webnovel

Chapter 8

Ketika Alecia membuka matanya, ia menemukan keadaan ruangan yang begitu tidak familiar baginya. Kamar itu sangat besar, bahkan dua kali lipat lebih besar dari kamarnya di kediaman Kishi. Sehingga Alecia menatap ke sekitar dengan ekspresi bingung. Tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka, membuat Alecia menarik selimutnya menutupi setengah wajah untuk menyembunyikan diri.

"Selamat pagi, nona muda. Saya Monica yang akan menjadi pelayan nona muda mulai sekarang," ucap Monica sambil tersenyum lembut.

"Ha-halo kak Monica. A-apa kakak tahu sekarang Cia di mana?"

"Sekarang Anda sedang berada di kediaman Shamus. Karena Anda sudah resmi menjadi anggota keluarga Shamus. Anda tidak perlu khawatir, tidak akan ada lagi orang jahat yang ingin melukai Anda," ucap Monica.

Tiba-tiba Monica menjadi sangat terkejut saat melihat air mata menetes dari sudut gadis kecil itu. Ia langsung mendekati nona mudanya untuk menghapus air mata Alecia. "Apa nona merasa tidak nyaman?" tanya Monica.

Alecia menggelengkan kepala. "Cia baik-baik saja. Cia hanya merasa senang karena ternyata kemarin itu bukan mimpi."

Mendengar itu Monica tersenyum lembut lalu memeluk Alecia. "Ini semua bukan mimpi, Anda tidak perlu khawatir. Sekarang semua akan baik-baik saja."

Alecia menganggukkan kepala lalu membalas pelukan Monica dan menangis dengan kencang. "Tidak apa-apa nona, Anda bisa menangis hingga merasa lega."

***

"Apa Anda sudah merasa lebih baik?" tanya Monica sambil berjalan mendekati Alecia setelah mengambil pakaian yang akan dikenakan gadis kecil itu.

Alecia menganggukkan kepala. "Kalau begitu, bagaimana jika kita mandi sekarang? Tuan muda sudah menunggu Anda di ruang makan," ucap Monica.

"Baik!"

Setelah itu, Monica langsung memandikan Alecia selama lima belas menit dan menggantikan pakaiannya. "Selesai," ucap Monica lalu menunjukkan cermin di hadapan Alecia.

Untuk pertama kalinya Alecia melihat dirinya begitu cantik, bahkan pakaian yang ia kenakan sangat mewah di bandingkan pakaian yang biasa ia gunakan di kediaman Kishi, gaun selutut bewarna biru muda dengan barret yang sewarna dengan gaunnya dan pita besar berwarna kuning emas yang terlihat sangat cocok dengan rambut merahnya. "Kak Monica, apa kita akan pergi ke acara formal?"

"Jadwal hari ini, Anda akan pergi ke kuil dewi Zoi untuk mendapatkan nama tengah. Selain itu tidak ada acara formal lainnya," ucap Monica. "Ada apa nona?"

Alecia menggelengkan kepala. "Ini pertama kalinya Cia memakain pakaian yang begitu bagus."

Mendengar itu, Monica merasa sangat kasihan dengan nona mudanya itu lalu mengusap kepala Alecia dengan lembut. "Tenang saja nona. Nona akan memakai pakaian yang lebih baik lagi dibandingkan ini. Karena ini pakain yang siapkan seadanya, pakaian Anda akan datang setelah Anda selesai melakukan pengukuran. Oh dan juga, kamar ini hanya kamar sementara untuk nona sampai kamar yang akan nona tempati selesai di perbaiki."

"Tapi, kamar ini saja sudah bagus," ucap Alecia.

Monica tersenyum lembut. "Sebagai nona muda klan Shamus, Anda harus mendapatkan yang terbaik. Jika ada sesuatu yang Anda inginkan, Anda bisa katakan kepada saya. Saya akan mencarikan barang apapun itu meskipun harus memesannya dari luar negeri untuk menemukan barang yang Anda inginkan."

"Bu-bukankah itu berlebihan?"

Monica menggelengkan kepJadeya pelan. "Itu adalah sesuatu yang normal. Tidak ada sesuatu yang tidak bisa di dapatkan oleh klan Shamus. Jadi, Anda tidak perlu khawatir soal itu."

Alecia hanya terdiam mendengar perkataan Monica. Meskipun Monica mengatakan itu, ia merasa tidak baik jika meminta sesuatu yang lebih. Ia sudah merasa berterima kasih kepada keluarga Shamus yang telah mengeluarkannya dari kediaman Kishi.

"Kalau begitu, mari kita menemui tuan muda Aric."

Alecia menganggukkan kepala lalu berjalan dengan menggandeng tangan Monica menuju ruang makan yang ada di lantai satu.

***

Aric yang sedang berbicara dengan Morgan langsung berhenti berbicara saat melihat kemunculan adiknya itu. Senyuman ceria langsung mengembang di bibirnya. "Selamat pagi, Alecia."

"Selamat pagi kak Aric!" ucap Alecia lalu berlari mendekati Aric dan memeluknya saat melihat Aric merentangkan kedua tangannya.

Aric langsung mengangkat Alecia dan membiarkan adik manisnya itu duduk di pangkuannya. "Kamu sangat menggemaskan sekali memakai pakaian itu," ucap Aric.

"Terima kasih kak!"

"Kalau begitu, ayo kita sarapan dulu lalu pergi ke kuil Dewi Zoi," ucap Aric sambil mendekatkan sandwich ke mulut Alecia.

Alecia menerima makanan yang diberikan Aric itu lalu melakannya dengan lahap. Setelah menikmati sarapan mereka, Aric langsung membawa Alecia menuju kuil dewi Zoi bersama Morgan dan Jade yang berada di distrik Atlima. Mereka pergi ke kuil dengan menggunakan mobil yang memilki lambang klan Shamus, sehingga cukup membuat perhatian pada beberapa orang yang di lewati mobil mereka.

Namun, Alecia tidak terganggu dengan hal itu, karena ia fokus menatap pemandangan setiap jJade yang sangat indah. Ia tidak pernah keluar dari kediaman Kishi, sehingga ia tidak begitu tahu bagaimana keadaan dunia di luar. Setelah melakukan perjJadean selama tiga puluh menit. Akhirnya mereka tiba di depan pintu masuk kuil Dewi Zoi.

Di sana mereka sudah di sambut oleh beberapa pendeta kuil. "Semoga Dewi Zoi selalu memberkati klan Shamus. Selamat datang tuan muda Shamus," ucap pria yang terlihat sebagai kepala pendeta saat melihat Aric keluar dengan memeluk Alecia.

Aric tersenyum ramah dengan sambutan kepala pendeta itu. "Lama tidak bertemu kepala pendeta. Ini adik saya Alecia, seperti surat yang telah kami kirimkan, kedatangan saya kali ini karena ingin adik saya mendapatkan berkat dari dewi Zoi."

"Baik, tuan muda. Kami sudah mempersiapkan semuanya, mari ikut saya."

Aric langsung mengikuti kepala pendeta itu memasuki kuil Dewi Zoi. Mereka diarahkan menuju bagian ruangan untuk pemberkatan yang berada di bagian terdalam kuil. Begitu masuk ke ruangan pemberkatan, ruangan itu sangat besar dengan bagian tengahnya terdapat altar yang di atasnya terdapat mangkok besar yang terbuat dari batu dengan berisikan air yang sangat jernih, dan di samping altar itu terdapat patung wanita yang mengenakan penutup mata kain dengan tangan kanan yang membawa timbangan dan tangan kanan yang membawa guci berhiaskan permata biru laut.

"Baiklah, mari kita mulai pemberkatannya," ucap kepala pendeta sambil tersenyum ramah kepada Alecia.

Aric menurunkan Alecia. "Tidak apa-apa, kakak akan menemanimu di sini."

Alecia menganggukkan kepala lalu berjalan mendekati kepala pendeta itu. "Silakan bersujud di depan depan patung dewi Zoi, nona muda."

Alecia menganggukkan kepala lalu mengikuti arahan kepala pendeta. Ia bersujud di depan patung dewi Zoi lalu menyatukan kedua tangannya lalu menutup mata. Setelah itu, kepala pendeta memulai doa pemberkatan untuk Alecia.

Dewi Zoi, terima kasih telah mendatangkan kak Aric untuk membantuku keluar dari kediaman Kishi. Cia tidak meminta sesuatu yang berat. Cia hanya berharap agar bisa selalu bersama kak Aric, dan Cia berharap kalau anggota keluarga Shamus yang lain tidak membenci Cia, batin Alecia.

'Kau tidak perlu khawatir, anakku. Kehidupanmu sekarang akan lebih baik, mereka akan melindungimu dari orang-orang yang berniat melukaimu'

Mendengar suara wanita yang begitu lembut membuat Alecia terkejut dan langsung membuka matanya, lalu ia langsung menatap kearah patung Dewi Zoi yang di matanya terlihat bersinar sangat terang.

"Doa telah selesai, nona muda."

Mendengar panggilan itu, pandangan Alecia langsung menatap kearah kepala pendeta yang menatapnya dengan ekspresi bingung. Alecia langsung kembali berdiri lalu menerima gelas yang terbuat dari emas dengan ukiran permata biru laut yang diberikan oleh kepala pendeta. "Silakan meminum air suci itu, setelah itu pemberkatan telah selesai dan Anda akan mendapatkan nama berkat Anda."

Alecia menganggukkan kepala lalu meminum air itu. Setelah selesai, ia memberikan gelas itu kembali kepada kepala pendeta. "Nama yang telah di pilihkan oleh Dewi Zoi untuk Anda adalah Zoain."

Aric yang mendengarkan nama itu menjadi sangat terkejut. "Kepala pendeta, nama itu…"

Kepala pendeta tersenyum lebar dan menganggukkan kepala. "Sepertinya Dewi Zoi sangat menyayangi nona muda."

Mendengar itu Aric merasa bersyukur namun juga khawatir, karena ia takut jika Alecia akan merasa keberatan saat mengetahui arti dari namanya. "Dengan ini, nama nona muda sekarang adalah Alecia Zoain Shamus. Semoga dewi Zoi selalu bersama Anda," ucap Kepala Pendeta.

Alecia langsung tersenyum ceria dan mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pendeta sebelum berlari memeluk Aric dengan senang. "Akhirnya Alecia mempunyai nama tengah, kak!"

"Iya, selamat ya Alecia. Bagaimana jika setelah dari sini kita pergi jalan-jalan?" tanya Aric.

Alecia menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Kalau begitu, kamu bisa melihat-lihat sekitar kuil bersama Jade dan Morgan? Kakak masih ada urusan sebentar dengan Kepala Pendeta," ucap Aric.

"Baik!"

Alecia langsung berlari keluar dari ruang pemberkatan. Setelah memastikan pintu tertutup, Aric langsung berjalan mendekati Kepala Pendeta. "Kepala Pendeta, apa tidak masalah Alecia menggunakan nama itu?"

"Saya tahu ke khawatiran Anda, tuan muda. Memang ini pertama kalinya dalam sejarah ada anak yang mendapatkan nama yang di ambil dari nama Dewi Zoi. Tapi, Anda tidak perlu khawatir, nona muda akan baik-baik saja. Karena nama itu memang di pilihkan langsung oleh dewi Zoi."

"Apa maksud Anda? Anda berbicara seperti ada ramalan yang turun untuk memberikan nama langsung kepada Alecia," ucap Aric.

"Anda benar."

Aric langsung menatap Kepala Pendeta yang sudah berusia tujuh puluh tahun itu dengan ekspresi terkejut.

"Tepat setelah saya selesai membacakan doa untuk nona muda. Saya mendengar suara wanita yang begitu lembut membisikan nama 'Zoain'. Meskipun saya tidak pernah mendengar suara Dewi Zoi, tapi hati saya mengatakan jika itu adalah suara Dewi Zoi. Memang benar itu tidak bisa di sebut sebagai ramalan yang turun dari Dewi Zoi. Tapi, saya yakin ada alasan mengapa Dewi Zoi memberikan nama itu kepada nona muda."

"Hah … baiklah jika memang Anda sendiri bilang seperti itu. Tapi, saya harap Anda tidak mempublikasikan mengenai apa yang Anda dengar itu. Karena saya tidak ingin adik saya menjadi pusat perhatian bagi orang-orang yang ingin memanfaatkannya," ucap Aric.

"Anda tidak perlu khawatir. Saya akan menyimpan rahasian ini sampai saya mati."

"Hah … kalau begitu saya akan mendaftarkan nama Alecia di buku keluarga klan Shamus," ucap Aric.

"Baik, mari ikut saya."

Bersambung…

Terima kasih telah mengikuti dan setia membaca cerita ini

Sampai jumpa lagi

Like it ? Add to library!

DementiviaKcreators' thoughts