webnovel

Ardy & Erza

[!]Warn : Gaya penulisan Non-Baku Kisah klise tentang seorang anak remaja bernama Ardy yang diam-diam suka Erza sang sahabat dari SD, berparas lembut dan manis dengan sifat yang rapuh membuat Ardy ingin melindungi dan mencintainya. Sulit bagi Ardy untuk mewujudkannya terlebih karena hubungan sesama jenis itu dilarang, perasaannya bersembunyi dibalik kebadungan masa remajanya. Selain Ardy dan Erza, ada pula selingan kisah dari teman-teman mereka dengan berbagai masalah dan konflik masa remaja, bagaimana mereka bisa menghadapinya? dan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kisah Ardy & Erza ini? bisakah Ardy mengungkapkan perasaannya pada Erza atau akan tetap ia kubur selamanya dan terlupakan? Tapi... mampukah Ardy melupakan perasaannya itu? [!]Bab baru setiap hari kamis.

wholoveya · LGBT+
Không đủ số lượng người đọc
208 Chs

Gagal buat perhitungan

Hari senin setelah nganterin Erza ke kelas buat ngerjain tugasnya yang kelupaan, Ardy muterin Sekolah buat nyari biang kerok kerusuhan kemarin sampai dia dipanggil bokapnya karena pak Mamad beneran ngelaporin dia ke pak RT. Ardy nggak dikasih uang jajan sama bokapnya gara-gara adik si Dinda ini yang ceritanya ngelabrak dia karena udah bikin si kakak patah hati, kapan coba Ardy bikin si Dinda ini patah hati? perasaan nggak pernah, Ardy nggak pernah bikin anak orang sakit hati, berarti dia kudu buat perhitungan karena uang jajannya itu udah direncanain buat beli stiker baru motornya. Tapi sewaktu di jalan menuju tujuan akhirnya yaitu kelasnya Dinda, Ardy ketemu Hendri.

"Mau ke mana Dy?" Tanya Hendri.

Hendri Suharja anaknya om Johnny Suharja sama tante Citra ini salah satu temen yang merangkap jadi sahabat Ardy karena gampang buat dipinjemin duit. Si Hendri ini selalu dengan ajaibnya muncul depan Ardy sesuai dengan situasi keuangannya yang sekarat, dan sekarang ini dia lagi sekarat keuangan mana motornya abis bensin lagi.

"Wih bang bro!" Sapa Ardy kemudian meerangkul Hendri.

"Gimana kabar adik lo bang?" Lanjut Ardy basa-basi dan Hendri udah tahu itu.

Hendri merotasikan matanya, udah tahu dia sama penyakit Ardy kalau tiba-tiba sok akrab sampai basa-basi gitu. "Keintinya aja, berapa duit lo butuh?" Tanya Hendri pengertian.

Ardy nyengir sembari garuk-garuk belakang kepalanya karena udah ketahuan sama si sahabat seperpinjaman duit itu. Hendri ini bisa dibilang anak orang kaya, bapaknya; Om John punya perusahaan dibidang properti dan ibunya; Tante Citra punya butik yang mana butik itu langganan ibu Ardy sama mamanya Erza.

"Ah bang bro tahu banget gue hehehe," Sahut Ardy cengengesan.

Hendri udah ngeluarin dompet bermereknya tapi Ardy buru-buru tahan karena dia belum ketemu sama Dinda buat bikin perhitungan. "Ntaran dulu bang, gue mau cari biang kerok dulu." Jelas Ardy.

Hendri ngerutin dahinya bingung, biang kerok? bukannya yang biang kerok itu dia sendiri? "Siapa?" Tanya Hendri.

"Si Dindot, masa kemarin adeknya si... siapa dah gue lupa namanya—"

"Si Andre?" Tanya dan potong Hendri.

"Ho'oh si bangsul—"

"Andre." Ralat Hendri.

"Gue tahu namanya Dri, cuma gue males nyebutnya!" Protes Ardy.

"Ya udah kenapa?" Tanya Hendri ngalah.

Ringgg...

Baru aja Ardy mangap tapi bel sekolah nggak mendukung, Ardy jadi kalang kabut setelah denger bel bunyi. "Ah anjir gara-gara lo sih, jadi keburu bel kan!" Ardy malah nyalahin Hendri setelah itu lari terbirit-birit karena takut bu Henny jewer kupingnya dan nyuruh dia lari lima kali keliling lapangan karena telat masuk kelas.