webnovel

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
413 Chs

Chapter 8: Gate’s Open!

"Udah atuh, percaya aja nya!"

Shanala tiba-tiba melompat ke arah pintu besar itu, dan lekas membuka gagangnya dengan menggunakan kakinya yang menekuk lentur layaknya sebuah tangan.

*Ceklek!*

Pintu itu sama sekali tak terkunci, dan kini ia hanya perlu ditarik untuk memberikan akses masuk pada mereka ke dalam tembok.

"Jujur aku lumayan kagum…"

Ucap Gumara yang hampir kehabisan kata.

"Hehe~"

Melihat ekspresi yang ditampilkan kedua teman lautnya, Shanala merasa cukup bangga dengan hal yang baru saja ia lakukan.

"Menurut Yang Mulia apa para Dubalang menyadarinya?"

Tanya Costancia.

"Sepertinya tidak, jika iya pasti sudah ada yang mendatangi kita saat ini."

"Oh iya… itu benar."

Shanala lalu menarik pintu tembok dengan kakinya agar terbuka lebih lebar lagi sekiranya cukup untuk dilewati mereka bertiga.

"Woah tempat ini cukup… gelap."

Ketiganya bisa melihat dengan jelas di dalam, namun tentu saja mereka turut sadar para Penempa tak akan mampu melihat di pencahayaan semacam ini.

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com