webnovel

Arman Sang Penakluk

Bagaimana rasanya menyaksikan kematian gurumu di depan matamu? Itulah yang dirasakan Arman, seorang pemuda ras manusia yang hidup di keluarga sederhana. Suatu saat dirinya berguru pada seorang tetua, untuk menaklukan Kingdom lain dan menyatukan dunia! Namun...gurunya dibunuh? Kampung halamannya diserang? Arman yg berhasil bertahan hidup, kini hanya memiliki 1 tujuan. Membalaskan dendam gurunya! Dibantu oleh beberapa sahabatnya dari berbagai Ras serta kakaknya ridho, ia mencari kelompok badik merah yang dipimpin oleh seorang pejabat pemerintahan... Dapatkah Arman membalaskan kematian gurunya dan menjadi sang penakluk dunia penuh misteri ini? Siapakah dalang dibalik pembunuhan gurunya? Akankah Arman memilih balas dendam atau melupakannya? Petualangan penuh balas dendam, persahabatan antar Ras dan makna hidup... Baca hanya di "Arman Sang Penakluk" Saya akan selalu berusaha tiap hari untuk mengupdate ceritanya. Jangan lupa untuk selalu mendukung karya-karya lokal di webnovel. nb : mohon maaf jika dalam penulisan masih terdapat kekurangan, secara baru belajar dalam penulisan novel

Si_Koplak · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
402 Chs

Bab 129 - Pemberian Peringkat

"Maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.!! Kalau boleh tahu ada keperluan apa kalian kesini.?" setelah merasa tenang kembali, Gisel lantas meminta maaf kepada Arman dan juga yang lainnya.

"Ini mereka yang Aku ceritakan tadi Gisel.!" sambung Rini dengan senyuman di wajah cantiknya.

"Oh benarkah.!! Berarti mereka ini yang telah membuat seluruh kota gempar akan hasil seleksi mereka.!" kagum Gisel setelah mendengar penjelasan dari Rini, dia sempat mendengar hal itu, tapi tidak mengikutinya karena dia selalu berada di guild untuk mengurus misi yang ada.

"Hehehe, tentu saja. Aku yang telah membuat ..."

"Siapa yang bernama Arman.? Aku dengar dia yang berada diperingkat pertama.!"

Ridho ingin menyombongkan dirinya namun sebelum dia menyelesaikan perkataannya, Gisel malah bertanya kembali. Hal itu membuat Ridho jadi murung dan kecewa, sehingga Irwan yang berada disampingnya tertawa kecil, begitupun juga dengan Dewi yang memperlihatkan mereka.