeno dan gadis itu hanya mengangguk.

"Kok sendirian, jaemin mana?" Tanya Viona mengalihkan pembicaraan daripada dia nambah mewek dan berakhir nangis kan malu.

"Jemput nada, bentar lagi juga sampe."

"Ishh mereka utang cerita," Jeno terkekeh saat melihat wajah Viona yang berubah kesal.

"Gue mabar dulu ya." Jeno beranjak setelah mendapat anggukan kecil dari Viona. Laki-laki itu ikut duduk disamping Doyoung. Viona pun kembali memejamkan matanya.

"Makin deket nih ceritanya." Gumam Doyoung. Viona hanya mengernyit tanpa membuka matanya setelah mendengar gumaman abangnya.

Jeno menengok, "Hehe biasa aja sih bang."

"Jangan mau deket-deket kakak bang jen, kak ana bawel." Ujar Jisung ikut nimbrung.

Viona mendengus kesal, "Diem bocil." Ujar gadis itu namun matanya tetap terpejam. Jeno terkekeh pelan.

Doyoung menegakkan tubuhnya setelah lelah menyender karena ngegame, "Nitip jagain adek gue ya jen kalo ada apa-apa soalnya gue bentar lagi sibuk proposalan."

Jeno yang mendapat titah dari Doyoung, dia mengerjapkan matanya tak percaya.

"Ha-hah gimana bang?" Tanya Jeno untuk memastikan sekali lagi. Viona yang masih mendengar obrolan abang dan Jeno gadis itu membuka matanya, menatap langit-langit rumah sakit tak percaya dengan pendengarannya.

Doyoung berdecak dan menatap ke arah Jeno yang berada disampingnya, "Jagain adek gue jen."

"Ekhem lampu ijo dari abang gue bang jen." Celetuk Jisung.

Viona yang masih nggak percaya abangnya ngomong kayak gitu, pipinya tiba-tiba memanas.

"Ga usah pake nguping segala kak." Seru anak itu.

'Sialan ahsan.' Batin Viona.

"E-eh iya bang insyaallah hehe." Sahut Jeno gugup, Doyoung hanya mengangguk.

"Lanjut mabar yok bang." Ajak Jisung.

Selanjutnya mereka bertiga fokus dengan game sedangkan Viona masih terpaku menatap langit.

'Gue nggak salah denger kan, anjir kenapa gue jadi panas gini sih.' Batinnya.

Viona kembali memejamkan matanya dan tidak lagi menghiraukan ucapan ketiga insan tadi. Baru saja Viona mau terlelap pintu kamar kembali diketuk, gadis itu berdecak matanya sudah berat karena obat dari dokter tapi teman-temannya baru saja datang mana mungkin dia bisa tidur tenang. Akhirnya gadis itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar, pintu pun terbuka menampakkan enam orang laki-laki dan tiga perempuan.

Siapa lagi kalo bukan Hyunjin, Felix, Haechan, Jaemin, Yangyang, Renjun, Yeri, Suhyun, dan Nada.

"Assalamu'alaikum wahai sahabatku tercinta." Seru salah satu dari mereka siapa lagi kalo bukan Rifaul.

"Waalaikumsalam, ckk rumah sakit chan." Gerutu Doyoung.

Haechan hanya meringis lalu menghampiri Viona. Renjun melirik ke arah sofa dan mendapati Jeno sedang asik bermain game bersama Jisung dan Doyoung, laki-laki itu hanya menghela nafas lalu beralih ke ranjang Viona.

Lain dengan Hyunjin dan Felix, mereka berdua malah ikutan nimbrung mabar itu salah satu tujuan mereka jenguk Viona biar bisa mabar rame-rame, emang nggak ada adab sebagai teman.

"Ckk ganggu." Dengus Viona.

"Yeee kan gue kangen ama elo," sahut Haechan sambil menaik turunkan alisnya.

Viona bergidik ngeri, "Dihh najis."

"Ishh gue sentil juga lo, cepet sembuh elah nanti nongkrong gue traktir dah." Mata Viona langsung berbinar.

"Besok sembuh gue, yakin dah."

"Vi." Panggil Yangyang. Gadis itu beralih ke arah sepupunya.

Viona tersenyum tipis, "Apa seyengkuuu..."

"Gue ada surprise buat elo." Ujar Yangyang lalu merogoh kantongnya.

Sebuah medal berwarna silver menggantung dihadapan sang gadis, Viona memekik girang namun tidak berlebihan karena lehernya belum bisa diajak kompromi.

"Buat elo." Yangyang meletakkan medalinya ditangan sang gadis.

Viona tidak berkedip masih syok dengan apa yang dia liat, ya Yangyang mendapatkan medali silver walaupun nggak bisa datang langsung soalnya nganterin Viona ke rumah sakit jadi medalinya tadi dititipin anggota BEM. Gadis itu mengangkat tinggi medali dari sepupunya.

"Mang ihhh serius? Ini medali pertama lo loh, gak mau ih." Ujar Viona masih terpaku dengan medalinya.

"Iya buat elo biar cepet sembuh, tuh ada ttd gue kan biar kayak fans service gitu." Sahut Yangyang sambil senyum memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Dihh, huehue yamamang lope you dah."

"Love me too."

Viona mengedarkan pandangannya ke arah Nada dan Jaemin yang berdiri agak jauhan dari ranjang Viona.

"Ekhem, lo berdua." Ujar Viona sambil menatap datar.

Nada mengerjap-ngerjapkan matanya, "Kita??" Tanyanya sambil menunjuk ke wajahnya dan wajah Jaemin bergantian.

"Cicak dibelakang lo." Jawab asal Viona. "Ckk iya lah lo berdua,"

"Oittt santai santai, harap tenang nanti lehernya nambah bengek neng." Ujar Jaemin menenangkan karena dia tau kalo Viona bakalan nanya tentang kedekatannya dengan Nada, ya kayak emak-emak nyidang anaknya pulang malem.

"Serius anjirr..." Dengus Viona karena sepertinya Jaemin belum mau cerita.

Nada saja membuang muka agar nggak bisa tatap-tatapan sama mata Viona, takut cuy nyeremin kalo udah serius kayak mau makan orang.

"Sini dah lo berdua, mumpung ini gue lagi sakit jadi gue ngomelnya dikit." Lanjutnya. Yangyang, Suhyun, dan Yeri yang posisinya ada disisi kanan dan kiri Viona, mereka pun mundur.

Mau nggak mau Jaemin dan Nada nurut. Nada menghembuskan nafas kasar.

"Iya mak kenapa?" Tanya Nada pelan.

Viona merotasikan bola matanya, "Pake nanya, lo berdua udah jadian?" Tanyanya to the point, yang jelas Viona kepengen tau. Nggak cuma Viona doang sih yang kepo tapi semua temannya juga penasaran soalnya Jaemin sama Nada tuh jarang akur kalo lagi nongkrong tapi mereka akhir-akhir ini deket banget tiap hari pulang pergi barengan.

Jaemin mengedikkan bahu sedangkan Nada menggelengkan kepalanya.

"Kagak ih--" Ucapan Nada terpotong.

"Mau." Nada menengok ke arah orang disampingnya.

"Ckk a-apasih ga jelas." Nada memukul lengan Jaemin.

"Anjirrr kalo mau confess jangan didepan gue hendra." Ujar Viona, seakan-akan dia udah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Salah sendiri juga sih ngapain pake acara di sidang kan jadi nyesel sendiri.

"Ishh salah sendiri ngapain nanya itu." Dengus Jaemin.

Nada yang udah nggak ngerti lagi mau ngomong apa, dia hanya terpaku menatap Jaemin antara percaya nggak percaya sih.

"Drama amat." Celetuk Renjun yang kini duduk di sofa sambil nontonin tiga orang itu berdebat.

"Ini gue mau confess sekarang apa nanti?" Tanya Jaemin dengan tatapan datar ke arah gadis disampingnya.

Nada membelalakkan matanya, "HEH NGAWUR!!" Teriak gadis itu, ya gimana nggak kaget dengan wajah datar kek gitu main nembak anak orang kan jadi deg-degan si gembul.

"Canda elah haha." Tawa Jaemin. "Ketipu dah lo pada haha." Laki-laki itu berlari ke arah Renjun sembunyi dibelakangnya takut dapet tonjokan dari Nada.

Nada udah naik pitam, "BANGSAT JAEMIN!!!"

"Huft sabar gue sabar, tidur aja deh vi dari pada nanggepin anak setan." Ujar Viona pada dirinya sendiri.

"Sialan hendra ngephp anak orang dosa lo." Ujar Yeri.

Jaemin melirik Nada yang udah marah banget, gadis itu duduk dikursi sisi ranjang tidak mau menatap ke arah teman-temannya.

"Tanggung jawab lo, tuh anak orang kalo ngambek lama njir." Ujar Suhyun.

Viona mengernyit ngeri melihat Nada yang matanya udah kayak membara-bara pengen ngebantai yang namanya Na Jaemin Mahendra.

"Emang biadap si hendra, nanti juga ada waktunya." Ujar Viona pelan, dia udah nggak mampu bicara keras lagi karena energinya buat ngomong udah habis.

"Waktu apa sih njing." Ketus Nada.

Viona memukul pelan bibir Nada, "Heh mulut!! Berani lo ama gue."

"Cihhh gara-gara lo juga sih pake nanya."

"Ya maap gue kira bakalan confess beneran."

"Ga usah dibahas lagi anjir."

Jaemin dari arah sofa masih saja menatap ke arah dua gadis yang sedang berbincang-bincang, walaupun dengan suara pelan namun masih bisa didengar samar-samar.

'Nanti ada waktunya, gue belum siap kalo sekarang biar lo nambah yakin kalo gue beneran apalagi lo masih keiket mantan.' Batin laki-laki itu, lalu mengeluarkan ponsel untuk join mabar.

♥♥♥♥♥

Setelah kejadian tadi Nada benar-benar pundung, dia pulang bareng Yangyang dan ngebiarin Jaemin yang udah mohon-mohon minta maaf ditinggalin gitu aja diparkiran rumah sakit. Biarin biar tau rasa, macem-macem sih.

Jaemin udah bingung aja gimana cara ngebujuk biar baikan lagi, tapi biasanya kalo Nada lagi pundung disogok pake seblak aja udah balik lagi. Tapi kalo sekarang kayaknya bakalan rumit, apalagi tadi mau berangkat pulang aja udah maki-maki si Jaemin, duh kasian.

Selamat aja buat si Hendra dalam beberapa hari nanti bakalan dicueki sama gadis itu. Laki-laki itu segera menancap gasnya setelah cukup lama termenung ditempat parkir.

Yeri, Suhyun, Renjun, Hyunjin, Felix, Haechan, dan Jeno pun juga sudah balik. Di dalam kamar rawat tinggal Doyoung dan Jisung yang kini lagi ngopi, tadi mereka keluar sebentar buat beli kopi.

Jisung yang posisinya kini ada disisi kiri ranjang sambil merebahkan kepalanya ke kasur.

"Dek madep sini." Ujar Viona sambil memegang ponsel.

Jisung mendongak lalu menatap kakaknya yang udah memposisikan ponsel dihadapannya.

"Ihh gemoy kakak upload di ig ya."

"Hmm?" Deham Jisung lalu meletakkan kepalanya kembali ke kasur.

Doyoung menarik kursi lain yang ada dipojok ruangan, lalu menaruhnya disisi kanan adik perempuannya.

"Dek." Panggil Doyoung. Viona menengok ke arah Doyoung yang menarik tangan kanannya yang tertancap jarum infus.

"Cepet sembuh." Doyoung memang agak dingin dalam mengutarakan perasaannya tapi Viona tau kalo itu tulus dari hati. Sering banget dia tuh tiba-tiba soft, dingin, cuek sekalipun sama adik-adiknya tapi kalo masalah keselamatan adik-adiknya dia ga nanggung-nanggung buat jadi tameng paling depan.

"Iyaa." Jawab gadis itu menatap Doyoung.

"Ishh cringe kayak gue mau pergi kemana aja haha," lanjutnya.

Doyoung berdecak, "Lo mah kagak bisa di sweet dikit ya dek,"

"Haha lagian gitu amat dah mukanya, bengek gue."

Doyoung beralih ke ponselnya yang sedang berdering, "Ahh ayah bunda udah sampe kayaknya, abang keluar dulu itu ahsan suruh tidur di sofa." Ujarnya lalu segera beranjak keluar.

"San bangun woy, pindah sofa gih nanti leher lo sakit." Jisung mengangkat kepalanya lalu segera beranjak, setelah itu merebahkan tubuhnya di sofa.

Viona kembali mengotak-atik ponselnya dan segera mengupload foto adiknya. Tidak hanya dia saja, Doyoung dan Jeno pun ikut memposting foto dia yang sedang berbaring di ranjang.

Tak beberapa lama pintu kamar Viona terbuka, gadis itu menatap death glare ke arah abangnya yang ditatap mah malah ngejek ngajak gelut emang. Kalo Viona nggak dalam keadaan sakit paling udah di smack down sama tinjuannya.

Bunda Sooyoung segera mendekati putrinya dan mengecup lembut dahi sang putri. Sedangkan ayah Viona hanya berdiri disisi ranjang dengan wajah yang serius sesekali menghembuskan nafas. Viona yang udah ketir-ketir bakalan dimarahin, dia pun tidak berani menatap sang ayah.

Changwook mendekati putrinya dan mengelus lembut pangkal rambut sang putri. Dia sering kali melarang anak gadisnya itu untuk ikut-ikutan hal-hal yang membahayakan fisik, Viona sering kali dilarang ikut taekwondo dan hiking sekalipun tapi ya namanya hobi nggak mungkin bisa nurut gitu aja apalagi Viona kan jarang suka shopping-shopping gitu jadi untuk ngalihin biar nggak bosen ya ngikutin hobi dia.

"Nak nggak usah ikutan ukm lagi ya." Ujar Changwook lembut. Viona udah pasrah aja dari pada hobi hiking dia juga dicabut.

Viona hanya diam saja sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Ayah nggak mau kamu ngelukain diri sendiri, ya walaupun bukan salah kamu tapi kan ayah nggak mau putri kesayangan ayah ini masuk rumah sakit."

"Yang nurut ya sama ayah, nanti kalo kamu mau hiking kemana aja ayah bolehin deh cuma yang taekwondo hiatus dulu ya nak."

Viona hanya mengangguk pelan tanpa membuka tangannya, tau kalau anak gadisnya ini sedang menangis, Changwook pun mengecup pangkal rambutnya dan berpindah ke arah sofa yang sudah ada anak bungsunya yang terlelap.

Doyoung menggelar tikar yang dia beli tadi lalu merebahkan tubuhnya dengan bantal yang dibawa ayahnya. Ayah dan bunda tadi sempat pulang sebentar untuk membawa peralatan ganti anak-anaknya makanya agak lama.

Sooyoung menarik pelan tangan anaknya yang menutupi wajah, "Cup cup nanti bunda beliin apapun yang kamu mau deh."

"Ana nggak mau apa-apa bund." Ujar Viona pelan sambil mengusap wajahnya.

"Bunda beliin novel deh,"

Bukan Viona kalau disogok pake novel nolak, jelas saja Viona mengiyakan.

"Ga mau satu tapi." Viona mengembungkan pipinya.

Sooyoung terkekeh melihat putrinya yang hampir berusia sembilan belas tahun itu layaknya masih seperti anak-anak.

"Iya ihh, nanti ajak abang sama adek." Sahut Sooyoung lalu mengecup kembali dahi putrinya. Viona hanya mengangguk lalu memejamkan matanya, sudah sangat mengantuk untuk tetap terjaga.