webnovel

Chapter 16

Begitu semua anggota keluarga Shamus memasuki aula dansa, seluruh mata langsung tertuju kepada mereka, dan suasana yang awalnya begitu ramai, kini menjadi sangat sunyi. Karena semua tamu undangan yang hadir di pesta kali ini sangat penasaran dengan putri angkat klan Shamus sekaligus pewaris klan Shamus yang sangat sulit di temui itu.

Meskipun seluruh mata tertuju pada mereka, terutama Alecia. Gadis kecil itu terlihat tenang dengan senyuman cerianya, karena Aric yang selalu menggenggam tangannya. Sehingga Alecia merasa begitu aman selama berada di samping kakaknya.

Jayden mengambil segelas minuman yang di berikan pelayan, begitu juga dengan Adela, Aric dan Alecia lalu mengangkat gelasnya dengan senyuman ceria yang jarang sekali ia tunjukkan di public, dan berhasil membuat seluruh tamu undangan begitu terkejut.

"Terima kasih karena kalian telah datang di acara penyambutan keluarga baru kami, meskipun di sela kesibukan kalian. Untuk itu, kalian bisa menikmati jamuan yang kami siapkan. Kalau begitu, mari saya perkenalkan anggota keluarga baru kami!" ucap Jayden lalu menatap kearah Alecia sambil menganggukkan kepala.

Meskipun Alecia terlihat sedikit gugup, namun Aric yang tersenyum lembut sambil menganggukkan kepalanya memberikan kekuatan Alecia untuk lebih berani. Alecia berdiri di samping Aric. Sedangkan Jayden dan Adela berdiri di sisi anak-anak mereka.

Alecia mengangkat gaunnya sedikit sambil membukukkan badan seperti yang di ajarkan Adela sebelum acara dimulai. "Terima kasih untuk sambutan yang meria ini, saya Alecia Zoain Shamus, putri tunggal klan Shamus. Senang bisa bertemu dengan kalian."

Setelah Alecia memperkenalkan diri, suasana masih tidak berubah sama sekali. namun, ekspresi mereka menunjukkan ekspresi terkejut. Sedangkan Alecia yang tidak mengerti dengan keadaan kali ini menjadi sangat bingung sekaligus gugup. Jayden dan Aric yang mengetahui keterkejutan seluruh tamu undangan saling bertatapan lalu Aric menganggukkan kepala untuk memberikan tanda kepada ayahnya, untuk melakukan sesuatu sebelum Alecia menjadi panik.

Jayden menganggukkan kepala lalu mengangkat kelasnya. "Ehem … bersulang untuk putri kami, Alecia Zoain Shamus, bersulang!" ucap Jayden dengan menekan nama Alecia dan menatap tajam seluruh tamu undangan tanpa di sadari Alecia.

Seluruh tamu undangan yang mendapatkan tatapan tajam tidak hanya dari Jayden, namun juga dari Aric langsung mengangkat gelas mereka dan tersenyum ceria. "Bersulang untuk nona muda Shamus!"

Setelah selesai sambutan, Jayden dan Adela menemui tamu undangan satu persatu, sedangkan Aric berbicara dengan orang-orang yang mendekatinya. Alecia tidak mengenal siapapun di aula pesta hanya duduk di kursi yang telah di siapkan dan sedang menikmati camilan yang ada di pesta.

"Apa Anda merasa bosan, nona muda?" tanya Monica yang tiba-tiba muncul di belakang Alecia.

"Monica!" ucap Alecia yang senang saat melihat Monica ada di sampingnya. Karena Aric, dan kedua orang tuanya yang sibuk berbicara dengan tamu undangan, sedangkan Alecia yang tidak mengenal siapapun di aula pesta hanya bisa duduk diam di ujung ruangan.

"Kenapa Anda di sini, sendirian?" tanya Monica.

"Aku tidak mengenal siapapun di sini, dan aku tidak ingin kak Aric hanya diam bersamaku, aku tidak ingin merepotkan kak Aric, ayah dan ibu," ucap Alecia.

"Hihi … Anda tidak perlu khawatir. Jika Anda ingin, tuan muda pasti akan menemani Anda di sini. Lagipula, saya yakin tuan muda akan lebih senang menemani Anda di sini dari pada bersama orang-orang yang baginya begitu membosankan," ucap Monica.

"Benarkah?" tanya Alecia.

Monica menganggukkan kepala lalu menatap kearah Aric yang sedang berbicara dengan salah satu pemuda sambil tersenyum ramah. "Benar, itu."

Alecia mengikuti arah pandangan Monica yang ditujukan kepada Aric. Alecia dapat melihat dengan jelas Aric yang sedang berbicara dengan orang-orang yang mengelilinginya sambil menunjukkan senyuman yang biasanya Aric tunjukkan kepadanya. "Tapi, kak Aric terlihat menikmatinya."

Monica tersenyum lembut lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Mungkin ini bisa membantu Anda mengenali tuan muda lebih baik, dan bisa dapat membantu Anda dalam membaca perasaan apa yang sedang dihadapi orang lain."

"Membaca perasaan orang lain?" tanya Alecia yang terlihat bingung dengan perkataan Monica, namun Monica terlihat tidak ingin menjelaskan lebih lanjut dan memutukan untuk menatap mata Aric. Karena Aric berdiri tidak jauh dari tempat Alecia duduk. Sehingga, ia dapat melihat mata biru langit Aric yang terlihat begitu indah. Namun, tatapan itu terasa seperti…

"Mata kak Aric terlihat seperti bosan, meskipun dia tersenyum," ucap Alecia.

Mendengar jawaban itu, membuat Monica tersenyum lebar. "Benar … itu yang dirasakan tuan muda saat berbicara dengan siapapun. Ah, tentu saja kecuali jika berbicara dengan Anda."

"Benarkah? Tapi, bagaimana dengan papa dan mama?" tanya Alecia

"Kalau itu … saya mohon maaf, nona muda. Saya sendiri tidak selalu berada di samping tuan muda. Jadi, saya hanya tahu bagaimana pandangan tuan muda kepada Anda. Mungkin Anda bisa mencoba memperhatikan tuan muda sebagai latihan. Karena saya yakin, kemampuan ini juga akan membantu Anda nanti," ucap Monica dengan ceria.

Alecia menganggukkan kepala. "Aku akan berusaha keras!"

***

Di hari kedua pesta, dilakukan siang hari. Karena pesta di hari kedua hanya mengundang anak-anak dari keluarga yang mendapatkan undangan di hari pertama. Sehingga Alecia dapat bertemu dengan anak- anak yang seumuran dengannya. Pesta yang diadakan di halaman belakang berjalan dengan lancar.

Meskipun awalnya Alecia terlihat malu saat bertemu dengan teman baru. Namun, akhirnya ia bisa berbicara dan tertawa dengan teman-teman barunya. Belyn yang datang terlambat tidak pernah meninggalkan sisi Alecia, karena tidak ingin sahabatnya yang menggemaskan dan polo situ di dekati oleh anak-anak yang hanya ingin memiliki hubungan dengan keluarga Shamus.

Sehingga, Belyn selalu menatap tajam setiap anak-anak yang berbicara dengan Alecia. Takeo yang duduk bersama Aric tidak jauh dari tempat pesta Alecia berlangsung hanya bisa tertawa melihat sikap adik perempuannya yang terlihat begitu menggemaskan. "Apa yang kau lakukan di sini? Ini pesta untuk anak-anak," tanya Aric sambil meminum kopinya dan mata yang tetap tertuju pada tablet di tangannya.

"Kau sendiri kenapa di sini, jika memang ini pesta untuk anak-anak?" tanya Takeo yang melirik kearah sahabatnya dengan malas.

"Hanya memastikan tidak ada serangga yang menempel di Alecia," ucap Aric.

"Hoo … jadi, itu sebabnya tidak ada anak laki-laki yang berani mendekati Alecia. Awalnya aku cukup bingung karena Alecia di kelilingi anak perempuan, sedangkan anak laki-laki memilih untuk bermain sendiri. Jadi, kau penyebabnya," ucap Takeo.

"Alecia masih kecil."

"Hah … aku tahu, tapi kalau hanya teman, bukankah laki-laki dan perempuan sama saja?" tanya Takeo.

Aric melirik kearah Takeo sebentar lalu menatap kearah Alecia yang terlihat senang bermain dengan Belyn dan teman-teman barunya sebelum kembali menatap tablet di tangannya. "Tidak ada yang bisa di percaya, mau anak laki-laki atau anak perempuan. Orang tua mereka mengirim anak mereka tidak semuanya murni ingin berteman dengan Alecia. Karena sekarang, keluarga Shamus memiliki anak perempuan, kau seharusnya tahu apa tandanya itu."

"Apa kau membicarakan mengenai pertunangan yang biasa di lakukan saat mereka masih muda? Bukankah orang tuamu pasti akan melarang hal itu?" tanya Takeo.

"Ayah dan ibu memang tidak akan menolak tawaran pertunangan di usia muda. Karena mereka membebaskan pilihan anak-anak mereka. Jadi, aku tidak akan khawatir masalah itu," ucap Aric.

"Lalu?"

"Aku tidak percaya dengan wajah polos anak-anak itu. Jika sampai mereka berani mendekati adikku, lihat saja apa yang akan aku lakukan," ucap Aric tajam.

"Wow … kau sungguh berubah menjadi kakak yang 'protective' sekali," ucap Takeo. 'Beruntung aku tidak mengajak adikku yang satunya. Kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.'

"Kak Aric!"

Mendengar namanya di panggil, Aric yang sibuk membaca laporan monster di tabletnya langsung menatap kearah Alecia yang berlari kecil kearahnya sambil tersenyum ceria. Aric meletakkan tabletnya di meja dan mengembangkan senyuman cerianya lalu menerima pelukan dari Alecia. "Ada apa, Cia?"

"Pestanya sudah selesai, tapi aku masih ingin bermain dengan Lyn. Apa Lyn boleh menginap di sini? Lyn bilang besok dia libur," ucap Alecia.

"Kakak tidak masalah, kita nanti bisa bilang ke ayah dan ibu," ucap Aric.

"Benar! Kak Takeo juga akan menghubungi orang tua kami untuk meminta izin. Jadi, kau bisa bermain lebih lama dengan Lyn," ucap Takeo.

"Terima kasih, kak Takeo!" ucap Alecia dan Belyn bersamaan.

"Kalau begitu, bagaimana jika kau mengajak Belyn bermain di kamar barumu yang sudah selesai?" tanya Aric.

Alecia langsung menganggukkan kepala dengan semangat lalu pergi meninggalkan Aric dan Takeo sendirian di halaman belakang dengan diikuti Monica dan Belyn.

"Sebaiknya kau menghubungi orang tuamu sekarang, dan juga Jade sudah memberikanku jadwal latihan untukmu. Kau akan berlatih seminggu empat kali di sore hari di kediaman Shamus, dan sisanya kau bisa berlatih sendiri," ucap Aric lalu menyerahkan tablet yang sebelumnya ia bawa dan kali ini berisikan jadwal yang baru saja ia terima dari Jade melalui email.

Takeo menerima tablet itu lalu membaca jadwalnya. "Hm … tidak masalah. Kalau begitu, selama aku berlatih mungkin terkadang akan membawa Belyn untuk bermain. Apa tidak masalah?"

"Tidak masalah. Mungkin Alecia juga akan senang jika Belyn bisa sering bermain dengannya. Soalnya Alecia masih lima tahun, jadi ayah dan ibu masih belum mengizinkannya untuk keluar, dan aku tidak bisa selalu menemaninya keluar rumah. Karena monster yang semakin sering muncul. Jadi, ada banyak yang harus aku periksa," ucap Aric.

Takeo menganggukkan kepala. Ia tahu jika kemunculan monster kali ini lebih sering terjadi dibandingkan dulu. Terutama monster-monster yang sudah bermutasi juga semakin banyak. Sedangkan sahabatnya ini yang baru saja kembali dari 'pelatihan' di luar negeri tidak mengetahui peruabahan selama lima tahun. Itulah kenapa Aric selalu membaca laporan mengenai lima tahun terakhir yang di siapkan Jade.

"Hah … kalau begitu aku akan menghubungi orang tuaku dulu," ucap Takeo.

Aric menganggukkan kepala lalu berjalan meninggalkan Takeo yang suah mengeluarkan phonselnya untuk menghubungi orang tuannya. Sedangkan ia pergi untuk menemui Jayden dan Adela.

Bersambung…

Terima kasih telah mengikuti cerita ini

Sampai jumpa lagi

Like it ? Add to library!

DementiviaKcreators' thoughts